|
POHON MANGGA LESTARIKAN PANTAI WATU ULO -- Kepala
Pusat Kajian ecoRegion Jawa, Dr Drs H Sugeng Priyanto MSi, mewakili Menteri
Negara Lingkungan Hidup RI menyerahkan bibit pohon buah mangga ke Kepala Desa
Sumberejo Ambulu Jember Anita Yuliana dalam Petik Laut dan Kampanye Pelestarian
Lingkungan Hidup dan Infrastruktur Hijau di Payangan, Sumberejo, Watuulo,
Jember, 21/11/2013. Kegiatan petik laut memperoleh dukungan Anggota DPR Komisi
VII Ir H Nur Yasin MBA MT. [foto: wisnu] |
Watu Ulo, Ambulu, www.nuryasin.com -- Ribuan orang memadati bibir pantai
Payangan, Watuulo, Ambulu, Jember (21/11). Mereka berdatangan dari berbagai
sudut Jember. Juga dari luar kota, Banyuwangi,
Lumajang, Probolinggo, Bondowoso, Situbondo, Magelang, bahkan dari Bogor dan Jakarta.
Dari berbagai model orang-orang itu hadir tumplek-blek di pantai ini. Mereka
datang ingin menjadi saksi sekaligus penggembira berharap berkah ritual Petik
Laut.
Petik Laut adalah ritual tahunan yang digelar masyarakat
nelayan di kawasan laut selatan kabupaten Jember. Ritual bermakna syukur atau
upaya mensyukuri nikmat Tuhan yang telah diberikan kepada masyarakat nelayan. Sekaligus
upaya berdoa agar hasil nelayan mereka tetap lancar dan keselamatan tanpa
bencana atau kecelakaan.
Petik Laut dilaksanakan setiap tahun di bulan Sura
(Muharram, bulan Islam) dengan cara melabuhkan replika kapal kecil berukuran pajang
4 meter. Kapal berbahan kayu itu dibentuk menyerupai kapal yang biasa mereka
tumpangi saat bernelayan mencari ikan di laut. Kapal dicat warna-warni
menyerupai desain cat kapal yang sesungguhnya.
SAJIAN PETIK LAUT
Di dalam replika kapal diisi sejumlah sajian berupa hasil
bumi dan jajanan yang selama ini dipakai untuk hidup masyarakat. Pisang, kelapa, bubur putih, bubur merah,
buah-buahan, ayam kampung hidup, tebu, bunga, jajan pasar, ingkung, tumpeng
nasi kuning, sayur mayur, dan padi. Kapal kecil diberi bendera warna putih.
Replika itu
dilabuhkan ke tengah laut sebagai simbol merelakan semua harta benda agar
keselamatan dan kelancaran tetap diberikan kepada para nelayan selama berlayar.
Dan para nelayan berharap diberi kelimpahan hasil laut untuk kemakmuran warga
masyarakat.
Sebelum kapal itu
dilabuhkan, di tengah pemukiman padat penduduk kampung nelayan Payangan Watuulo
digelar seremonial acara pelepasan. Ribuan warga berkumpul di sini. Cuaca
mendung. Langit seolah enggan menampakkan cahayanya. Memberikan hawa sejuk
selama prosesi Petik Laut bertajuk "Kampanye Sosialisasi Pelestarian
Lingkungan Hidup dan Infrastruktur Hijau".
Hadir dalam acara
ini, antara lain: Kepala Desa Sumberejo Anita Yuliana, Sekcam Ambulu Iswandi
Ahmadi, Kepala Pusat Kajian ecoRegion Jawa Kementerian Lingkungan Hidup RI, Dr
Drs H Sugeng Priyanto MSi, Anggota DPR Komisi VII Nur Yasin diwakili tenaga
ahlinya Abdul Fatah, Anggota TNI, Polri, dan Petugas Polair TNI AL.
TIGA PESAN NUR
YASIN UNTUK NELAYAN
Anggota DPR
Komisi VII, Ir H Nur Yasin MBA MT, memberikan ada 3 pesan yang disampaikan
melalui Tenaga Ahlinya, Abdul Fatah, perihal: pentingnya lingkungan hidup di
kawasan pantai, pentingnya memperkuat perekonomian nelayan, dan pentingnya pendidikan
bagi anak-anak nelayan.
Dikatakan,
lingkungan hidup di sekitar pantai harus dijaga dan dilestarikan. Sebab ia ikut
menjaga keselamatan dan keharmonisan kehidupan manusia yang tinggal di
sekitarnya. Warga juga diminta menanam pohon-pohon yang kuat.
"Sampean
semua mau ibadah yang dapat pahala di dunia sampai meninggal pahalanya terus
mengalir?," tanya Fatah dalam pidatonya.
"Yaa harus
mau tanam pohon. Maka akan
banyak pahala dan menguntungkan. Kenapa pahalanya terus mengalir? Karena pohon
menghasilkan oksigen yang menjadi kebutuhan manusia untuk bernafas,"
jawabnya.
Menurutnya,
selama tanam pohon diniati ibadah maka selama pohon hidup itu akan mengalirkan
oksigen terus menjadikannya amal yang mengalir terus ke kita sampai kapanpun
sampai di akhirat nanti.
Terlebih,
katanya, pohon-pohon yang ditanam itu bermanfaat untuk memperbaiki ekosistem
lingkungan dan juga memberi nilai ekonomi.
"Jika di
sekitar pantai banyak pohon maka akan memperindah lingkungan dan tidak panas
karena udara jadi segar," ujar pria berkumis ini.
Manfaat lainnya,
pohon di sekitar pantai mampu menahan laju angin laut yang kencang.
Selain itu perlunya pelestarian tanam bakau atau mangrove di sekitar bibir
pantai. Mangrove bermanfaat bagi para nelayan baik dari sisi terjaganya
ekosistem laut tanaman bakau dan magroof juga dapat berfungsi sebagai pemecah
ombak
NELAYAN JANGAN
TERJEBAK RENTENIR
Anggota Fraksi
PKB DPR RI itu menyatakan, rata-rata kehidupan nelayan tidak stabil secara
ekonomi. Karena terngantung dari hasil melaut, sementara keadaan laut tidak
memberi kepastian akibat cuaca.
Oleh sebab itu,
pesan Nur Yasin disampaikan Abdul Fatah, nelayan harus pandai menjaga sekitar
pantai untuk bisa meningkatkan nilai ekonomi yaitu dengan tanam pohon di
sekitar bibir pantai dan lingkungan pemukiman dengan menanam pohon.
Karena jika ombak
sedang besar dan tidak bisa melaut maka dengan adanya tanaman mangrove dan
bakau maka nelayan bisa mencari ikan di sekitar pantai.
"Sehingga
memberi penghasilan jika tidak melaut," ujarnya.
Nur Yasin
berpesan, nelayan jangan terjebak kredit pada bank personal alias rentenir jika
membutuhkan biaya modal untuk melaut.
"Para
nelayan jangan sampai pinjem ke renternir," pesannya.
Dikatakan,
sebaiknya manfaatkan keberadaan BMT Sidogiri. Lembaga keuangan mikro syariah
yang diperuntukkan untuk pemberdayaan ekonomi ummat.
ANAK
NELAYAN HARUS SEKOLAH SETINGGI-TINGGINYA
Nur Yasin
berpesan agar anak nelayan jangan sampai tidak sekolah. Sebab jaman semakin
maju dan teknologi semakin berkembang.
Katanya, soal
pendidikan ini tidak bisa dihindari. Jika anak nelayan tidak sekolah maka
semakin sulit bersaing dalam kehidupan masa depannya dan justru ketinggalan.
"Ingat
anak-anak panjenengan harus bisa sekolah setinggi-tingginya sampai kuliah. Biar
terangkat derajatnya," pesannya.
Petik Laut di
Watuulo tahun ini memperoleh perhatian Kementerian Lingkungan Hidup RI melalui
mitranya di Komisi VII DPR, yakni Ir H Nur Yasin (Anggota DPR Dapil Jatim IV
Jember-Lumajang).
Dalam acara ini
Kementerian Lingkungan Hidup menyerahkan bantuan pohon buah dan gerobang sampah
kepada warga nelayan di sekitar pantai. Para peserta yang hadir memperoleh
souvenir berupa pohon bibit buah rambutan, mangga, dan kelengkeng.
Setelah kapal
kecil dilabuhkan di tengah laut, acara rehat sampai maghrib. Lalu dilanjutkan
pementasan wayang kulit oleh Ki Dalang Hadi Siswanto dari Ambulu. [teks:
kholilul rohman ahmad | foto: rizki, daniel, wisnu]