Kamis, 13 Desember 2018

Nasim Khan Paparkan Pancasila dan Aswaja di Pancuran Bondowoso





“Pancasila bagi NU sudah final. Harga Mati. Sudah tidak ada persoalan.
Persoalannya bagaimana kita melakukan aktualisasi dan kontekstualisasi
nilai-nilai Pancasila menurut keadaan zamannya,” kata Anggota
DPR / MPR Ir HM Nasim Khan di Bondowoso.






Pancuran, Bondowoso – Di tengah-tengah para santri dan ustadz-ustadzah, Anggota MPR Ir H M Nasim Khan melaksanakan sosialisasi Pancasila di Aula Pondok Pesantren Pancuran Bondowoso (9/12) dalam suasana ramah, riang, dan syahdu bersama masyarakat peserta Sosialisasi MPR. Bang Nasim, demikian panggilan akrabnya, berbicara tentang pentingnya nilai-nilai Pancasila agar menjadi teladan bagi kehidupan bermasyarakat.

Mereka yang hadir terdiri dari berbagai elemen masyarakat dari seluruh kecamatan di Situbondo, dalam rangka memasyarakatkan Pancasila di lingkungan masyarakat pada umumnya. Anggota MPR Ir HM Nasim Khan bersama narasumber pendamping dari DPC PKB Bondowoso, menyampaikan materi nilai-nilai Pancasila dalam acara Sosialisasi MPR di Bondowoso.

Dalam kesempatan itu, Bang Nasim juga menyampaikan pesan kepada para angggota Lembaga Pendidikan Kader Pancasila (LPKP) Bondowoso sebagai upaya meningkatkan jangkauan Pancasila ke pelosok-pelosok desa di Bondowoso. Acara yang diselenggarakan kerjasama Fraksi PKB MPR-RI dan DPC PKB Bondowoso ini dilaksanakan dibarengi pelaksanaan sholawat nariyah bersama-sama karena berbarengan momentum maulid Nabi Muhammad SAW.

”Pertemuan ini sebuah wadah ruang silaturrahim Pancasila kepada para warga masyarakat di Situbondo,” kata Bang Nasim. Ia berharap kepada peserta semoga acara menjadi ruang konsolidasi dan memasyarakatkan Pancasila di dapil Situbondo dan sekitarnya.


"Salah satu bentuk nilai-nilai Pancasila dan Aswaja adalah terwujudnya ulama NU sebagai motor perjuangan kemerdekaan Indonesia hingga terbentuknya NKRI," ujarnya.

Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia merupakan pilar utama daripada tiga pilar lainnya sehingga menjadi final eksistensinya serta tidak perlu diperdebatkan lagi.

“Pancasila bagi NU sudah final. Harga Mati. Sudah tidak ada persoalan. Persoalannya bagaimana kita melakukan aktualisasi dan kontekstualisasi nilai-nilai Pancasila menurut keadaan zamannya,” katanya.

Menurutnya, di jaman Orde Baru ada Eka Prasetya Panca Karsa atau P4 yang dianggap terjemahan tunggal oleh pemerintah yang bersifat mutlak alias tidak bisa dibantah. Katanya, rezim Orba tidak memperbolehkan muncul terjemahan Pancasila dari masyarakat.

“Nah, masa sekarang tafsir tunggal itu dihilangkan. Tapi tentu namanya menerjemahkan tidak boleh keluar dari teks Pancasila itu,” katanya.

Sementara itu, saat menjelaskan materi Bhinneka Tungga Ika, ia menyatakan bahwa pluralisme atau warna-warni keyakinan yang ikut membentuk negara Indonesia harus dihayati oleh semua masyarakat. Sebab Indonesia dibentuk oleh banyak suku agama dan golongan, bukan oleh sekelompok tertentu saja.

“Ini juga sejalan sebagai ibadah dengan para ulama dan masyayikh yang mengajar di pesantren, yakni sama-sama beribadah dan Pancasila,” katanya.

“Jadi dengan ini sudah tidak relevan pernyataan Pancasila itu kafir, atau Pancasila itu bukan Islam. Karena Pancasila dan NKRI adalah bagian dari PBNU,” katanya menutup presentasi materi Empat Pilar alias PBNU, yakni P=Pancasila, B=Bhinneka Tunggal Ika, N=NKRI, dan U=UUD Tahun 1945.  

Bang Nasim, berpesan agar kader PKB jangan hanya menjadi penonton di depan kebijakan publik yang hanya dikuasai orang lain. Jangan sampai para kiai hanya menonton saja, lalu saat ada kerusakan diminta ikut memperbaiki. Saat bagus dan lurus disuruh kembali ke pesantren.

Ia menyatakan, kiai harus ikut ambil bagian menentukan kebijakan publik, maka dari itu PKB harus menang lalu menempatkan wakilnya di parlemen. Sebab menentukan kebijakan publik untuk mengajak berbuat kebajikan termasuk ibadah. (kra)

Rabu, 05 Desember 2018

Nasim Khan, Prinsip NKRI, dan Bumi Sholawat Nariyah





Anggota DPR / MPR RI Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Dapil 
Jawa Timur III, Ir. H. M. Nasim Khan, menggelar kegiatan Pendidikan 
Penguatan Pancasila dan NKRI di Ponpes Walisongo, Situbondo, 
menyampaikan pentingnya kaum santri ikut berperan aktif dalam 
peguatan Pancasila demi keutuhan NKRI dan lestarinya tradisi 
sholawat nariyah di muka bumi, November 2018. (foto: Istimewa)


Mimbaan-Situbondo – Pancasila di kalangan santri terus digerakkan sebagai upaya penguatan NKRI di pelosok-pelosok desa dengan ikhtiar lahir batin dan jiwa raga. Salah satu langkahnya dilaksanakan Anggota MPR Ir HM Nasim Khan Dapil Jawa Timur III, menggelar kegiatan Pendidikan Penguatan Pancasila dan NKRI di Situbondo, 28 November 2018. Kegiatan tersebut merupakan rangkaian dari Sosialisasi MPR oleh Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI).

Menurut Anggota MPR Dapil Jawa Timur III (Bondowoso Banyuwangi Situbondo) Ir. H. M. Nasim Khan, tegaknya Pancasila dan keutuhan NKRI tidak pernah lepas dari peran para santri dan masyayikh yang gigih bergerak melakukan penguatan nilai-nilai Pancasila di pondok pesantren, surau, musholla, dan masjid.  

