Pakusari, Jember,
www.nuryasin.com, Artikel ini saya tulis sekira 45 menit sebelum acara dimulai,
saat persiapan nonton bareng (nobar) film Sang Kiai di SMK Islam Bustanul Ulum,
Pakusari, Jember, 13/11/2013.
Nobar digelar di halaman
sekolah seluas setengah lapangan bola. Semua perangkat teknis sudah siap. Lebih
bagus dari yang saya perkirakan. Sound system dengan system mixer bagus,
canggih utk ukuran sekolahan. Layar bagus 5x6 M, dipasang di ujung halaman,
kokoh pakai tiang besi. Proyektor bagus, cerah, tajam.
Panitia menyalakan generator
ukuran menengah untuk suplai listriknya. Generator dipasang sebab listrik PLN
tidak mencukupi kebutuhan listrik sound system ukuran 4.000 watt, jika pakai listrik
PLN pasti tidak mencukupi alias “njegleg”.
Penonton disiapkan lesehan
beralaskan terpal plastik. Mereka adalah walimurid, santri, siswa-siswi, tokoh
masyarakat, dan warga masyarakat sekitar SMU IBU Pakusari.
Beberapa pedagang ikut mengais rejeki. Pedagang kacang godog, jagung godog, mainan anak, balon lumba-lumba, juga bakso dan mie ayam. DVD Sang Kiai
sebelum masuk acara saya cek putar di player. Hasilnya bagus, terang, jelas,
suara jernih. Nanti mulai acara pemutaran jam 20.00.
Sambil cek sana sini untuk persiapan, panitia sengaja
memutar film Rhoma Irama berjudul "Berkelana" untuk selingan sembari
menunggu para penonton berdatangan.
"Kemarin malam juga muter film Rhoma yang "Bunga Desa". Ramai sekali," kata Kiai Hafidi, Ketua Yayasan
Bustanul Ulum, yang juga penggemar Rhoma.
Di pertengahan pemutaran
film. Hasil sound bagus. Ini di luar ruang. treble dan bass-nya
kerasa banget. Serasa studio bioskop kelas wahid. Sumpah. Saya salut dengan keseriusan
Pengasuh Ponpes ini, Kiai Hafidi, dalam mempersiapkan nobar. Sekira 1.000 orang
lebih menonton film ini.
Film “Berkelana” dihentikan saat
adegan Rhoma menyanyikan lagu “Laa ilaha illa Allah”. Lalu sebelum film Sang
Kiai diputar, Anggota DPR RI Fraksi PKB Dapil Jatim IV,
Ir H Nur Yasin MBA MT, menyampaikan kata sambutan.
"Film
ini ingin meluruskan sejarah perjuangan NU dalam meletakkan pondasi dasar
kebangsaan dan kenagaraan indonesia,"
katanya.
Ia
juga berpesan kepada warga Jember yang
ingin menonton Sang Kiai secara bersama berkelompok dipersilahkan mengajukan
jadwal dan lokasinya.
“Kami siap melayani pemutaran
Sang Kiai di mana saja di wilayah Jember," ujar nur yasin.
Sekilas suasana di halaman
SMK Islam Pakusari ini seperti even layar tancap jaman tahun 1980-an di
lapangan desa yang disponsori oleh pemerintah karena mengandung iklan KB (keluarga
berencana).
Ramai. Riuh. orang di
belakang lalu lalang, anak-anak kecil merengek minta jajan ke orangtuanya
karena melihat pedagang yang ikut nimbrung masuk ke kompleks ponpes ini. Sebagian
orangtua menggendong anak kecilnya yang sudah terlelap. Sementara, penonton lain
yang berada di barisan depan tetap khusyuk menyimak adegan-demi adegan film
Sang Kiai.
Nobar ini sungguh jadi
peristiwa uni. Apalagi cuaca cukup mendukung. Cerah. Hawa sejuk. Tadi sore
hujan. "Insya Allah nonton bareng ini aman tidak jadi ‘misbar’ (gerimis
bubar, red.). Karena sudah didoakan para ahli doa mengalihkan hujan," kata
Kiai Hafidi dlm sambutan atasnama Ketua Yayasan Bustanul Ulum.
Tadi saat sambutan, dalam Bahasa Madura yang saya pahami berkat penerjemah,
Kiai Hafidi banyak berbicara tentang pentingnya menghormati alim ulama,
kepahlawanan ulama, dan pelurusan sejarah NU adalah hak kita sebagai warga nahdliyin.
Lebih dari itu Kiai Hafidi panjang bicara tentang keberlangsungan Yayasan Islam
Bustanul Ulum yang terus mengalami kemajuan berkat kerjasama yayasan dan
masyarakat dan dukungan kepercayaan para orangtua dengan menitipkan
putra-putrinya di pesantren ini.
Alhamdulillah. Nobar di Pakusari tuntas jam 22.35. Dimulai jam 20.10. Lancar.
Aman. Tiada gerimis seperti yang dikuatirkan. Tampaknya ”tukang sarang”-nya
maqbul berdoa. Penonton Puas. Para penonton bertepuk tangan. Suara di
halaman menggemuruh saat film layar jadi gelap. (kholilul rohman ahmad)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar