Kamis, 13 Desember 2018

Nasim Khan Paparkan Pancasila dan Aswaja di Pancuran Bondowoso





“Pancasila bagi NU sudah final. Harga Mati. Sudah tidak ada persoalan.
Persoalannya bagaimana kita melakukan aktualisasi dan kontekstualisasi
nilai-nilai Pancasila menurut keadaan zamannya,” kata Anggota
DPR / MPR Ir HM Nasim Khan di Bondowoso.






Pancuran, Bondowoso – Di tengah-tengah para santri dan ustadz-ustadzah, Anggota MPR Ir H M Nasim Khan melaksanakan sosialisasi Pancasila di Aula Pondok Pesantren Pancuran Bondowoso (9/12) dalam suasana ramah, riang, dan syahdu bersama masyarakat peserta Sosialisasi MPR. Bang Nasim, demikian panggilan akrabnya, berbicara tentang pentingnya nilai-nilai Pancasila agar menjadi teladan bagi kehidupan bermasyarakat.

Mereka yang hadir terdiri dari berbagai elemen masyarakat dari seluruh kecamatan di Situbondo, dalam rangka memasyarakatkan Pancasila di lingkungan masyarakat pada umumnya. Anggota MPR Ir HM Nasim Khan bersama narasumber pendamping dari DPC PKB Bondowoso, menyampaikan materi nilai-nilai Pancasila dalam acara Sosialisasi MPR di Bondowoso.

Dalam kesempatan itu, Bang Nasim juga menyampaikan pesan kepada para angggota Lembaga Pendidikan Kader Pancasila (LPKP) Bondowoso sebagai upaya meningkatkan jangkauan Pancasila ke pelosok-pelosok desa di Bondowoso. Acara yang diselenggarakan kerjasama Fraksi PKB MPR-RI dan DPC PKB Bondowoso ini dilaksanakan dibarengi pelaksanaan sholawat nariyah bersama-sama karena berbarengan momentum maulid Nabi Muhammad SAW.

”Pertemuan ini sebuah wadah ruang silaturrahim Pancasila kepada para warga masyarakat di Situbondo,” kata Bang Nasim. Ia berharap kepada peserta semoga acara menjadi ruang konsolidasi dan memasyarakatkan Pancasila di dapil Situbondo dan sekitarnya.


"Salah satu bentuk nilai-nilai Pancasila dan Aswaja adalah terwujudnya ulama NU sebagai motor perjuangan kemerdekaan Indonesia hingga terbentuknya NKRI," ujarnya.

Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia merupakan pilar utama daripada tiga pilar lainnya sehingga menjadi final eksistensinya serta tidak perlu diperdebatkan lagi.

“Pancasila bagi NU sudah final. Harga Mati. Sudah tidak ada persoalan. Persoalannya bagaimana kita melakukan aktualisasi dan kontekstualisasi nilai-nilai Pancasila menurut keadaan zamannya,” katanya.

Menurutnya, di jaman Orde Baru ada Eka Prasetya Panca Karsa atau P4 yang dianggap terjemahan tunggal oleh pemerintah yang bersifat mutlak alias tidak bisa dibantah. Katanya, rezim Orba tidak memperbolehkan muncul terjemahan Pancasila dari masyarakat.

“Nah, masa sekarang tafsir tunggal itu dihilangkan. Tapi tentu namanya menerjemahkan tidak boleh keluar dari teks Pancasila itu,” katanya.

Sementara itu, saat menjelaskan materi Bhinneka Tungga Ika, ia menyatakan bahwa pluralisme atau warna-warni keyakinan yang ikut membentuk negara Indonesia harus dihayati oleh semua masyarakat. Sebab Indonesia dibentuk oleh banyak suku agama dan golongan, bukan oleh sekelompok tertentu saja.

“Ini juga sejalan sebagai ibadah dengan para ulama dan masyayikh yang mengajar di pesantren, yakni sama-sama beribadah dan Pancasila,” katanya.

“Jadi dengan ini sudah tidak relevan pernyataan Pancasila itu kafir, atau Pancasila itu bukan Islam. Karena Pancasila dan NKRI adalah bagian dari PBNU,” katanya menutup presentasi materi Empat Pilar alias PBNU, yakni P=Pancasila, B=Bhinneka Tunggal Ika, N=NKRI, dan U=UUD Tahun 1945.  

Bang Nasim, berpesan agar kader PKB jangan hanya menjadi penonton di depan kebijakan publik yang hanya dikuasai orang lain. Jangan sampai para kiai hanya menonton saja, lalu saat ada kerusakan diminta ikut memperbaiki. Saat bagus dan lurus disuruh kembali ke pesantren.

Ia menyatakan, kiai harus ikut ambil bagian menentukan kebijakan publik, maka dari itu PKB harus menang lalu menempatkan wakilnya di parlemen. Sebab menentukan kebijakan publik untuk mengajak berbuat kebajikan termasuk ibadah. (kra)

Rabu, 05 Desember 2018

Nasim Khan, Prinsip NKRI, dan Bumi Sholawat Nariyah





Anggota DPR / MPR RI Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Dapil 
Jawa Timur III, Ir. H. M. Nasim Khan, menggelar kegiatan Pendidikan 
Penguatan Pancasila dan NKRI di Ponpes Walisongo, Situbondo, 
menyampaikan pentingnya kaum santri ikut berperan aktif dalam 
peguatan Pancasila demi keutuhan NKRI dan lestarinya tradisi 
sholawat nariyah di muka bumi, November 2018. (foto: Istimewa)


Mimbaan-Situbondo – Pancasila di kalangan santri terus digerakkan sebagai upaya penguatan NKRI di pelosok-pelosok desa dengan ikhtiar lahir batin dan jiwa raga. Salah satu langkahnya dilaksanakan Anggota MPR Ir HM Nasim Khan Dapil Jawa Timur III, menggelar kegiatan Pendidikan Penguatan Pancasila dan NKRI di Situbondo, 28 November 2018. Kegiatan tersebut merupakan rangkaian dari Sosialisasi MPR oleh Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI).