Menurut Bang NK, panggilan akrabnya, memasyarakatkan Pancasila sebagai bagian dari memperkuat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan tanggung jawab seluruh warga negara. Meskipun pihaknya menjadi pejabat sebagai wakil rakyat di Senayan, sesungguhnya ‘hanya’ meneruskan tanggungjawabnya sebagai rakyat sebagaimana umumnya.

 “Lebih dari itu kita semua punya tanggungjawab untuk tegaknya NKRI dan keutuhan Pancasila. Bukan hanya pejabat saja. Namun seluruh warga negara Indonesia mempunyai kewajiban yang sama, tanpa kecuali,” katanya.
Sehingga setiap hari alunan sholawat sahut-menyahut antar desa.
Desa yang satu selesai acara sholawatan berganti di desa lain dan
seterusnya sehingga bacaan sholawat tidak pernah berhenti bergelora
di bumi sholawat Situbondo.

Dikatakan, tegaknya Pancasila dan keutuhan NKRI tidak pernah lepas dari peran para santri dan masyayikh yang gigih bergerak melakukan penguatan nilai-nilai Pancasila di pondok pesantren, surau, musholla, dan masjid. Bahkan khutbah-khutbah yang dikumandangkan para khatib saat shalat Jumat merupakan bagian dari penguatan Pancasila sila pertama, yakni ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’.
Anggota DPR MPR RI Fraksi PKB Dapil Jawa Timur III, Ir HM Nasim Khan, tersebut, menggelar kegiatan Pendidikan Penguatan Pancasila dan NKRI di Situbondo, menyampaikan pentingnya kaum santri ikut berperan aktif dalam peguatan Pancasila demi keutuhan NKRI.

Prinsip-prinsip dasar berindonesia dengan NKRI dan Pancasila merupakan kebutuhan berbangsa dan bernegara kita di alam modern ini. “Kita sebagai bangsa manusia tidak bisa berdiri sendiri, melainkan butuh topangan makhluk lain. Di sini menjadi penting NKRI dan Pancasila terus digelorakan,” Kata Bangs Nasim.

Dukatakan, penguatan Pancasila di Situbondo harus tumbuh dan tangguh dalam mempersiapkan generasi bangsa yang akan datang. Seluruh kader Pancasila diharapkan mampu membawa nama baik Nahdlatul Ulama, para guru, dan masyayikh yang telah memberikan ilmu-ilmu kehidupan dan keilahian kepada kita.

“Di sinilah makna penting Pancasila bagi kita sebagai kaum santri,” pungkasnya. -kra
Acara diselenggarakan di lingkungan pondok pesantren di tengah kota Situbondo, Ponpes Walisongo, di bawah asuhan KH Kholil As’ad Syamsul Arifin, tokoh kharismatik yang mempunyai tradisi bersholawat nariyah di berbagai kota di Indonesia, khususnya Situbondo. Sehingga Situbondo dikenal sebagai bumi Sholawat Nariyah.

Aluman sholawat nariyah dengan iringan musik dan dibaca bersama-sama dilengkapi dengan bacaan-bacaan Barjanji adalah salah satu khazanah Situbondo dari warisan para alim-ulama dan dilestarikan oleh masyarakat. Acara Maulid Nabi di Situbondo bukan hanya dilaksanakan di bulan Rabi’ul Awal (Mulud, Jawa.) melainkan juga diselenggarakan hampir setiap hari di desa-desa secara bergiliran. Sehingga setiap hari alunan sholawat sahut-menyahut antar desa. Desa yang satu selesai acara sholawatan berganti di desa lain dan seterusnya sehingga bacaan sholawat tidak pernah berhenti bergelora di bumi sholawat Situbondo.

Di sinilah peran Bang Nasim sebagai wakil rakyat menyerap aspirasi untuk diteruskan ke pusat sebagai kebijakan nasional dalam langkah spiritualitas dan solideritas sosial kebudayaan. Pendidikan tertinggi adalah membudayakan sholawat nariyah menjadi sentuhan jiwa-jiwa agar senantiasa kokoh memperluat NKRI dan Pancasila.

Saya merasa bangga menjadi bagian sholawat nariyah,” kata Bang Nasim.

Sosialisasi MPR di Situbondo yang diselenggarakan di Situbondo ini merupakan gelombang ke-77 dari berbagai kegiatan berpancasila di wilayah Dapil Jawa Timur III, meliputi Banyuwangi, Bondowoso, dan Situbondo. Harapan terbesarnya adalah  demi tegaknya Pancasila adalah sholawat nariyah semakin lestari dan meluas di seluruh muka bumi. –kholilul rohman ahmad


Kamis, 29 November 2018

Nasim Khan: Situbondo Bumi Sholawat Nariyah, NKRI, dan Pancasila




Mimbaan-Situbondo – Anggota DPR MPR RI Fraksi PKB Dapil Jawa Timur III, Ir M Nasim Khan, menggelar kegiatan Pendidikan Penguatan Pancasila dan NKRI di Situbondo, November 2018. Kegiatan tersebut merupakan rangkaian dari Sosialisasi MPR oleh Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPRRI).

 Menurut Anggota MPR Dapil Jawa Timur III (Bondowoso Banyuwangi Situbondo) Ir. H. M. Nasim Khan, tegaknya Pancasila dan keutuhan NKRI tidak pernah lepas dari peran para santri dan masyayikh yang gigih bergerak melakukan penguatan nilai-nilai Pancasila di pondok pesantren, surau, musholla, dan masjid. (foto: istimewa)

Menurut Bang NK, panggilan akrabnya, memasyarakatkan Pancasila sebagai bagian dari memperkuat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan tanggung jawab seluruh warga negara. Meskipun pihaknya menjadi pejabat sebagai wakil rakyat di Senayan, sesungguhnya ‘hanya’ meneruskan tanggungjawabnya sebagai rakyat sebagaimana umumnya.
  
“Lebih dari itu kita semua punya tanggungjawab untuk tegaknya NKRI dan keutuhan Pancasila. Bukan hanya pejabat saja. Namun seluruh warga negara Indonesia mempunyai kewajiban yang sama, tanpa kecuali,” katanya.

 Dikatakan, tegaknya Pancasila dan keutuhan NKRI tidak pernah lepas dari peran para santri dan masyayikh yang gigih bergerak melakukan penguatan nilai-nilai Pancasila di pondok pesantren, surau, musholla, dan masjid. Bahkan khutbah-khutban yang dikumandangkan para khatib saat shalat Jumat merupakan bagian dari penguatan Pancasila sila pertama, yakni ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’.

Anggota DPR MPR RI Fraksi PKB Dapil Jawa Timur III, Ir HM Nasim Khan, tersebut, menggelar kegiatan Pendidikan Penguatan Pancasila dan NKRI di Situbondo, menyampaikan pentingnya kaum santri ikut
berperan aktif dalam peguatan Pancasila demi keutuhan NKRI.

Menurut Bang NK, panggilan akrabnya, memasyarakatkan Pancasila sebagai bagian dari memperkuat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan tanggung jawab seluruh warga negara. Meskipun pihaknya menjadi pejabat sebagai wakil rakyat di Senayan, sesungguhnya ‘hanya’ meneruskan tanggungjawabnya sebagai rakyat sebagaimana umumnya.

“Lebih dari itu kita semua punya tanggungjawab untuk tegaknya NKRI dan keutuhan Pancasila. Bukan hanya pejabat saja. Namun seluruh warga negara Indonesia mempunyai kewajiban yang sama, tanpa kecuali,” katanya.

Dikatakan, tegaknya Pancasila dan keutuhan NKRI tidak pernah lepas dari peran para santri dan masyayikh yang gigih bergerak melakukan penguatan nilai-nilai Pancasila di pondok pesantren, surau, musholla, dan masjid. Bahkan khutbah-khutban yang dikumandangkan para khatib saat shalat Jumat merupakan bagian dari penguatan Pancasila sila pertama, yakni ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’.

“Kita patut berterima kasih kepada para khatib yang istiqamah menyampaikan khutbah-khutbah bernilai Pancasila. Pesan saya, hindarkan khutbah yang provokatif dan memecah belah ummat,” tuturnya.

Acara sosialisasi MPR dan Pendidikan Pancasila di gelar di Pondok Pesantren Walisongo, Situbondo dibuka secara resmi dihadiri Anggota DPR MPR RI Ir HM Nasim Khan Dapil Jawa Timur III (Situbondo Bondowoso Banyuwangi), Jamaah Sahmasy, aktivis NU, dan para masyayikh serta asatidz.

Pantauan selama acara tersirat, para peserta diajak menelusuri materi nilai-nilai Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, UUD NRI 1945 (PBNU) dan Islam ala Ahlussunah Wal Jamaah. Direktur NKI yang ikut dalam rombongan Anggota Dewan mengatakan, fokus pendidikan Pancasila di Situbondo diprioritaskan bagi kalangan santri dan pondok pesantren. Sebab nilai-nilai Pancasila bisa mudah memasyarakat melalui jalur ponpes di mana para santri mempunyai peran menentukan perkembangan Pancasila di masyarakat.

Bang NK, menyatakan, penguatan Pancasila di Bondowoso harus tumbuh dan tangguh dalam mempersiapkan generasi bangsa yang akan datang. Seluruh kader Pancasila diharapkan mampu membawa nama baik Nahdlatul Ulama, para guru, dan masyayikh yang telah memberikan ilmu-ilmu kehidupan dan keilahian kepada kita.

Bang NK, menyatakan, penguatan Pancasila di Situbondo harus tumbuh dan tangguh dalam mempersiapkan generasi bangsa yang akan datang. Seluruh kader Pancasila diharapkan mampu membawa nama baik Nahdlatul Ulama, para guru, dan masyayikh yang telah memberikan ilmu-ilmu kehidupan dan keilahian kepada kita.

“Di sinilah makna penting Pancasila bagi kita sebagai kaum santri,” pungkasnya. -kra











Di Banyuwangi Nasim Khan Bentuk Gerakan Pancasila bersama Guru Ngaji






Kabat, Banyuwangi - Sosialisasi Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara MPR bertajuk "Gerakan Rakyat Membela Pancasila" bersama anggota DPR MPR RI Fraksi PKB, Ir H M Nasim Khan. Di Ponpes Kabat, Banyuwangi. Acara digelar dengan latar belakang bahwa rakyat membutuhkan teladan para pemimpin dalam mengamalkan Pancasila sehari hari.

PANCASILA DAN PBNU - “Jadi dengan ini sudah tidak relevan pernyataan Pancasila itu kafir, atau Pancasila itu bukan Islam. Karena Pancasila dan NKRI adalah bagian dari PBNU,” kata Ir H M Nasim Khan dalam acara sosialisasi MPR di Banyuwangi, November 2018

Menurut wakil rakyat dapil Jawa Timur III ini, Pancasila lahir sejak kemerdekaan Indonesia. Namun karena tantangan zaman selalu berubah, sehingga menjadi kebutuhan kita kaum santri ikut berperan mewujudkan Pancasila yang kontekstual di masyarakat.

"Para kiai, ustadz, dan alim ulama dibutuhkan berperan di sini," pesan Bang NK, panggilan akrabnya.

Dikatakan, para guru ngaji di langgar yang setiap habis maghrib mengajar anak anak santri membaca Al Qur'an adalah media strategis mensosialisasikan Pancasila. Pada anak anak itu harapan Pancasila semakin kuat dan tangguh untuk bangsa ini kita sandarkan.

"Kita yang tua tua ini hanya bisa mengarahkan. Anak-anak lah yang lebih panjang harapan untuk bangsa ini," katanya.

Gerakan sosial membumikan Pancasila lebih manjur model demikian, katanya, karena guru ngaji mempunyai sifat ketulusan dan keikhlasan dalam mendidik generasi muda kita. Mereka sudah teruji dan terbukti dalam mendampingi anak anak dari tidak bisa membaca sampai bisa memahami Al Qur an.

"Inilah konteks gerakan memelihara Pancasila untuk Indonesia yang lebih baik sesuai zaman dan tantangan tantangan nya," katanya dalam sambutan pembukaan.

Acara sos MPR dihadiri para ulama, ustadz, dan guru ngaji. Ikut hadir narasumber KH Ahmad, pengasuh Pondok pesantren di tengah acara sosialisasi MPR dan Pendidikan Pancasila bersama para santri dan masayikh tersebut. Manurut Bang Nasim, , para peserta diajak menelusuri materi nilai-nilai Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, UUD NRI 1945 (PBNU) dan Islam ala Ahlussunah Wal Jamaah.

Aktivis Garda Bangsa Banyuwangi, Dedy Darmanto, menyatakan, fokus pendidikan Pancasila di Banyuwangi diprioritaskan bagi guru ngaji tersebut sebagai upaya mempermudah jalur pendidikan Pancasila di kalangan santri-santri. Sebab nilai-nilai Pancasila bisa mudah memasyarakat melalui jalur pondok pesantren di mana para santri mempunyai peran menentukan perkembangan Pancasila di masyarakat.

Sementara itu, saat menjelaskan materi Bhinneka Tungga Ika, ia menyatakan bahwa pluralisme atau warna-warni keyakinan yang ikut membentuk negara Indonesia harus dihayati oleh semua masyarakat. Sebab Indonesia dibentuk oleh banyak suku agama dan golongan, bukan oleh sekelompok tertentu saja.
 
Bang Nasim juga berpesan agar kader PKB dan para santri jangan hanya menjadi penonton di depan kebijakan publik yang hanya dikuasai orang lain. Jangan sampai para kiai hanya menonton saja, lalu saat ada kerusakan diminta ikut memperbaiki. Saat bagus dan lurus disuruh kembali ke pesantren. Ia menyatakan, kiai harus ikut ambil bagian menentukan kebijakan publik, maka dari itu PKB harus menang lalu menempatkan wakilnya di parlemen. Sebab menentukan kebijakan publik untuk mengajak berbuat kebajikan termasuk ibadah.

 “Ini juga sejalan sebagai ibadah dengan para ulama dan masyayikh yang mengajar di pesantren, yakni sama-sama beribadah dan Pancasila,” katanya.

“Jadi dengan ini sudah tidak relevan pernyataan Pancasila itu kafir, atau Pancasila itu bukan Islam. Karena Pancasila dan NKRI adalah bagian dari PBNU,” katanya menutup presentasi materi Empat Pilar alias PBNU, yakni P=Pancasila, B=Bhinneka Tunggal Ika, N=NKRI, dan U=UUD Tahun 1945.

Dalam kesempatan tersebut Bang Nasim membagikan buku-buku pedoman berpancasila dan ber-NKRI yg diterbitkan Lembaga Pengkajian Pancasila, Jakarta. Buku Dibagikan dengan tujuan agar warga masyarakat dapat membaca dan mempelajarinya. (kra)

Di Bondowoso, Nasim Khan Berpesan tentang Sholawat Nariyah Kunci NKRI

Botolinggo-Bondowoso – Memasuki musim penghujan di bulan November ini, Anggota MPR Ir H M Nasim Khan melaksanakan sosialisasi Pancasila bersama Tokoh Masyarakat di Bottolinggo dalam rangka Sosialisasi MPR dan PBNU, 17/11). Acara digagas oleh Lembaga Masyarakat Madani bekerjasama LSM NKI yg bernaung di bawah asuhan Bang Nasim dan para masayikh. Acara diikuti puluhan peserta dari wilayah Bondowoso, Situbondo dan Bondowoso. 

Pada kesempatan sore itu di hadapan jamaah sholawat nariyah di Pondok Pesantren Botolinggo, Situbondo, Bang Nasim mengajak para peserta untuk terus menggelorakan Pancasila dan shalawat nariyah. Menurutnya, kedua "pilar" tersebut merupakan sambungan spiritual bagi tegaknya NKRI, negara kesatuan Republik Indonesia. 

SHALAWAT NARIYAH DAN PANCASILA - Anggota MPR RI Ir H M Nasim Khan Dapil Jawa Timur III (Banyuwangi Situbondo Bondowoso) menyampaikan pokok-pokok pikiran tentang Shalawat Nariyah, Pancasila, dan NKRI di Botolinggo, Bondowoso. Acara dihadiri puluhan jamaah shalawat nariyah dari berbagai daerah di Bondowoso, Jawa Timur. (foto: istimewa).



"Kemarin saat di Situbondo pesan ini saya dengar dari beliau (Kiai Cholil As'ad, red.). Bahwa kita diminta agar `shalawat nariyah` terus diucapkan dan diperkenalkan masyarakat. Kita sebagai santri `ngereng` beliau. Karena dengan wasilah shalawat nariyah keberadaan Pancasila dan NKRI akan tetap lestari di bumi Indonesia," Kata Bang Nasim. 

Pada kesempatan tersebut acara dihadiri terdiri dari berbagai elemen masyarakat dari beberapa kecamatan di Bondowoso, dalam rangka memasyarakatkan Pancasila di lingkungan masyarakat pada umumnya. Anggota MPR Ir H M Nasim Khan bersama narasumber pendamping dari Bondowoso, Aurangzeb Khan, SE., menyampaikan materi nilai-nilai Pancasila dalam acara Sosialisasi MPR tersebut.

Dalam kesempatan itu, Bang Nasim juga menyampaikan pesan kepada para jamaah shalawat nariyah di Banyuwangi Situbondo terus bergerak bersama shalawat nariyah ke masyarakat sebagai upaya meningkatkan jangkauan Pancasila ke pelosok-pelosok desa. 

”Kita berjamaan dan terus bersilaturrahim ini sebuah wadah ruang kerjasama Pancasila kepada para warga masyarakat di Bondowoso," kata Bang Nasim. Ia berharap kepada peserta semoga acara menjadi ruang konsolidasi dan memasyarakatkan Pancasila di Bondowoso dan sekitarnya.

"Salah satu bentuk nilai-nilai Pancasila dan Aswaja adalah terwujudnya ulama NU sebagai motor perjuangan kemerdekaan Indonesia hingga terbentuknya NKRI," ujarnya.

Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia merupakan pilar utama daripada tiga pilar lainnya sehingga menjadi final eksistensinya serta tidak perlu diperdebatkan lagi.

“Pancasila bagi NU sudah final. Harga Mati. Sudah tidak ada persoalan. Persoalannya bagaimana kita melakukan aktualisasi dan kontekstualisasi nilai-nilai Pancasila menurut keadaan zamannya,” katanya.

Menurutnya, di jaman Orde Baru ada Eka Prasetya Panca Karsa atau P4 yang dianggap terjemahan tunggal oleh pemerintah yang bersifat mutlak alias tidak bisa dibantah. Katanya, rezim Orba tidak memperbolehkan muncul terjemahan Pancasila dari masyarakat.

