Selasa, 19 Desember 2017

Haul Gus Dur 8, Doa Gus Dur

Haul Gus Dur ke-8

Gus Dur dan Wirid Robbanâ Âtinâ min Ladunka Rohmatan…

Pada tulisan sebelumnya, saya menceritakan tentang kisah wirid surat al-Fatihah 100 x. Pada tulisan kali ini, saya ingin menceritakan tentang Gus Dur dan kisah wirid Robbanâ âtinâ min ladunka rohmatan wahayyi’ lanâ min amrinâ rosyadâ. Wirid ini, saya dengarkan beberapa tahun lalu ketika saya silaturahmi ke sebuah pesantren, yang jumlah muridnya sedengan, sekitar 200-an (pada saat saya silaturahmi saat itu). Kyainya masih muda, dan pernah nyantri di pesantren besar di Jawa Timur.

Saat itu, saya dengan 2 orang kawan sedang mencari pesantren untuk dijadikan tempat pelatihan tentang Kitab Kuning dan Hak-Hak Bernegara. Sampailah kami di sebuah pesantren. Setelah assalâmu`alaikum dan babibu, saya menanyakan.

“Ini pesantrennya mantab kyai. Ngomong-ngomong gimana bisa mendirikan pesantren. Kyai pasti punya wirid yang mantab, pasti ini.”

Sang kyai muda, diam sesaat, tetapi kemudian berkata: “Kami selalu memudawamahkan Rotib al-Haddad, sebab kami dulu nyantri diberi ijazah Rotib ini, dan kami meneruskan bersama murid-murid di pesantren ini.”

Setelah itu kami membicarakan tentang Rotib al-Haddad, dan bagaimana efek-efek bagi yang mengamalkannya. Alhamdulillah, saya sendiri juga mengamalkan Rotib ini sudah lama, dan kemudian memperbarui ijazah Rotib ini kepada Habib Zen Magelang, dan kepada Kyai Asnawi, di kampung tempat kami tinggal. Rotib al-Haddad kemudian disempurnakan dengan Wirdul Latif.  Pembicaraan tentang Rotib dengan kyai muda ini, sampai jauh.

Karena jauh membicarakan Rotib al-Haddad, sampai kyai muda belum menjelaskan bagaimana sejarah pesantren ini dan berdirinya.

Saya kemudian menyela: “Kyai, ini berkah Rotib al-Haddad ya pesantren ini, apa masih ada yang lain.”

Kyai muda diam, dan kemudian bercerita:

“Begini Mas, kami di sini ini pendatang. Kanan dan kiri kami amalannya tidak sama dengan kami. Beberapa tahun saya mulai membuat rumah dan ingin mendirikan pesantren ini, seperti ada tembok karang yang menghadang. Banyak sekali tantangan, baik yang menyangkut pribadi ataupun kondisi masyarakat sekitar yang amalannya tidak sama dengan kami. Kami mencoba terus bertahan, dengan amalan-amalan wirid yang kami punya. Tapi ternyata kami dan istri, ada pada satu kondisi, di mana kami sudah tidak kuat lagi.”

Kyai muda melanjutkan: “Ada satu kondisi dimana saya menyimpulkan sudah tidak bisa diteruskan untuk tinggal di sini. Akan tetapi sebelum meninggalkan tempat ini, saya bermunajat dan memohon kepada Alloh untuk yang terbaik.”

Karena kyai muda cerita tentang sulitnya mendirikan pondok dan tinggal di tempatnya itu, saya diajak untuk berfikir sulitnya orang untuk berjuang, dan saya diajarkan untuk tidak berputus asa dan memohon pertolongan Alloh, terutama pada saat-saat genting. Saya diajarkan, inilah kehidupan riil di masyarakat. Ada yang tidak senang, mendukung, dan yang lain. Dalam kondisi begitu, kita betul-betul hajat dan memerlukan pertolongan Alloh, dan perlu memiliki amalan wirid yang mudawamah.

Kyai muda meneruskan:

“Sebelum saya memutuskan untuk pergi dari tempat ini, ternyata malamnya saya mimpi mas. Dan ini yang membuat saya seperti mendapat tenaga, kekuatan, dan keberanian kembali.”

“Dalam mimpi itu, tiba-tiba ada tamu datang ke rumah dengan mobil. Orang yang di dalam mobil itu turun dan mengetuk pintu. Saya kagetnya bukan main. Ternyata Gus Dur yang datang. Setelah kami duduk, lalu Gus Dur berbicara: “Menjadi kyai itu harus sabar, jangan berhenti berdoa kepada Alloh.” Sepertinya Gus Dur tahu apa yang sedang saya hadapi.

Lalu kyai muda diminta Gus Dur untuk berdoa dengan sebuah doa. Sebelum doa sempat dicatat. Tidak lama setelah itu, Gus Dur dipanggil orang dari mobil: “Dur cepet…,” mobil sambil jalan pelan, ternyata di mobil ada ibunya Gus Dur. Gus Dur kemudian keluar dan masuk mobil.

Kyai muda yang belum sempat mencatat doanya itu, kemudian ikut mengiringi Gus Dur masuk mobil, dan kemudian pergi.

Setelah terbangun, kyai muda sangat tersentak. Dan, kemudian hanya tafakkur terus menerus, karena belum sempat mencatat doanya. Tafakkur itu menghasilkan sebuah kesimpulan. “Saya harus pergi ke Ciganjur.” Saat itu Gus Dur masih hidup.

