Sabtu, 23 November 2013

Ritual Petik Laut Watu Ulo, Pesan Universal Lestarikan Infrastruktur Hijau



POHON MANGGA LESTARIKAN PANTAI WATU ULO -- Kepala Pusat Kajian ecoRegion Jawa, Dr Drs H Sugeng Priyanto MSi, mewakili Menteri Negara Lingkungan Hidup RI menyerahkan bibit pohon buah mangga ke Kepala Desa Sumberejo Ambulu Jember Anita Yuliana dalam Petik Laut dan Kampanye Pelestarian Lingkungan Hidup dan Infrastruktur Hijau di Payangan, Sumberejo, Watuulo, Jember, 21/11/2013. Kegiatan petik laut memperoleh dukungan Anggota DPR Komisi VII Ir H Nur Yasin MBA MT. [foto: wisnu]

Watu Ulo, Ambulu, www.nuryasin.com -- Ribuan orang memadati bibir pantai Payangan, Watuulo, Ambulu, Jember (21/11). Mereka berdatangan dari berbagai sudut Jember. Juga dari luar kota, Banyuwangi, Lumajang, Probolinggo, Bondowoso, Situbondo, Magelang, bahkan dari Bogor dan Jakarta. Dari berbagai model orang-orang itu hadir tumplek-blek di pantai ini. Mereka datang ingin menjadi saksi sekaligus penggembira berharap berkah ritual Petik Laut.

Petik Laut adalah ritual tahunan yang digelar masyarakat nelayan di kawasan laut selatan kabupaten Jember. Ritual bermakna syukur atau upaya mensyukuri nikmat Tuhan yang telah diberikan kepada masyarakat nelayan. Sekaligus upaya berdoa agar hasil nelayan mereka tetap lancar dan keselamatan tanpa bencana atau kecelakaan.

Petik Laut dilaksanakan setiap tahun di bulan Sura (Muharram, bulan Islam) dengan cara melabuhkan replika kapal kecil berukuran pajang 4 meter. Kapal berbahan kayu itu dibentuk menyerupai kapal yang biasa mereka tumpangi saat bernelayan mencari ikan di laut. Kapal dicat warna-warni menyerupai desain cat kapal yang sesungguhnya.

SAJIAN PETIK LAUT
Di dalam replika kapal diisi sejumlah sajian berupa hasil bumi dan jajanan yang selama ini dipakai untuk hidup masyarakat. Pisang, kelapa, bubur putih, bubur merah, buah-buahan, ayam kampung hidup, tebu, bunga, jajan pasar, ingkung, tumpeng nasi kuning, sayur mayur, dan padi. Kapal kecil diberi bendera warna putih.

Replika itu dilabuhkan ke tengah laut sebagai simbol merelakan semua harta benda agar keselamatan dan kelancaran tetap diberikan kepada para nelayan selama berlayar. Dan para nelayan berharap diberi kelimpahan hasil laut untuk kemakmuran warga masyarakat.

Sebelum kapal itu dilabuhkan, di tengah pemukiman padat penduduk kampung nelayan Payangan Watuulo digelar seremonial acara pelepasan. Ribuan warga berkumpul di sini. Cuaca mendung. Langit seolah enggan menampakkan cahayanya. Memberikan hawa sejuk selama prosesi Petik Laut bertajuk "Kampanye Sosialisasi Pelestarian Lingkungan Hidup dan Infrastruktur Hijau".

Hadir dalam acara ini, antara lain: Kepala Desa Sumberejo Anita Yuliana, Sekcam Ambulu Iswandi Ahmadi, Kepala Pusat Kajian ecoRegion Jawa Kementerian Lingkungan Hidup RI, Dr Drs H Sugeng Priyanto MSi, Anggota DPR Komisi VII Nur Yasin diwakili tenaga ahlinya Abdul Fatah, Anggota TNI, Polri, dan Petugas Polair TNI AL.

TIGA PESAN NUR YASIN UNTUK NELAYAN
Anggota DPR Komisi VII, Ir H Nur Yasin MBA MT, memberikan ada 3 pesan yang disampaikan melalui Tenaga Ahlinya, Abdul Fatah, perihal: pentingnya lingkungan hidup di kawasan pantai, pentingnya memperkuat perekonomian nelayan, dan pentingnya pendidikan bagi anak-anak nelayan.

Dikatakan, lingkungan hidup di sekitar pantai harus dijaga dan dilestarikan. Sebab ia ikut menjaga keselamatan dan keharmonisan kehidupan manusia yang tinggal di sekitarnya. Warga juga diminta menanam pohon-pohon yang kuat.

"Sampean semua mau ibadah yang dapat pahala di dunia sampai meninggal pahalanya terus mengalir?," tanya Fatah dalam pidatonya.

"Yaa harus mau tanam pohon. Maka akan banyak pahala dan menguntungkan. Kenapa pahalanya terus mengalir? Karena pohon menghasilkan oksigen yang menjadi kebutuhan manusia untuk bernafas," jawabnya.

Menurutnya, selama tanam pohon diniati ibadah maka selama pohon hidup itu akan mengalirkan oksigen terus menjadikannya amal yang mengalir terus ke kita sampai kapanpun sampai di akhirat nanti.

Terlebih, katanya, pohon-pohon yang ditanam itu bermanfaat untuk memperbaiki ekosistem lingkungan dan juga memberi nilai ekonomi.

"Jika di sekitar pantai banyak pohon maka akan memperindah lingkungan dan tidak panas karena udara jadi segar," ujar pria berkumis ini.

Manfaat lainnya, pohon di sekitar pantai mampu menahan laju angin laut yang  kencang. Selain itu perlunya pelestarian tanam bakau atau mangrove di sekitar bibir pantai. Mangrove bermanfaat bagi para nelayan baik dari sisi terjaganya ekosistem laut tanaman bakau dan magroof juga dapat berfungsi sebagai pemecah ombak

NELAYAN JANGAN TERJEBAK RENTENIR
Anggota Fraksi PKB DPR RI itu menyatakan, rata-rata kehidupan nelayan tidak stabil secara ekonomi. Karena terngantung dari hasil melaut, sementara keadaan laut tidak memberi kepastian akibat cuaca.

Oleh sebab itu, pesan Nur Yasin disampaikan Abdul Fatah, nelayan harus pandai menjaga sekitar pantai untuk bisa meningkatkan nilai ekonomi yaitu dengan tanam pohon di sekitar bibir pantai dan lingkungan pemukiman dengan menanam pohon.

Karena jika ombak sedang besar dan tidak bisa melaut maka dengan adanya tanaman mangrove dan bakau maka nelayan bisa mencari ikan di sekitar pantai.

"Sehingga memberi penghasilan jika tidak melaut," ujarnya.

Nur Yasin berpesan, nelayan jangan terjebak kredit pada bank personal alias rentenir jika membutuhkan biaya modal untuk melaut.

"Para nelayan jangan sampai pinjem ke renternir," pesannya.

Dikatakan, sebaiknya manfaatkan keberadaan BMT Sidogiri. Lembaga keuangan mikro syariah yang diperuntukkan untuk pemberdayaan ekonomi ummat.

ANAK NELAYAN HARUS SEKOLAH SETINGGI-TINGGINYA
Nur Yasin berpesan agar anak nelayan jangan sampai tidak sekolah. Sebab jaman semakin maju dan teknologi semakin berkembang.

Katanya, soal pendidikan ini tidak bisa dihindari. Jika anak nelayan tidak sekolah maka semakin sulit bersaing dalam kehidupan masa depannya dan justru ketinggalan.

"Ingat anak-anak panjenengan harus bisa sekolah setinggi-tingginya sampai kuliah. Biar terangkat derajatnya," pesannya.

Petik Laut di Watuulo tahun ini memperoleh perhatian Kementerian Lingkungan Hidup RI melalui mitranya di Komisi VII DPR, yakni Ir H Nur Yasin (Anggota DPR Dapil Jatim IV Jember-Lumajang).

Dalam acara ini Kementerian Lingkungan Hidup menyerahkan bantuan pohon buah dan gerobang sampah kepada warga nelayan di sekitar pantai. Para peserta yang hadir memperoleh souvenir berupa pohon bibit buah rambutan, mangga, dan kelengkeng.

Setelah kapal kecil dilabuhkan di tengah laut, acara rehat sampai maghrib. Lalu dilanjutkan pementasan wayang kulit oleh Ki Dalang Hadi Siswanto dari Ambulu. [teks: kholilul rohman ahmad | foto: rizki, daniel, wisnu]











































Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayo daftar Jadi Jutawan