“Nah, masa sekarang tafsir tunggal itu dihilangkan. Tapi tentu namanya menerjemahkan tidak boleh keluar dari teks Pancasila itu,” katanya.

Sementara itu, saat menjelaskan materi Bhinneka Tungga Ika, ia menyatakan bahwa pluralisme atau warna-warni keyakinan yang ikut membentuk negara Indonesia harus dihayati oleh semua masyarakat. Sebab Indonesia dibentuk oleh banyak suku agama dan golongan, bukan oleh sekelompok tertentu saja.


Bang Nasim juga berpesan agar kader PKB jangan hanya menjadi penonton di depan kebijakan publik yang hanya dikuasai orang lain. Jangan sampai para kiai hanya menonton saja, lalu saat ada kerusakan diminta ikut memperbaiki. Saat bagus dan lurus disuruh kembali ke pesantren. Ia menyatakan, kiai harus ikut ambil bagian menentukan kebijakan publik, maka dari itu PKB harus menang lalu menempatkan wakilnya di parlemen. Sebab menentukan kebijakan publik untuk mengajak berbuat kebajikan termasuk ibadah.

 “Ini juga sejalan sebagai ibadah dengan para ulama dan masyayikh yang mengajar di pesantren, yakni sama-sama beribadah dan Pancasila,” katanya.

Jadi dengan ini sudah tidak relevan pernyataan Pancasila itu kafir, atau Pancasila itu bukan Islam. Karena Pancasila dan NKRI adalah bagian dari PBNU,” katanya menutup presentasi materi Empat Pilar alias PBNU, yakni P=Pancasila, B=Bhinneka Tunggal Ika, N=NKRI, dan U=UUD Tahun 1945. 

Dalam kesempatan tersebut Bang Nasim membagikan buku-buku pedoman berpancasila dan ber-NKRI yg diterbitkan Lembaga Pengkajian Pancasila, Jakarta. Buku Dibagikan dengan tujuan agar warga masyarakat dapat membaca dan mempelajarinya. (kra)

Di Banyuwangi, Nasim Khan Bentuk Gerakan Shalawat NKRI






Ketapang-Banyuwangi – Anggota MPR Ir H M Nasim Khan melaksanakan sosialisasi Pancasila di Ketapang Banyuwangi dalam rangka Sosialisasi MPR dan PBNU, 16/11). Acara digagas oleh Lembaga Masyarakat Madani bekerjasama LSM NKI yg bernaung di bawah asuhan Bang Nasim dan para masayikh. Acara diikuti puluhan peserta dari wilayah Banyuwangi, Situbondo dan Bondowoso. 


ANGGOTA MPR RI Ir H M NASIM KHAN DAPIL JAWA TIMUR III (BANYUWANGI SITUBONDO BONDOWOSO) MENYAMPAIKAN POKOK-POKOK PIKIRAN TENTANG SHALAWAT NARIYAH, PANASILA, DAN NKRI DI KETAPANG, BANYUWANGI. ACARA DIHADIRI PULUHAN JAMAAH SHALAWAT NARIYAH DARI BERBAGAI DAERAH DI BANYUWANGI, JAWA TIMUR. (FOTO: KHOLILUL ROHMAN AHMAD).

Siang itu di perkampungan nelayan Bang Nasim mengajak para peserta untuk terus menggelorakan Pancasila dan shalawat nariyah karena kedua "pilar" tersebut merupakan sambungan spiritual bagi tegaknya NKRI, negara kesatuan Republik Indonesia. 

"Para Masayikh berpesan kepada kita agar `shalawat nariyah` terus diucapkan dan diperkenalkan masyarakat, baik yg sudah tahu maupun yang belum tahu. Karena dengan wasilah shalwat nariyah keberadaan Pancasila dan NKRI akan tetap lestari di bumi Indonesia," Kata Bang Nasim. 

Pada kesempatan tersebut acara dihadiri terdiri dari berbagai elemen masyarakat dari seluruh kecamatan di Banyuwangi Utara, dalam rangka memasyarakatkan Pancasila di lingkungan masyarakat pada umumnya. Anggota MPR Ir HM Nasim Khan bersama narasumber pendamping dari aktivis Garda Bangsa Banyuwangi, Dedy Darmanto, menyampaikan materi nilai-nilai Pancasila dalam acara Sosialisasi MPR tersebut.

Dalam kesempatan itu, Bang Nasim juga menyampaikan pesan kepada para jamaah shalawat nariyah di Banyuwangi Situbondo terus bergerak bersama shalwat nariyah ke masyarakat sebagai upaya meningkatkan jangkauan Pancasila ke pelosok-pelosok desa. 

”Kita berjamaan dan terus bersilaturrahim ini sebuah wadah ruang kerjasama Pancasila kepada para warga masyarakat di Banyuwangi," kata Bang Nasim. Ia berharap kepada peserta semoga acara menjadi ruang konsolidasi dan memasyarakatkan Pancasila di Banyuwangi dan sekitarnya.

"Salah satu bentuk nilai-nilai Pancasila dan Aswaja adalah terwujudnya ulama NU sebagai motor perjuangan kemerdekaan Indonesia hingga terbentuknya NKRI," ujarnya.

Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia merupakan pilar utama daripada tiga pilar lainnya sehingga menjadi final eksistensinya serta tidak perlu diperdebatkan lagi.

“Pancasila bagi NU sudah final. Harga Mati. Sudah tidak ada persoalan. Persoalannya bagaimana kita melakukan aktualisasi dan kontekstualisasi nilai-nilai Pancasila menurut keadaan zamannya,” katanya.

Menurutnya, di jaman Orde Baru ada Eka Prasetya Panca Karsa atau P4 yang dianggap terjemahan tunggal oleh pemerintah yang bersifat mutlak alias tidak bisa dibantah. Katanya, rezim Orba tidak memperbolehkan muncul terjemahan Pancasila dari masyarakat.

“Nah, masa sekarang tafsir tunggal itu dihilangkan. Tapi tentu namanya menerjemahkan tidak boleh keluar dari teks Pancasila itu,” katanya.

Sementara itu, saat menjelaskan materi Bhinneka Tungga Ika, ia menyatakan bahwa pluralisme atau warna-warni keyakinan yang ikut membentuk negara Indonesia harus dihayati oleh semua masyarakat. Sebab Indonesia dibentuk oleh banyak suku agama dan golongan, bukan oleh sekelompok tertentu saja.