Kyai muda yang belum punya pesantren seperti sekarang ini, setelah itu musyawarah dengan istrinya ihwal mimpi itu, dan direstui untuk ke Ciganjur. Dengan bekal uang seadanya, kyai muda naik bis untuk bisa sampai ke Ciganjur. Sebelum ke Ciganjur, dia mampir kepada kenalan yang ada di dekat Ciganjur. Dan, ketika sudah sampai di Ciganjur, kyai muda di persilahkan masuk.

Kyai muda melanjutkan dan berkata kepada saya: “Ini mas, yang ketika di Ciganjur ini, saya benar-benar keluar keringat dingin.”

“Emang kenapa kyai?”

Saya sendiri teringat Ciganjur.  Saya ingat kami dulu beberapa kali ke rumah ini, ketika bersama-sama kawan Dari Wahid Institute, Mas Suaedy, Mas Rumadi, dan kawan-kawan lain setelah dari Bogor, dan melihat Gus Dur tidur di atas lantai. Harimau yang ada di luar rumah dan di taman di rumah Gus Dur di Ciganjur itu, selalu saya pandangi. Dan, sahabat kami, Yuni mengambil foto-foto jeprat-jepret di sekitar taman dan harimau itu. Harimau itu, apakah sekarang masih ada apa nggak, saya lama belum ke Ciganjur lagi.

Kyai muda meneruskan ceritanya. Ketika masuk, dan salam, lalu, kyai muda meberanikan diri untuk cerita mimpi yang dialaminya. Dan keperluannya datang untuk meminta ijazah doa yang belum sempat dicatat itu. Gus Dur mendengar itu sambil tersenyum-senyum. “Kamu catat ya, doa dibaca 100 x, Robbanâ âtinâ min ladunka rohmatan wahayyi’ lanâ min amrinâ rosyadâ. Wasilahnya ditambah kepada Sunan Ampel. Sudah itu aja.”

Kyai muda merasa senang sekali setelah memperoleh doa itu. Dan, ceritanya di Ciganjur ditutup sampai di sini, meskipun ada  tambahan cerita di sini. Doa itu akhirnya diwiridkan oleh kyai muda itu setiap hari.

Lalu saya bertanya: “Apa reaksi setelah membaca doa ini kyai.?”

Kyai muda menjawab: “Alhamdulillah, hati semakin tenang, kuat, dan selalu yaqin dengan Alloh. Beberapa bulan setelah itu, beberapa orang yang merintangi saya datang ke rumah, dan sikapnya sudah berbeda. Alhamdulillah. Saya kembali kuat dan tidak putus asa, dan akhirnya pelan-pelan kami bisa membangun pondok ini.”

Doa yang disebutkan kyai muda itu, yang diijazahkan Gus Dur kepadanya adalah petikan dari ayat di dalam surat al-Kahfi, ayat ke-10. Doa itu adalah doanya Ashahbul Kahfi yang diabadikan dalam surat al-Kahfi.

Surat al-Kahfi itu sendiri, disebutkan oleh Rosululloh melalui jalan sahabat Anas, begini: “Surat al-Kahfi turun jumlatan bersamanya adalah 70 ribu malaikat” (HR. Ad-Dailami, Musnad al-Firdaus, No. 6812; dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi, Durrul Mantsûr fî Tafsîr al-Ma’tsûr, IX: 479).

Juga tentang al-Kahfi diriwayatkan dari jalan Abdullah bin Mughoffal bahwa Nabi Muhammad bersabda: “Rumah yang dibacakan surat al-Kahfi di dalamnya, maka setan tidak akan masuk ke rumah itu pada malam itu” (Imam Jalaluddin as-Suyuthi, Durrul Mantsûr fî Tafsîr al-Ma’tsûr, IX: 479).

Hikmah yang bisa diambil dari cerita ini, adalah ketika orang sudah merasa tidak bisa mengupayakan apa-apa, seperti ditunjukkan oleh kyai muda itu, maka mengharap rahmat Alloh dan berdoa kepada-Nya adalah jalan terbaik; hal itu juga menunjukkan manusia adalah ciptaan Alloh yang lemah, dan di tengah kelemahannya itu, manusia diperintahkan untuk tidak berputus asa terhadap rahmat Alloh.

Doa Ashhabul Kahfi ini, menjadi salah satu sebab Alloh merahmati Ashahbul Kahfi, dan Alloh menidurkan mereka di gua itu sampai 309 tahun (ayat ke-25 surat al-Kahfi), sampai dibangunkan Alloh kemudian dengan penuh keheranan. Dan, doa ayat ke-10 dari surat al-Kahfi ini bisa menjadi salah satu perisai untuk mengetuk rahmat Alloh. Wallohu a’lam.

Nur Kholik Ridwan

Selasa, 26 September 2017

Hujan, Puisi Terindah Pagi Ini

Puisi terindah pagi ini adalah #hujan

Tanpa kata dan kalimat ia telah menganggit syair² terindah bagi kehidupan manusia dan alam membimbing mereka ke arah bahagia.
Bulir air yg jatuh ke tanah dari langit adalah bukti nyata keindahan dan kebahagiaan.
Selamat datang hujan. 

Jakarta, 27 September 2017

Sabtu, 23 September 2017

Nasim Khan dan Gerakan Guru Ngaji Membela Pancasila

Gerakan guru ngaji membela Pancasila

Suboh, Situbondo - Sosialisasi MPR bertajuk "Gerakan Rakyat Membela Pancasila" bersama anggota DPR MPR RI Fraksi PKB, Ir H M Nasim Khan. Di ponpes Misbahul Hidayah Suboh Situbondo. Acara digelar dengan latar belakang bahwa rakyat membutuhkan teladan para pemimpin dalam mengamalkan Pancasila sehari hari.

Menurut wakil rakyat dapil Jawa Timur III ini, Pancasila lahir sejak kemerdekaan Indonesia. Namun karena tantangan zaman selalu berubah, sehingga menjadi kebutuhan kita kaum santri ikut berperan mewujudkan Pancasila yang kontekstual di masyarakat.

"Para kiai, ustadz, dan alim ulama dibutuhkan berperan di sini," pesan Bang NK, panggilan akrabnya.

Dikatakan, para guru ngaji di langgar yang setiap habis maghrib mengajar anak anak santri membaca Al Qur'an adalah media strategis mensosialisasikan Pancasila. Pada anak anak itu harapan Pancasila semakin kuat dan tangguh untuk bangsa ini kita sandarkan.

"Kita yang tua tua ini hanya bisa mengarahkan. Anak-anak lah yang lebih panjang harapan untuk bangsa ini," katanya.

Gerakan sosial membumikan Pancasila lebih manjur model demikian, katanya, karena guru ngaji mempunyai sifat ketulusan dan keikhlasan dalam mendidik generasi muda kita. Mereka sudah teruji dan terbukti dalam mendampingi anak anak dari tidak bisa membaca sampai bisa memahami Al Qur an.

"Inilah konteks gerakan memelihara Pancasila untuk Indonesia yang lebih baik sesuai zaman dan tantangan tantangan nya," katanya dalam sambutan pembukaan.

Acara sos MPR dihadiri para ulama, ustadz, dan guru ngaji. Ikut hadir narasumber penulis buku "Guru Ngaji di Langgar: Kajian Antropologi" KH Basori Sonhaji, pengasuh Pondok pesantren Misbahul Hidayah KH Izzulhaq Mahfud, narasumber KH Zaini Sonhaji SH, dan pengurus PWNU Jawa timur KH Sunandi Zubaidi. Acara diselenggarakan oleh DPC PKB Situbondo bekerja sama dengan NKI Institute. (Kholilul Rohman Ahmad)

Senin, 31 Juli 2017

Bang Nasim Inisiatif Gelar Pelatihan Olah Bambu di Situbondo

Situbondo - Anggota DPR Komisi VI Ir M Nasim Khan dan Direktur IKM Kimia Aneka Sandang dan Kerajinan Kementerian Perindustrian Ratna Utarianingrum menghadiri acara pelatihan mengolah mebel berbasis bambu di Situbondo, 31-7-2017.

Acara dibuka oleh Direktur IKM dan diikuti para pemuda desa dan pengusaha bambu untuk meningkatkan produktivitas masyarakat desa.

Kayumas termasuk sentra pertumbuhan berbagai jenis pohon bambu tapi belum diolah maksimal sehingga yg bernilai lebih tinggi.

Oleh krn banyak bambu dikirim log keluar kota tanpa olahan dari Kayumas, bang Nasim berinisiatif mendatangkan program pelatihan pengolahan Bambu bagi masyarakat sekitarnya. Agar bambu keluar dari Kayumas lebih bernilai tinggi.

"Situbondo punya banyak persediaan bahan mentah butuh sentuhan kreatif, ya bambu, kayu, batu, dll. Ini harus diolah agar lebih bermanfaat dan bernilai ekonomi tinggi," kata Bang Nasim.

"Kami siap memfasilitasi pengolahan bahan baku apa saja yg ada di Situbondo. Bila perlu kami mengajak Pak Menteri agar masyarakat lebih semangat," timpali Bu Ratna. (kra)

Wisata Istimewa Nasim Khan ke Tanah Merah

Bertujuan mengisi kegiatan reses anggota fraksi PKB DPR RI Ir M Nasim Khan mengunjungi destinasi wisata berpotensi internasional Tanah Merah.

Kawasan wisata pemandangan alam tebing, jurang, bukit, dan paparan luas ini berada di desa Kayumas, Arjasa, #Situbondo.

Mengapa disebut Tanah Merah? Konon, dahulu kala, bukitnya dari kejauhan di pagi hari terlihat menganga merah karena pantulan sinar matahari. Begitu pula di siang hari terutama musim kemarau juga terlihat merah karena saking panasnya.

Bang Nasim menilai kawasan Tanah Merah berpotensi besar untuk dikembangkan menjadi tujuan wisata alam yg ramah nyaman dan asyik dikunjungi (31/7/2017)

Dengan alasan bahwa keindahan alamnya, jalan terjal berkelok-kelok menuju lokasinya, keunikan  pepohonan dan rumputnya, serta kawasan ini masih sangat alami di tengah hutan jati.

"Sangat cocok untuk pemburu view yg indah utk foto foto dan Selfi," kata Wakil Rakyat Dapil Situbondo Bondowoso Banyuwangi.

Menuju lokasi Tanah Merah mudah dijangkau mobil maupun motor dari kota Situbondo sekira 23 KM. Berjalan kaki ke sana tidak disarankan meski sangat cocok menyehatkan badan.

Tetap berhati-hati menyusuri jalan ke Tanah Merah karena sempit dan banyak tikungan tajam. Jalan sdh beraspal mulus meski beberapa titik bergelombang dan dlm tahap perbaikan. #Alfatihah

Selasa, 25 Juli 2017

Nasim Khan `Sosialisasi PBNU` di Kalangan Nelayan Situbondo

Panarukan, Situbondo, laskarjagad [dot] net - Anggota Fraksi PKB MPR RI Ir M Nasim Khan mengatakan, Pancasila merupakan ideologi bangsa Indonesia yang mempersatukan seluruh komponen bangsa yang sangat beragam. Hanya Pancasila sejak Indonesia merdeka yang mampu mengatasi segala persoalan perbedaan kehidupan di Indonesia. 

ANGGOTA FPKB MPR RI M NASIM KHAN MENYERAHKAN CENDERAMATA SAMPAN KEPADA NARASUMBER DPP PKB MOCHYIDIN HARIS. SITUBONDO, 23 JULI 2017. (FOTO: KRA)
Pandangan tersebut disampaikan Bang Nasim, demikian panggilan akrabnya, dalam acara Sosialisasi MPR di Daerah Pemilihan Jawa Timur III, di Aula Papermas, Desa Gelung, Panarukan, Situbondo (23/7). Acara dihadiri narasumber Ketua DPC PKB Ali Yafi Mughni, Abdul Wafi, Dewan Syura Habib Husein Bin Abu Bakar, Ketua DPRD Situbondo Basori, dan beberapa anggota Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa DPRD.  Hadir juga narasumber DPW PKB Jawa Timur Mas Yusuf dan Mas Syamsul dan narasumber DPP PKB Mochyidin Haris. 

MENYANYIKAN LAGU KEBANGSAAN `INDONESIA RAYA` SOSIALISASI MPR DI DAPIL JAWA TIMUR III BERSAMA ANGGOTA FPKB MPR RI, Ir M NASIM KHAN. SITUBONDO, 23 JULI 2017. (FOTO: KRA)
Menurut Bang Nasim yang juga Sekretaris Jenderal Majelis Pesona ini, kelompok-kelompok masyarakat di Indonesia mengalami perkembangan yang dinamis sejalan pergaulan bangsa di tingkat internasional. Bahkan Indonesia menjadi sasaran pengembangan ideologi luar negeri (transnasional) yang bisa mengancam keberlangsungan keharmonisan dan kebersatuan bangsa-bangsa di Indonesia. 

“Melihat kenyataan itu, kita sebagai bangsa Indonesia harus optimis dan percaya. Bahwa Pancasila adalah satu-satunya solusi untuk mengatasi problem perbedaan,” pesan Bang Nasim kepada hadirin mayoritas kalangan nelayan. 

Situbondo Terus Belajar
Ketua DPC PKB Ali Yafi menyatakan, terima kasih dan apresiasi yang tinggi kepada Bang Nasim yang telah memberikan kesempatan kepada warga Situbondo untuk memperoleh materi-materi PBNU, yakni Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UU NRI 1945. 

KETUA DPC PKB SITUBONDO ALI YAFI MUGHNI MENYAMPAIKAN AMANAT WARGA SITUBONDO. SOSIALISASI MPR DI DAPIL JAWA TIMUR III BERSAMA ANGGOTA FPKB MPR RI, Ir M NASIM KHAN. SITUBONDO, 23 JULI 2017. (FOTO: KRA)
“Masyarakat Situbondo ingin terus belajar bagaimana bisa mengakses ilmu pengetahuan dari mana pun asalnya. Kami sebagai DPC PKB akan terus men-support segala upaya positif untuk kemajuan Situbondo,” tutur Ali Yafi. 

Peserta Sosialisasi MPR di Desa Gelung terdiri dari berbagai kalangan petani, peternak, pekebun, dan nelayan. Namun karena bertempat di Desa Gelung merupakan kawasan pantai sehingga sebagian besar pesertanya terdiri dari mereka yang sehari-hari bergelut dengan sampan, jaring, pancing, dan dan air laut. Tidak ketinggalan para ibu-ibu nelayan yang biasanya ikut mengelola hasil laut para suami yang melanglang mencari ikan di laut. 

Pada sesi ramah tamah setelah seremonial acara pembukaan, Anggota MPR Ir M Nasim Khan menyerahkan cenderamata kayujati berbentuk sampan (perahu kecil) dibungkus kaca bening simbol nafas hidup masyarakat Situbondo. 

“Dengan cenderamata ini kami sebagai Wakil Rakyat akan terus berupaya membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat nelayan, kami mohon doa bapak dan ibu semua, mari kita bersholawat nariyah,” pesan Bang Nasim. [kholilul rohman ahmad] 



DESA GELUNG MERUPAKAN KAWASAN PANTAI SEKTOR PARIWISATA PANTAI DAN KAWASAN NELAYAN KABUPATEN SITUBONDO. (FOTO: KRA)

BANG NASIM MENYAMPAIKAN `PESAN-PESAN PBNU` (PANCASILA, BHINNEKA TUNGGAL IKA, NKRI, UU NRI 1945) DAN MEMBUKA SECARA RESMI ACARA SOSIALISASI MPR DI DAPIL JAWA TIMUR III BERSAMA ANGGOTA FPKB MPR RI, IR M NASIM KHAN. DESA GELUNG PANARUKAN, SITUBONDO 23 JULI 2017. (FOTO: KRA)