Menurut Anggota MPR Dapil Jawa Timur III (Bondowoso Banyuwangi Situbondo) Ir. H. M. Nasim Khan, tegaknya Pancasila dan keutuhan NKRI tidak pernah lepas dari peran para santri dan masyayikh yang gigih bergerak melakukan penguatan nilai-nilai Pancasila di pondok pesantren, surau, musholla, dan masjid.  

Menurut Bang NK, panggilan akrabnya, memasyarakatkan Pancasila sebagai bagian dari memperkuat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan tanggung jawab seluruh warga negara. Meskipun pihaknya menjadi pejabat sebagai wakil rakyat di Senayan, sesungguhnya ‘hanya’ meneruskan tanggungjawabnya sebagai rakyat sebagaimana umumnya.

 “Lebih dari itu kita semua punya tanggungjawab untuk tegaknya NKRI dan keutuhan Pancasila. Bukan hanya pejabat saja. Namun seluruh warga negara Indonesia mempunyai kewajiban yang sama, tanpa kecuali,” katanya.
Sehingga setiap hari alunan sholawat sahut-menyahut antar desa.
Desa yang satu selesai acara sholawatan berganti di desa lain dan
seterusnya sehingga bacaan sholawat tidak pernah berhenti bergelora
di bumi sholawat Situbondo.

Dikatakan, tegaknya Pancasila dan keutuhan NKRI tidak pernah lepas dari peran para santri dan masyayikh yang gigih bergerak melakukan penguatan nilai-nilai Pancasila di pondok pesantren, surau, musholla, dan masjid. Bahkan khutbah-khutbah yang dikumandangkan para khatib saat shalat Jumat merupakan bagian dari penguatan Pancasila sila pertama, yakni ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’.
Anggota DPR MPR RI Fraksi PKB Dapil Jawa Timur III, Ir HM Nasim Khan, tersebut, menggelar kegiatan Pendidikan Penguatan Pancasila dan NKRI di Situbondo, menyampaikan pentingnya kaum santri ikut berperan aktif dalam peguatan Pancasila demi keutuhan NKRI.

Prinsip-prinsip dasar berindonesia dengan NKRI dan Pancasila merupakan kebutuhan berbangsa dan bernegara kita di alam modern ini. “Kita sebagai bangsa manusia tidak bisa berdiri sendiri, melainkan butuh topangan makhluk lain. Di sini menjadi penting NKRI dan Pancasila terus digelorakan,” Kata Bangs Nasim.

Dukatakan, penguatan Pancasila di Situbondo harus tumbuh dan tangguh dalam mempersiapkan generasi bangsa yang akan datang. Seluruh kader Pancasila diharapkan mampu membawa nama baik Nahdlatul Ulama, para guru, dan masyayikh yang telah memberikan ilmu-ilmu kehidupan dan keilahian kepada kita.

“Di sinilah makna penting Pancasila bagi kita sebagai kaum santri,” pungkasnya. -kra
Acara diselenggarakan di lingkungan pondok pesantren di tengah kota Situbondo, Ponpes Walisongo, di bawah asuhan KH Kholil As’ad Syamsul Arifin, tokoh kharismatik yang mempunyai tradisi bersholawat nariyah di berbagai kota di Indonesia, khususnya Situbondo. Sehingga Situbondo dikenal sebagai bumi Sholawat Nariyah.

Aluman sholawat nariyah dengan iringan musik dan dibaca bersama-sama dilengkapi dengan bacaan-bacaan Barjanji adalah salah satu khazanah Situbondo dari warisan para alim-ulama dan dilestarikan oleh masyarakat. Acara Maulid Nabi di Situbondo bukan hanya dilaksanakan di bulan Rabi’ul Awal (Mulud, Jawa.) melainkan juga diselenggarakan hampir setiap hari di desa-desa secara bergiliran. Sehingga setiap hari alunan sholawat sahut-menyahut antar desa. Desa yang satu selesai acara sholawatan berganti di desa lain dan seterusnya sehingga bacaan sholawat tidak pernah berhenti bergelora di bumi sholawat Situbondo.

Di sinilah peran Bang Nasim sebagai wakil rakyat menyerap aspirasi untuk diteruskan ke pusat sebagai kebijakan nasional dalam langkah spiritualitas dan solideritas sosial kebudayaan. Pendidikan tertinggi adalah membudayakan sholawat nariyah menjadi sentuhan jiwa-jiwa agar senantiasa kokoh memperluat NKRI dan Pancasila.

Saya merasa bangga menjadi bagian sholawat nariyah,” kata Bang Nasim.

Sosialisasi MPR di Situbondo yang diselenggarakan di Situbondo ini merupakan gelombang ke-77 dari berbagai kegiatan berpancasila di wilayah Dapil Jawa Timur III, meliputi Banyuwangi, Bondowoso, dan Situbondo. Harapan terbesarnya adalah  demi tegaknya Pancasila adalah sholawat nariyah semakin lestari dan meluas di seluruh muka bumi. –kholilul rohman ahmad


Ayo daftar Jadi Jutawan