Kamis, 14 Februari 2019

BANG NASIM: YUK, BELAJAR PANCASILA TANPA HENTI


SITUBONDO – Di tengah-tengah para santri dan ustadz-ustadzah, Anggota MPR Ir H M Nasim Khan melaksanakan sosialisasi Pancasila di Pondok Pesantren Walisongo Komplek Minhajul Abidin, Situbondo, 2 Februari, dalam suasana ramah, riang, dan syahdu bersama masyarakat peserta Sosialisasi MPR. Bang Nasim, demikian panggilan akrabnya, berbicara tentang pentingnya nilai-nilai Pancasila agar menjadi teladan bagi kehidupan bermasyarakat.

Mereka yang hadir terdiri dari berbagai elemen masyarakat dari seluruh kecamatan di Situbondo, dalam rangka memasyarakatkan Pancasila di lingkungan masyarakat pada umumnya. Anggota MPR Ir HM Nasim Khan bersama narasumber pendamping dari DPC PKB Situbondo, menyampaikan materi nilai-nilai Pancasila dalam acara Sosialisasi MPR.


“Pancasila bagi NU sudah final. Harga Mati. Sudah tidak ada persoalan. Persoalannya bagaimana kita melakukan aktualisasi dan kontekstualisasi nilai-nilai Pancasila menurut keadaan zamannya,” kata M Nasim Khan, Anggota MPR Dapil Situbondo Bondowoso, Banyuwangi.
Dalam kesempatan itu, Bang Nasim juga menyampaikan pesan kepada para angggota Lembaga Pendidikan Kader Pancasila (LPKP) sebagai upaya meningkatkan jangkauan Pancasila ke pelosok-pelosok desa. Acara yang diselenggarakan kerjasama Fraksi PKB MPR-RI dan DPC PKB ini dilaksanakan dibarengi pelaksanaan sholawat nariyah bersama-sama karena berbarengan momentum maulid Nabi Muhammad SAW.

”Pertemuan ini sebuah wadah ruang silaturrahim Pancasila kepada para warga masyarakat di Situbondo,” kata Bang Nasim. Ia berharap kepada peserta semoga acara menjadi ruang konsolidasi dan memasyarakatkan Pancasila di dapil Situbondo dan sekitarnya.

"Salah satu bentuk nilai-nilai Pancasila dan Aswaja adalah
terwujudnya ulama NU sebagai motor perjuangan kemerdekaan Indonesia hingga terbentuknya NKRI," ujarnya.

Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia merupakan pilar utama daripada tiga pilar lainnya sehingga menjadi final eksistensinya serta tidak perlu diperdebatkan lagi.

“Pancasila bagi NU sudah final. Harga Mati. Sudah tidak ada persoalan. Persoalannya bagaimana kita melakukan aktualisasi dan kontekstualisasi nilai-nilai Pancasila menurut keadaan zamannya,” katanya.

Menurutnya, di jaman Orde Baru ada Eka Prasetya Panca Karsa atau P4 yang dianggap terjemahan tunggal oleh pemerintah yang bersifat mutlak alias tidak bisa dibantah. Katanya, rezim Orba tidak memperbolehkan muncul terjemahan Pancasila dari masyarakat.
Ir. H. M. Nasim Khan
Anggota DPR Dapil Jawa Timur III 
(Situbondo Bondowoso Banyuwangi).

 “Nah, masa sekarang tafsir tunggal itu dihilangkan. Tapi tentu namanya menerjemahkan tidak boleh keluar dari teks Pancasila itu,” katanya.

Sementara itu, saat menjelaskan materi Bhinneka Tungga Ika, ia menyatakan bahwa pluralisme atau warna-warni keyakinan yang ikut membentuk negara Indonesia harus dihayati oleh semua masyarakat. Sebab Indonesia dibentuk oleh banyak suku agama dan golongan, bukan oleh sekelompok tertentu saja.

“Ini juga sejalan sebagai ibadah dengan para ulama dan masyayikh yang mengajar di pesantren, yakni sama-sama beribadah dan Pancasila,” katanya.

“Jadi dengan ini sudah tidak relevan pernyataan Pancasila itu kafir, atau Pancasila itu bukan Islam. Karena Pancasila dan NKRI adalah bagian dari PBNU,” katanya menutup presentasi materi Empat Pilar alias PBNU, yakni P=Pancasila, B=Bhinneka Tunggal Ika, N=NKRI, dan U=UUD Tahun 1945.

Bang Nasim, berpesan agar kader PKB jangan hanya menjadi penonton di depan kebijakan publik yang hanya dikuasai orang lain. Jangan sampai para kiai hanya menonton saja, lalu saat ada kerusakan diminta ikut memperbaiki. Saat bagus dan lurus disuruh kembali ke pesantren.

Ia menyatakan, kiai harus ikut ambil bagian menentukan kebijakan publik, maka dari itu PKB harus menang lalu menempatkan wakilnya di parlemen. Sebab menentukan kebijakan publik untuk mengajak berbuat kebajikan termasuk ibadah.

Prinsip-prinsip dasar berindonesia dengan NKRI dan Pancasila merupakan kebutuhan berbangsa dan bernegara kita di alam modern ini. “Kita sebagai bangsa manusia tidak bisa berdiri sendiri, melainkan butuh topangan makhluk lain. Di sini menjadi penting NKRI dan Pancasila terus digelorakan,” Kata Bang Nasim.

Dukatakan, penguatan Pancasila di Situbondo harus tumbuh dan tangguh dalam mempersiapkan generasi bangsa yang akan datang. Seluruh kader Pancasila diharapkan mampu membawa nama baik Nahdlatul Ulama, para guru, dan masyayikh yang telah memberikan ilmu-ilmu kehidupan dan keilahian kepada kita.

“Di sinilah makna penting Pancasila bagi kita sebagai kaum santri,” pungkasnya.

Acara diselenggarakan di lingkungan pondok pesantren di tengah kota Situbondo, Ponpes Walisongo, di bawah asuhan KH Kholil As’ad Syamsul Arifin, tokoh kharismatik yang mempunyai tradisi bersholawat nariyah di berbagai kota di Indonesia, khususnya Situbondo. Sehingga Situbondo dikenal sebagai bumi Sholawat Nariyah.

Aluman sholawat nariyah dengan iringan musik dan dibaca bersama-sama dilengkapi dengan bacaan-bacaan Barjanji adalah salah satu khazanah Situbondo dari warisan para alim-ulama dan dilestarikan oleh masyarakat. Acara Maulid Nabi di Situbondo bukan hanya dilaksanakan di bulan Rabi’ul Awal (Mulud, Jawa.) melainkan juga diselenggarakan hampir setiap hari di desa-desa secara bergiliran. Sehingga setiap hari alunan sholawat sahut-menyahut antar desa. Desa yang satu selesai acara sholawatan berganti di desa lain dan seterusnya sehingga bacaan sholawat tidak pernah berhenti bergelora di bumi sholawat Situbondo.

Di sinilah peran Bang Nasim sebagai wakil rakyat menyerap aspirasi untuk diteruskan ke pusat sebagai kebijakan nasional dalam langkah spiritualitas dan solideritas sosial kebudayaan. Pendidikan tertinggi adalah membudayakan sholawat nariyah menjadi sentuhan jiwa-jiwa agar senantiasa kokoh memperluat NKRI dan Pancasila.

“Saya merasa bangga menjadi bagian sholawat nariyah,” kata Bang Nasim. -KRA

Jumat, 08 Februari 2019

BANG NASIM: INFO HOAX, KUNCINYA PADA PENGAMALAN PANCASILA



Situbondo – Anggota MPR Ir HM NAsim Khan menyerukan kepada santri-santri di Situbondo agar selalu dibumikan dalam kehidupan sehari-hari. Pasalnya nilai-nilai Pancasila tidak ada yang bertentangan dengan ajaran Islam ala ahlussunah wal jamaah.
“Pancasila harus jaya. Bersama PKB kita akan terus membumikan Pancasila di Indonesia,” seru Bang Nasim, demikian panggilan akrab Anggota MPR / DPR Dapil Jawa Timur 3, Situbondo Bondowoso Banyuwangi.