 ANGGOTA FPKB MPR RI M NASIM KHAN MENYERAHKAN CENDERAMATA SAMPAN KEPADA NARASUMBER DEWAN SYURA  DPC PKB KABUPATEN SITUBONDO. (FOTO: KRA)

 ANGGOTA FPKB MPR RI M NASIM KHAN MENYERAHKAN CENDERAMATA SAMPAN KEPADA NARASUMBER DPC PKB KABUPATEN SITUBONDO.  PANARUKAN, SITUBONDO, 23 JULI 2017. (FOTO: KRA) 

 FOTO BERSAMA NARASUMBER, PENGURUS DPC PKB SITUBONDO, DAN KETUA BESERTA ANGGOTA FPKB DPRD KABUPATEN SITUBONDO. SOSIALISASI MPR DI DAPIL JAWA TIMUR III BERSAMA ANGGOTA FPKB MPR RI, IR M NASIM KHAN. PANARUKAN, SITUBONDO, 23 JULI 2017. (FOTO: KRA) 

 ANGGOTA FPKB MPR RI M NASIM KHAN MENYERAHKAN CENDERAMATA SAMPAN KEPADA NARASUMBER DPW PKB JAWA TIMUR.  SITUBONDO, 23 JULI 2017. (FOTO: KRA)  




Senin, 03 Juli 2017

Getaran Silaturahim Syawalan di Pesantren Tegalrejo

Syawalan di Tegalrejo Magelang

Gus Yusuf, pengasuh pondok pesantren API (asrama perguruan Islam) Tegalrejo Magelang. Bersama ibunya, Bu Nyai Chudlory.

Berlebaran hari pertama Syawal sampai habis bulan Syawal nya, setiap harinya, diliputi ratusan tamu berkunjung ke kediaman Gus Yusuf di kompleks pesantren ini utk silaturahim. Tamu rombongan kecil diterima di ruang tamu, tamu rombongan besar diterima di aula.

Suasana semacam itu sdh berlangsung, mungkin, tiga puluh lima tahun terakhir. Sejak pesantren ini menerima santri putri. Saya berkesempatan menjadi saksi setiap momentum lebaran di sini sekira 10 tahun terakhir.

Tidak ada perubahan signifikan berkaitan tradisi silaturahim Syawalan di kediaman Kiai pengasuh pesantren di​ Tegalrejo --juga di Jawa pada umumnya-- antara lain, teh hangat, camilan peyek, roti, tempe goreng, jenang, krasik'an, emping, kacang bawang, dan makan nasi sebelum tamu pulang.

Suasananya ya seperti itu, sejak dulu sampai sekarang. Warga umum, santri, dan alumni santri bersama keluarga datang `sowan` silahturrahim dan mengucapkan selamat hari raya Idhul Fitri, mohon maaf atas segala khilaf kepada beliau, dan mohon doa utk keberkahan hidup di dunia dan akhirat​. Para tamu menengadahkan tangan ke atas saat Gus Yusuf atau Nyai Chudlori melafalkan doa-doa.

Pada hari kedelapan ini (2/7/2017) saya dan keluarga datang sowan ke Tegalrejo berlebaran dan silaturahim kepada Gus Yusuf dan Ibunya dengan tujuan yang sama, seperti tamu-tamu pada umumnya. Alfatihah.

--Kholilul Rohman Ahmad, kembali ke basis





Sabtu, 24 Juni 2017

Amalan Wiridan di Hari Raya Idul Fitri

Amalan Wiridan di Hari Raya Idul Fitri

Dalam kitab Kanzunnajah Wassurur hal 269-270 cet Dar Al Minhaj disebutkan bahwa di antara amalan yang dianjurkan di Hari Raya adalah:

Pertama,  membaca ISTIGFAR 100X sehabis shalat subuh.

Barang siapa yang mengamalkannya akan dihapus dosanya dan di hari kiamat termasuk orang yang akan diselamatkan dari azab Allah ﷻ

Kedua, 
Memvaca SUBHANALLAH WA BIHAMDIH 100X sebelum berangkat shalat Id kemudian dihadiahkan pahalanya buat orang-orang mukmin yang meninggal dunia.

Barangsiapa yang mengamalkanya maka setiap orang mukmin yang meninggal akan berdoa untuknya,  " wahai zat yang maha pengasih, kasihanilah hambamu ini, dan jadikan pahala untuknya adalah surga,

Dan jika dibacanya 300X kemudian dihadiahkan pahalanya untuk orang2 yang meninggal, maka Allah ﷻ akan kirim ke setiap kubur orang mukmin seribu cahaya dan jika dia meninggal Allah akan kirim pula di kuburnya seribu cahaya untuknya.

KETIGA :
Membaca LAAILAHA ILLALLAAH WAHDAHU LAA SYARIIKALAH, LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU YUHYI WA YUMIIT WAHUWA HAYYUN LAA YAMUUT BIYADHIL KHER WAHUWA ALA KULLI SYAI IN QADIIR

لا إله إلا الله وحده لا شريك له، له الملك وله الحمد يحي ويميت ، وهو حي لا يموت بيده الخير وهو على كل شيء قدير
Sebanyak 400X sebelum shalat Id.

Barang siapa mengamalkannya maka mendapat pahala memerdekakan 400 budak. Dan Allah akan mengirim Malaikat untuk membangun buatnya sebuah kota di sorga, dan Allah akan menanam bagi nya tanaman sampai hari kiamat.

Sahabat Anas bin Malik RA mengatakan,  " Saya tidak pernah meninggalkannya semenjak pertama kali mendengarnya dari Rosulullah ﷺ

IDHUL FITRI DAN SEPOTONG ROTI YANG BASI

IDHUL FITRI DAN SEPOTONG ROTI YANG BASI

Ada sebuah kisah yang mudah dilupakan kita, tapi seharusnya tak boleh dilupakan, khususnya ketika Ramadhan sudah diambang pintu perpisahan dan sesaat lagi takbir Idhul Fitri berkumandang. Kisah itu tentang keteladanan keluarga Nabi, yaitu datang dari Sayyidina Ali, yang disaksikan dua karibnya; Ibnu Rafi’i dan Abu Al Aswad Ad Du’ali, keduanya pernah ikut perang Jamal bersama Ali bin Abu Thalib, dan kedua karib itu termasuk pembesar kelompok pendukung Ali sampai akhir hayatnya. Kisah ini setidaknya termaktub pada dua buku; Sirrah Ashabu an-Nabi, karya Syekh Mahmud al-Misri dan Syiar A’lam An-Nubala’, karya Imam Adz-Dzahabi.

Persis usai shalat Asar, setelah seharian merasa sedih, karena bulan Ramadhan akan segera berakhir, Ali kemudian pulang  dari Masjid, sesampai di rumah ia disambut sang istri dengan pertanyaan yang bernada penuh perhatian. "Kenapa engkau terlihat pucat, kekasihku,” demikianlah sapa Sayyidah Fatimah, "tak ada tanda-tanda keceriaan sedikitpun di wajahmu, padahal sebentar lagi kita akan menyambut hari kemenangan?” Ali hanya terdiam lesu, tak berapa lama kemudian ia minta pertimbangan Sang istri untuk mensedekahkan semua simpanan pangannya kepada fakir miskin. "Hampir sebulan kita mendapat pendidikan dari Ramadhan, bahwa lapar dan haus itu teramat pedih. Segala puji bagi Allah, yang sering memberi hari-hari kita dengan perut sering terisi..." 

Singkat cerita, sore itu juga, beberapa jam sebelum takbir berkumandang, Ali ibn Abi Thalib terlihat sibuk mendorong pedatinya, yang terdiri dari tiga karung gandum dan dua karung kurma hasil dari panen kebunnya. Ia berkeliling dari pojok kota dan perkempungan untuk membagi-bagikan gandum dan kurma itu kepada fakir miskin dan yatim/piatu. Sementara istrinya, Sayyidah Fathimah az-Zahra, sambil menuntun dua putranya Hasan dan Husein, nampak di tangannya memegang kantong plastik yang besar. Mereka sekeluarga, kompak mendatangi kaum fakir miskin untuk disantuni. Begitu mereka berjalan sampai larut malam, tangannya membagikan santunan, bibirnya bertakbir kepada Allah.

Esok harinya tiba salat ‘Idul Fitri. Sayyidina Ali naik mimbar dan berkotbah di Masjid Qiblatain, potongan isi khotbah itu diantaranya tentang beberapa tanda-tanda orang yang mendapatkan "taqwa" dari puasanya yang sebulan penuh, "Yaitu mereka yang peka hati nuraninya, sehingga menggerakkan tangannya untuk peduli kepada sesama, berbagi rezeki, berbagi kebahagiaan, berbagi senyuman yang hangat, sebab kita semua sudah merasakan, bahwa lapar dan dahaga itu sesuatu yang berat..." Begitulah Sayyidina Ali, beliau tak akan pernah mengucapkan, sebelum ia sendiri sudah melakukan dan memberi keteladanan.

Setelah Shalat 'Id selesai dan hari masih sangat pagi, karib beliau, Ibnu Rafi’i dan Abu Al Aswad Ad Du’ali berkunjung dan bermaksud untuk mengucapkan selamat ‘Idul Fitri kepada keluarga Rasulullah Saw. itu, oh, begitu pintu terbuka, alangkah kagetnya mereka berdua, kedua hidung dua karib ini lamat-lamat mencium aroma yang tak sedap, dari nampan yang berisi gandum dan roti kering yang sudah basi dan disantapnya makanan yang tak layak konsumsi itu dengan lahapnya. Seketika itu Ibnu Rafi’i dan dan Al Aswad Ad Du’ali berucap istighfar, sambil berpelukan dan menangis, karena kedua dada sahabat ini ada yang nyeri di sana.

Merasa tak kuat melihat pemandangan itu, mereka kemudian, berpamitan, sebelum berpelukan, merekapun pergi menjauh dari pemandangan yang menggetarkan itu, di sepanjang jalan mata Ibnu Rafi’i berlinang air mata, perlahan butiran itu menetes di pipinya dan jatuh ke tanah seperti mengukir sebuah jejak kesedihan sampai ke kediamannya. Idul Fitri yang seharusnya penuh suka cita, tapi pagi itu mereka bersedih. Sementara Abu Al Aswad Ad Du’ali, terus bertakbir di sepanjang jalan, kecamuk dalam dadanya sangat kuat, setengah lari ia pun bergegas menghadap Rasulullah Saw. Tiba di depan Rasulullah, iapun mengadu “Ya Rasulullah. Putra baginda, putri baginda dan cucu baginda,” ujar Ad Du’ali terbata-bata. “Tenangkan dirimu, ada apa wahai sahabatku?” tanya Rasulullah menenangkan.