Berpesan agar kader PKB jangan hanya menjadi penonton di depan kebijakan publik yang hanya dikuasai orang lain. Jangan sampai para kiai hanya menonton saja, lalu saat ada kerusakan diminta ikut memperbaiki. Saat bagus dan lurus disuruh kembali ke pesantren.
Ia menyatakan, kiai harus ikut ambil bagian menentukan kebijakan publik, maka dari itu PKB harus menang lalu menempatkan wakilnya di parlemen. Sebab menentukan kebijakan publik untuk mengajak berbuat kebajikan termasuk ibadah.

 “Ini juga sejalan sebagai ibadah dengan para ulama dan masyayikh yang mengajar di pesantren, yakni sama-sama beribadah dan Pancasila,” katanya.

“Jadi dengan ini sudah tidak relevan pernyataan Pancasila itu kafir, atau Pancasila itu bukan Islam. Karena Pancasila dan NKRI adalah bagian dari PBNU,” katanya menutup presentasi materi Empat Pilar alias PBNU, yakni P=Pancasila, B=Bhinneka Tunggal Ika, N=NKRI, dan U=UUD Tahun 1945. (kra)

Selasa, 16 Oktober 2018

Nasim Khan: Pancasila adalah Senjata Pengusir Hoax


Situbondo – Anggota MPR Ir H M Nasim Khan melaksanakan sosialisasi Pancasila di Situbondo, (24/10) dalam suasana ramah, riang, dan syahdu bersama masyarakat peserta Sosialisasi MPR Tokoh Masyarakat. Bang Nasim, demikian panggilan akrabnya, berbicara tentang pentingnya nilai-nilai Pancasila agar menjadi teladan bagi kehidupan bermasyarakat.

Mereka yang hadir terdiri dari berbagai elemen masyarakat dari seluruh kecamatan di Situbondo, dalam rangka memasyarakatkan Pancasila di lingkungan masyarakat pada umumnya. Anggota MPR Ir HM Nasim Khan bersama narasumber dari Paguyuban Perangkat Desa Situbondo, menyampaikan materi nilai-nilai Pancasila dalam acara Sosialisasi MPR di Situbondo.

Dalam kesempatan itu, Bang Nasim juga menyampaikan pesan kepada para angggota Anggota paguyuban sebagai upaya meningkatkan jangkauan Pancasila ke pelosok-pelosok desa di Situbondo. Acara yang diselenggarakan kerjasama Fraksi PKB MPR-RI dan Institut NKI.

”Pertemuan ini sebuah wadah ruang silaturrahim Pancasila kepada para warga masyarakat di Situbondo,” kata Bang Nasim. Ia berharap kepada peserta semoga acara menjadi ruang konsolidasi dan memasyarakatkan Pancasila di dapil Situbondo dan sekitarnya.

"Salah satu bentuk nilai-nilai Pancasila dan Aswaja adalah terwujudnya ulama NU sebagai motor perjuangan kemerdekaan Indonesia hingga terbentuknya NKRI," ujarnya.

Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia merupakan pilar utama daripada tiga pilar lainnya sehingga menjadi final eksistensinya serta tidak perlu diperdebatkan lagi.

“Pancasila bagi NU sudah final. Harga Mati. Sudah tidak ada persoalan. Persoalannya bagaimana kita melakukan aktualisasi dan kontekstualisasi nilai-nilai Pancasila menurut keadaan zamannya,” katanya.

Menurutnya, di jaman Orde Baru ada Eka Prasetya Panca Karsa atau P4 yang dianggap terjemahan tunggal oleh pemerintah yang bersifat mutlak alias tidak bisa dibantah. Katanya, rezim Orba tidak memperbolehkan muncul terjemahan Pancasila dari masyarakat.

“Nah, masa sekarang tafsir tunggal itu dihilangkan. Tapi tentu namanya menerjemahkan tidak boleh keluar dari teks Pancasila itu,” katanya.

Sementara itu, saat menjelaskan materi Bhinneka Tungga Ika, ia menyatakan bahwa pluralisme atau warna-warni keyakinan yang ikut membentuk negara Indonesia harus dihayati oleh semua masyarakat. Sebab Indonesia dibentuk oleh banyak suku agama dan golongan, bukan oleh sekelompok tertentu saja.

Berpesan agar kader Pancasila di Situbondo jangan hanya menjadi penonton di depan kebijakan publik yang hanya dikuasai orang lain. Jangan sampai para kiai hanya menonton saja, lalu saat ada kerusakan diminta ikut memperbaiki. Saat bagus dan lurus disuruh kembali ke pesantren.

Ia menyatakan, kiai harus ikut ambil bagian menentukan kebijakan publik, maka dari itu PKB harus menang lalu menempatkan wakilnya di parlemen. Sebab menentukan kebijakan publik untuk mengajak berbuat kebajikan termasuk ibadah.

“Ini juga sejalan sebagai ibadah dengan para ulama dan masyayikh yang mengajar di pesantren, yakni sama-sama beribadah dan Pancasila,” katanya.

Bang Nasim berpesan bahwa para perangkat desa adalah bagian dari tokoh masyarakat yg mempunyai hak dan tanggungjawab bersama untuk memasyarakatkan Pancasila kepada masyarakat. Bahwa nilai-nilai Pancasila dan empat pilar berbangsa dan bernegara adalah satu kesatuan dalam membangun bangsa Indonesia yg damai dan toleran terdiri dari berbagai suku bangsa di dalamnya.

“Ayo kita bangun Situbondo dengan bersholawat dan berpancasila,” pesan Bang Nasim. (KRA)

Kamis, 27 September 2018

Bersama Para Penggerak Desa Nasim Khan bicara Pancasila



Panji-Situbondo – Anggota MPR Ir H M Nasim Khan melaksanakan sosialisasi Pancasila di Pendopo Balai Desa Panji, Situbondo, (22/9) dalam suasana ramah, riang, dan syahdu bersama masyarakat peserta Sosialisasi MPR Tokoh Masyarakat. Bang Nasim, demikian panggilan akrabnya, berbicara tentang pentingnya nilai-nilai Pancasila agar menjadi teladan bagi kehidupan bermasyarakat.