Di tengah para santri tersebut Bang Nasim berpesan bahwa kehidupan jaman sekarang selalu diliputi oleh berita-berita yang sukar dipertanggungjawabkan asal-usulnya. Bahwa kita hidup dengan info-info di sosmed sudah tidak bisa dilepaskan, akan tetapi dengan nilai-nilai Pancasila kita akan tetap aman dan terlindung dari bahaya informasi hoax.

Kuncinya hanya pada pengamalan Pancasila, yakni menghargai sesama. Jika ada info melecehkan orang lain sebaiknya kita tidak ikut-ikutan,” pesannya.

”Pertemuan ini sebuah wadah ruang silaturrahim Pancasila kepada para warga masyarakat di Situbondo,” kata Bang Nasim. Ia berharap kepada peserta semoga acara menjadi ruang konsolidasi dan memasyarakatkan Pancasila di dapil Situbondo dan sekitarnya.

"Salah satu bentuk nilai-nilai Pancasila dan Aswaja adalah terwujudnya ulama NU sebagai motor perjuangan kemerdekaan Indonesia hingga terbentuknya NKRI," ujarnya.

Sosialisasi MPR bagi santri Situbondo
Kegiatan sosialisasi Empat Pilar berbangsa dan bernegara ini dilaksanakan di Situbondo, tepatnya di Pondok Pesantren Asrorul Aziz Arjasa, Situbondo, 15 Januari . Menghadirkan Narasumber : Ir. HM Nasim Khan, Aurangzeb Se, Ahmad Barisi, Ustadz  Abdul Aziz , diselenggarakan oleh DPC PKB Situbondo.

Ayo kita bangun Situbondo dengan bersholawat dan ber-Pancasila,” pesan Bang Nasim
Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia merupakan pilar utama daripada tiga pilar lainnya sehingga menjadi final eksistensinya serta tidak perlu diperdebatkan lagi.

“Pancasila bagi NU sudah final. Harga Mati. Sudah tidak ada persoalan. Persoalannya bagaimana kita melakukan aktualisasi dan kontekstualisasi nilai-nilai Pancasila menurut keadaan zamannya,” katanya.

Menurutnya, di jaman Orde Baru ada Eka Prasetya Panca Karsa atau P4 yang dianggap terjemahan tunggal oleh pemerintah yang bersifat mutlak alias tidak bisa dibantah. Katanya, rezim Orba tidak memperbolehkan muncul terjemahan Pancasila dari masyarakat.

Bang Nasim menyatakan, kiai harus ikut ambil bagian menentukan kebijakan publik, maka dari itu PKB harus menang lalu menempatkan wakilnya di parlemen. Sebab menentukan kebijakan publik untuk mengajak berbuat kebajikan termasuk ibadah.

“Ini juga sejalan sebagai ibadah dengan para ulama dan masyayikh yang mengajar di pesantren, yakni sama-sama beribadah dan Pancasila,” katanya.

Bang Nasim berpesan bahwa para perangkat desa adalah bagian dari tokoh masyarakat yg mempunyai hak dan tanggungjawab bersama untuk memasyarakatkan Pancasila kepada masyarakat. Bahwa nilai-nilai Pancasila dan empat pilar berbangsa dan bernegara adalah satu kesatuan dalam membangun bangsa Indonesia yang damai dan toleran terdiri dari berbagai suku bangsa di dalamnya.

Ayo kita bangun Situbondo dengan bersholawat dan ber-Pancasila,” pesan Bang Nasim.
“Nah, masa sekarang tafsir tunggal itu dihilangkan. Tapi tentu namanya menerjemahkan tidak boleh keluar dari teks Pancasila itu,” katanya.

Sementara itu, saat menjelaskan materi Bhinneka Tungga Ika, ia menyatakan bahwa pluralisme atau warna-warni keyakinan yang ikut membentuk negara Indonesia harus dihayati oleh semua masyarakat. Sebab Indonesia dibentuk oleh banyak suku agama dan golongan, bukan oleh sekelompok tertentu saja.

Berpesan agar kader Pancasila di Situbondo jangan hanya menjadi penonton di depan kebijakan publik yang hanya dikuasai orang lain. Jangan sampai para kiai hanya menonton saja, lalu saat ada kerusakan diminta ikut memperbaiki. Saat bagus dan lurus disuruh kembali ke pesantren. (KRA)


Ayo daftar Jadi Jutawan