“Segeralah ke rumah menantu dan putri baginda, ya Rasulullah. Saya khawatir cucu baginda Hasan dan Husein akan sakit.”

“Ada apa dengan cucuku dan keluargaku?”

“Saya tak kuat menceritakan itu sekarang, lebih baik menengoknya...”

Tak berpikir lama, Rasulullah Saw. pun segera menuju rumah putrinya. Tiba sampai di halaman rumah, tak ada apa-apa yang dikhawatirkan oleh Ad Du’ali, keluarga itu tak merasa ada apapun yang aneh, justru tawa bahagia mengisi percakapan antara Sayyidina Ali, Sayyidatuna Fathimah dan kedua anaknya. Bahkan, yang sedikit aneh, mata Ad Du’ali sendiri menyaksikan, ternyata keluarga itu masih menyimpan sedikit kurma yang layak dikonsumsi untuk menyambut tamu yang datang. Mata Rasulullah pun sembab, beliau terharu, sebab ia sendiri melihat bekas-bekas makanan basi yang sudah disantap keluarga itu dan bauh anyirnya masih menyengat. Tak terbendung juga butiran mutiara bening menghiasi wajah Rasulullah Saw. nan bersih.

“Ya Allah, Allahumma Isyhad. Ya Allah saksikanlah, saksikanlah." Bibir Rasulullah berbisik lembut. Sayyidatuna Fathimah tersadar kalau di luar pintu rumah, bapaknya sedang berdiri tegak. Gandum basi yang dipegangnya terjatuh ke lantai. “Abah, kenapa engkkau biarkan dirimu berdiri disitu, tanpa memberi tahu kami, oh, relakah abah menjadikan kami anak yang tak berbakti?" Berondong Fathima spontan, lalu mencium tangan Abahnya dan abahnya ke ruang tamu. "Kenapa Abah menangis? Kenapa pula sahabat ad Duali mengikuti dibelakang Abah” Rasulullah tak tahan mendengar pertanyaan itu. Setengah berlari ia memeluk putri kesayangannya sambil berujar, “Semoga kelak surga tempatmu Nak. Surga untukmu.” Mereka yang ada disitu lalu menjawab bersama-sama, Allahuma amin...

Air mata Rasulullah tiba-tiba mengucur ceras, saat melihat sendiri dengan matanya akan kesederhanaan dan kebersahajaan putri beliau bersama keluarganya. Di hari yang Fitri, di saat semua orang berkumpul, canda gurau dan berbahagia, di saat semua hidangan kuliner aneka rupa menumpuk di meja makan.

Keluarga Rasulullah Saw. cukup tersenyum bahagia dengan gandum dan sepotong roti basi yang baunya tercium tak sedap, oleh siapapun yang menghampiri. Ganjil memang, dan orang bisa saja bilang; Duh, segitunya... tetapi orang boleh berbeda dalam penghayatannya pada sesuatu yang bersifat trasendental.

Demikianlah, sekelumit kesaksikan ad Duali dan Ibnu Rafi’i, atas keluarga Rasulullah Saw. pada hari ‘Idul Fitri, selalu saja mereka, orang-orang mulia itu, menyantap makanan yang basi berbau anyir. Jika itupun masih tersisa sedikit yang layak konsumsi itu khusus dihidangkan buat tamu.

Ibnu Rafi’i berkata, “Itulah salah satu dampak pendidikan Ramadhan bagi keluarga Nabi, dan aku diperintahkan oleh Rasulullah Saw. agar tidak menceritakan tradisi keluarganya setiap ‘Idul Fitri. Aku pun simpan kisah itu dalam hatiku. Namun, setelah Rasulullah Saw. meninggal, aku takut dituduh menyembunyikan hadits, maka terpaksa aku ceritakan agar jadi pelajaran bagi segenap kaum Muslimin untuk benar-benar bisa mengambil hikmah dari madrasah Ramadhan.”

Demikian tulis Musnad Imam Ahmad, jilid 2, halaman. 232.

Selamat menyambut kemenangan nan fitri...

Rabu, 15 Maret 2017

Pancasila, Nasim Khan Bersholawat, dan Bahagia Kaum Santri

KEBAHAGIAAN DAN PENGUATAN PANCASILAAnggota FPKB DPR MPR RI Dapil Jawa Timur III, Ir M Nasim Khan, dalam kebersamaan berbingkai Pancasila acara Sosialisasi MPR di Ponpes Nurul Abror Assalafiyah (Ponpes NAA), Alas Buluh, Wongsorejo, Banyuwangi. (Foto: KHOLILUL ROHMAN AHMAD)
BANYUWANGI,– Anggota DPR MPR RI Fraksi PKB Dapil Jawa Timur III, Ir M Nasim Khan, menggelar kegiatan Pendidikan Penguatan Pancasila dan NKRI di Banyuwangi. Kegiatan tersebut merupakan rangkaian dari Sosialisasi MPR oleh Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPRRI).

Menurut Bang NK, panggilan akrabnya, memasyarakatkan Pancasila sebagai bagian dari memperkuat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan tanggung jawab seluruh warga negara. Meskipun pihaknya menjadi pejabat sebagai wakil rakyat di Senayan, sesungguhnya ‘hanya’ meneruskan tanggungjawabnya sebagai rakyat sebagaimana umumnya.