Mereka yang hadir terdiri dari berbagai elemen masyarakat dari seluruh kecamatan di Situbondo, dalam rangka memasyarakatkan Pancasila di lingkungan masyarakat pada umumnya. Anggota MPR Ir HM Nasim Khan bersama narasumber dari Paguyuban Perangkat Desa Situbondo, menyampaikan materi nilai-nilai Pancasila dalam acara Sosialisasi MPR di Situbondo.

Dalam kesempatan itu, Bang Nasim juga menyampaikan pesan kepada para angggota Anggota paguyuban sebagai upaya meningkatkan jangkauan Pancasila ke pelosok-pelosok desa di Situbondo. Acara yang diselenggarakan kerjasama Fraksi PKB MPR-RI dan Institut NKI.

”Pertemuan ini sebuah wadah ruang silaturrahim Pancasila kepada para warga masyarakat di Situbondo,” kata Bang Nasim. Ia berharap kepada peserta semoga acara menjadi ruang konsolidasi dan memasyarakatkan Pancasila di dapil Situbondo dan sekitarnya.

"Salah satu bentuk nilai-nilai Pancasila dan Aswaja adalah terwujudnya ulama NU sebagai motor perjuangan kemerdekaan Indonesia hingga terbentuknya NKRI," ujarnya.

Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia merupakan pilar utama daripada tiga pilar lainnya sehingga menjadi final eksistensinya serta tidak perlu diperdebatkan lagi.

“Pancasila bagi NU sudah final. Harga Mati. Sudah tidak ada persoalan. Persoalannya bagaimana kita melakukan aktualisasi dan kontekstualisasi nilai-nilai Pancasila menurut keadaan zamannya,” katanya.

Menurutnya, di jaman Orde Baru ada Eka Prasetya Panca Karsa atau P4 yang dianggap terjemahan tunggal oleh pemerintah yang bersifat mutlak alias tidak bisa dibantah. Katanya, rezim Orba tidak memperbolehkan muncul terjemahan Pancasila dari masyarakat.

“Nah, masa sekarang tafsir tunggal itu dihilangkan. Tapi tentu namanya menerjemahkan tidak boleh keluar dari teks Pancasila itu,” katanya.

Sementara itu, saat menjelaskan materi Bhinneka Tungga Ika, ia menyatakan bahwa pluralisme atau warna-warni keyakinan yang ikut membentuk negara Indonesia harus dihayati oleh semua masyarakat. Sebab Indonesia dibentuk oleh banyak suku agama dan golongan, bukan oleh sekelompok tertentu saja.

Berpesan agar warga negara jangan hanya menjadi penonton di depan kebijakan publik yang hanya dikuasai orang lain. Jangan sampai para kiai hanya menonton saja, lalu saat ada kerusakan diminta ikut memperbaiki. Saat bagus dan lurus disuruh kembali ke pesantren.
Ia menyatakan, kiai harus ikut ambil bagian menentukan kebijakan publik, maka dari itu warga pancasila harus menang lalu menempatkan wakilnya di parlemen. Sebab menentukan kebijakan publik untuk mengajak berbuat kebajikan termasuk ibadah.

 “Ini juga sejalan sebagai ibadah dengan para ulama dan masyayikh yang mengajar di pesantren, yakni sama-sama beribadah dan Pancasila,” katanya.

Bang Nasim berpesan bahwa para perangkat desa adalah bagian dari tokoh masyarakat yg mempunyai hak dan tanggungjawab bersama untuk memasyarakatkan Pancasila kepada masyarakat. Bahwa nilai-nilai Pancasila dan empat pilar berbangsa dan bernegara adalah satu kesatuan dalam membangun bangsa Indonesia yg damai dan toleran terdiri dari berbagai suku bangsa di dalamnya.

“Ayo kita bangun Situbondo dengan bersholawat dan berpancasila,” pesan Bang Nasim.
(kra)

Senin, 17 September 2018

Di Besuki, Nasim Khan bicara PBNU, Aswaja, dan NKRI


Besuki-Situbondo – Anggota MPR Ir H M Nasim Khan melaksanakan sosialisasi Pancasila di Pendopo Kecamatan Besuki, Situbondo, (13/9) dalam suasana ramah, riang, dan syahdu bersama masyarakat peserta Sosialisasi MPR. Bang Nasim, demikian panggilan akrabnya, berbicara tentang pentingnya nilai-nilai Pancasila agar menjadi teladan bagi kehidupan bermasyarakat.

Mereka yang hadir terdiri dari berbagai elemen masyarakat dari seluruh kecamatan di Situbondo, dalam rangka memasyarakatkan Pancasila di lingkungan masyarakat pada umumnya. Anggota MPR Ir HM Nasim Khan bersama narasumber pendamping dari DPAC PKB Besuki, menyampaikan materi nilai-nilai Pancasila dalam acara Sosialisasi MPR di Situbondo.

 Dalam kesempatan itu, Bang Nasim juga menyampaikan pesan kepada para angggota Lembaga Pendidikan Kader Pancasila (LPKP) Situbondo sebagai upaya meningkatkan jangkauan Pancasila ke pelosok-pelosok desa di Situbondo. Acara yang diselenggarakan kerjasama Fraksi PKB MPR-RI dan DPC PKB Situbondo ini dilaksanakan di Pendopo Kecamatan Besuki yang kepanitian secara teknis dilaksanakan Institut NKI.

”Pertemuan ini sebuah wadah ruang silaturrahim Pancasila kepada para warga masyarakat di Situbondo,” kata Bang Nasim. Ia berharap kepada peserta semoga acara menjadi ruang konsolidasi dan memasyarakatkan Pancasila di dapil Situbondo dan sekitarnya.

"Salah satu bentuk nilai-nilai Pancasila dan Aswaja adalah terwujudnya ulama NU sebagai motor perjuangan kemerdekaan Indonesia hingga terbentuknya NKRI," ujarnya.

Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia merupakan pilar utama daripada tiga pilar lainnya sehingga menjadi final eksistensinya serta tidak perlu diperdebatkan lagi.

“Pancasila bagi NU sudah final. Harga Mati. Sudah tidak ada persoalan. Persoalannya bagaimana kita melakukan aktualisasi dan kontekstualisasi nilai-nilai Pancasila menurut keadaan zamannya,” katanya.

Menurutnya, di jaman Orde Baru ada Eka Prasetya Panca Karsa atau P4 yang dianggap terjemahan tunggal oleh pemerintah yang bersifat mutlak alias tidak bisa dibantah. Katanya, rezim Orba tidak memperbolehkan muncul terjemahan Pancasila dari masyarakat.

“Nah, masa sekarang tafsir tunggal itu dihilangkan. Tapi tentu namanya menerjemahkan tidak boleh keluar dari teks Pancasila itu,” katanya.


Sementara itu, saat menjelaskan materi Bhinneka Tungga Ika, ia menyatakan bahwa pluralisme atau warna-warni keyakinan yang ikut membentuk negara Indonesia harus dihayati oleh semua masyarakat. Sebab Indonesia dibentuk oleh banyak suku agama dan golongan, bukan oleh sekelompok tertentu saja.


Berpesan agar kader PKB jangan hanya menjadi penonton di depan kebijakan publik yang hanya dikuasai orang lain. Jangan sampai para kiai hanya menonton saja, lalu saat ada kerusakan diminta ikut memperbaiki. Saat bagus dan lurus disuruh kembali ke pesantren.
Ia menyatakan, kiai harus ikut ambil bagian menentukan kebijakan publik, maka dari itu PKB harus menang lalu menempatkan wakilnya di parlemen. Sebab menentukan kebijakan publik untuk mengajak berbuat kebajikan termasuk ibadah.

 “Ini juga sejalan sebagai ibadah dengan para ulama dan masyayikh yang mengajar di pesantren, yakni sama-sama beribadah dan Pancasila,” katanya.

“Jadi dengan ini sudah tidak relevan pernyataan Pancasila itu kafir, atau Pancasila itu bukan Islam. Karena Pancasila dan NKRI adalah bagian dari PBNU,” katanya menutup presentasi materi Empat Pilar alias PBNU, yakni P=Pancasila, B=Bhinneka Tunggal Ika, N=NKRI, dan U=UUD Tahun 1945. (kra)



Rabu, 18 Juli 2018

DI BONDOWOSO, NASIM KHAN AJAK KAUM SANTRI CINTA PANCASILA


BANYUWANGI,– Anggota DPR MPR RI Fraksi PKB Dapil Jawa Timur III, Ir HM Nasim Khan, menggelar kegiatan Pendidikan Penguatan Pancasila dan NKRI di Bondowoso, 1/7. Kegiatan tersebut merupakan rangkaian dari Sosialisasi MPR oleh Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPRRI).
DI BONDOWOSO, NASIM KHAN AJAK KAUM SANTRI CINTA PANCASILA - 
Anggota FPKB DPR MPR RI Ir M Nasim Khan menyampaikan kata sambutan 
kehormatan sekaligus keynote speaker Sosialisasi MPR di Cerme Bondowoso. 
Dalam sambutan Bang Nasim, Anggota DPR Dapil Jawa Timur III (Situbondo 
Bondowoso Banyuwangi), menyampaikan pentingnya kaum santri ikut 
berperan aktif dalam peguatan Pancasila demi keutuhan NKRI. 
(Foto: KHOLILUL ROHMAN AHMAD)


Menurut Bang NK, panggilan akrabnya, memasyarakatkan Pancasila sebagai bagian dari memperkuat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan tanggung jawab seluruh warga negara. Meskipun pihaknya menjadi pejabat sebagai wakil rakyat di Senayan, sesungguhnya ‘hanya’ meneruskan tanggungjawabnya sebagai rakyat sebagaimana umumnya.

“Lebih dari itu kita semua punya tanggungjawab untuk tegaknya NKRI dan keutuhan Pancasila. Bukan hanya pejabat saja. Namun seluruh warga negara Indonesia mempunyai kewajiban yang sama, tanpa kecuali,” katanya.

Dikatakan, tegaknya Pancasila dan keutuhan NKRI tidak pernah lepas dari peran para santri dan masyayikh yang gigih bergerak melakukan penguatan nilai-nilai Pancasila di pondok pesantren, surau, musholla, dan masjid. Bahkan khutbah-khutban yang dikumandangkan para khatib saat shalat Jumat merupakan bagian dari penguatan Pancasila sila pertama, yakni ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’.

“Kita patut berterima kasih kepada para khatib yang istiqamah menyampaikan khutbah-khutbah bernilai Pancasila. Pesan saya, hindarkan khutbah yang provokativ dan memecah belah ummat,” tuturnya.

Acara sosialisasi MPR dan Pendidikan Pancasila di gelar di Pondok Pesantren Cerme Bondowoso, Bondowoso. Dibuka secara resmi Ketua Umum DPC PKB Situbondo H Dhafir dihadiri Anggota DPR MPR RI Ir HM Nasim Khan Dapil Jawa Timur III (Situbondo Bondowoso Banyuwangi), Ketua MWC NU, dan para masyayikh serta asatidz.

Manurut Pak Dhafir, para peserta diajak menelusuri materi nilai-nilai Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, UUD NRI 1945 (PBNU) dan Islam ala Ahlussunah Wal Jamaah. Dari Jakarta hadir narasumber DPP PKB memberikan pembekalan kepada para peserta tentang Pancasila, NKRI, UUD NRI 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan ke-PBNU-an oleh Abdul Fattah. Sementara itu, narasumber DPW PKB Jawa Timur ikut hadir memperkuat pengkaderan Pancasila di Wongsorejo ini, yaitu Syamsul dan Humaidi.

Direktur NKI yang ikut dalam rombongan Anggota Dewan mengatakan, fokus pendidikan Pancasila di Bondowoso diprioritaskan bagi kalangan perempuan. Sebab nilai-nilai Pancasila bisa mudah memasyarakat melalui jalur keluarga di mana para ibu-ibu mempunyai peran menentukan perkembangan Pancasila di masyarakat. 

“Secara tradisi memang laki-laki kepala keluarganya. Faktanya begitu. Namun kaum perempuan ikut menentukan nilai-nilai Pancasila di rumah (keluarga, red.),” katanya.


Bang NK, menyatakan, penguatan Pancasila di Bondowoso harus tumbuh dan tangguh dalam mempersiapkan generasi bangsa yang akan datang. Seluruh kader Pancasila diharapkan mampu membawa nama baik Nahdlatul Ulama, para guru, dan masyayikh yang telah memberikan ilmu-ilmu kehidupan dan keilahian kepada kita.

“Di sinilah makna penting Pancasila bagi kita sebagai kaum santri,” pungkasnya. -kra




Ayo daftar Jadi Jutawan