“Lebih dari itu kita semua punya tanggungjawab untuk tegaknya NKRI dan keutuhan Pancasila. Bukan hanya pejabat saja. Namun seluruh warga negara Indonesia mempunyai kewajiban yang sama, tanpa kecuali,” katanya.

Dikatakan, tegaknya Pancasila dan keutuhan NKRI tidak pernah lepas dari peran para santri dan masyayikh yang gigih bergerak melakukan penguatan nilai-nilai Pancasila di pondok pesantren, surau, musholla, dan masjid. Bahkan khutbah-khutban yang dikumandangkan para khatib saat shalat Jumat merupakan bagian dari penguatan Pancasila sila pertama, yakni ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’.
PANCASILA DAN KAUM SANTRI - Anggota FPKB DPR MPR RI Ir M Nasim Khan menyampaikan kata sambutan kehormatan sekaligus keynote speaker Sosialisasi MPR di Ponpes Nurul Abror Assalafiyah (Ponpes NAA), Alas Buluh, Wongsorejo, Banyuwangi. Dalam sambutan Bang Nasim, Anggota DPR Dapil Jawa Timur III (Situbondoo Bondowoso Banyuwangi), menyampaikan pentingnya kaum santri ikut berperan aktif dalam peguatan Pancasila demi keutuhan NKRI. (Foto: KHOLILUL ROHMAN AHMAD)

“Kita patut berterima kasih kepada para khatib yang istiqamah menyampaikan khutbah-khutbah bernilai Pancasila. Pesan saya, hindarkan khutbah yang provokativ dan memecah belah ummat,” tuturnya.

Acara sosialisasi MPR dan Pendidikan Pancasila di gelar di Pondok Pesantren Nurul Abror Assalafiyah (Ponpes NAA), Alasbuluh, Wongsorejo, Banyuwangi, asuhan KH Fadlurrahman Zaini. Dibuka secara resmi Ketua Umum DPC PKB Banyuwangi HM Joni Subagio dihadiri Anggota DPR MPR RI Ir M Nasim Khan Dapil Jawa Timur III (Situbondo Bondowoso Banyuwangi), Ketua MWC NU Wongsorejo, dan para masyayikh serta asatidz.

Manurut Abah Joni, para peserta diajak menelusuri materi nilai-nilai Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, UUD NRI 1945 (PBNU) dan Islam ala Ahlussunah Wal Jamaah. Dari Jakarta hadir narasumber DPP PKB memberikan pembekalan kepada para peserta tentang Pancasila, NKRI, UUD NRI 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan ke-PBNU-an oleh Abdul Fattah. Sementara itu, narasumber DPW PKB Jawa Timur ikut hadir memperkuat pengkaderan Pancasila di Wongsorejo ini, yaitu Syamsul dan Humaidi.

Sekretaris Umum DPC PKB Banyuwangi M Ali Mahrus S Ag mengatakan, fokus pendidikan Pancasila di Banyuwangi diprioritaskan bagi kalangan perempuan. Sebab nilai-nilai Pancasila bisa mudah memasyarakat melalui jalur keluarga di mana para ibu-ibu mempunyai peran menentukan perkembangan Pancasila di masyarakat. 

“Secara tradisi memang laki-laki kepala keluarganya. Faktanya begitu. Namun kaum perempuan ikut menentukan nilai-nilai Pancasila di rumah (keluarga, red.),” kata Ali Mahrus didampingi Pengurus PAC Wongsorejo, Ahmad Taufik.

Bang NK, menyatakan, penguatan Pancasila di Banyuwangi harus tumbuh dan tangguh dalam mempersiapkan generasi bangsa yang akan datang. Seluruh kader Pancasila diharapkan mampu membawa nama baik Nahdlatul Ulama, para guru, dan masyayikh yang telah memberikan ilmu-ilmu kehidupan dan keilahian kepada kita.


“Di sinilah makna penting Pancasila bagi kita sebagai kaum santri,” pungkasnya. -kra

Kamis, 09 Februari 2017

Majelis Pesona `Sholawatan` Mohon Dikaruniai Pemimpin Cerdas dan Berakhlak






Jakarta, LASKARJAGAD[DOT]NET – Menjelang digelar pilkada serentak tingkat provinsi kabupaten/kota di seluruh Indonesia, Majelis Pesona (Majelis Pecinta Sholawat Nusantara) menggelar “Sholawatan untuk Bangsa” bersama alim ulama dan yatim piatu di Ciganjur, Jakarta Selatan (9/2).

Acara dimaksud sebagai upaya batiniah agar Allah SWT mendatangkan para pemimpin yang amanah dan adil. Sekretaris Jenderal Majelis Pesona Ir M Nasim Khan menyatakan, berbagai peristiwa sosial politik menjelang pilkada merupakan keniscayaan yang tidak bisa dihindari sebagai bagian dari dinamika masyarakat.

Namun, kita sebagai warga negara harus menjunjung tinggi pentingnya perdamaian dan kenyamanan hidup bersama di tengah berbagai kelompok masyarakat.

“Jadi pilkada harus bisa menghasilkan pemimpin terbaik di antara banyak makhluk yang lemah dan kurang,” ujar Bank NK, demikian panggilan akrabnya.

Dikatakan, bahwa di tengah-tengah masyarakat tidak ada manusia sempurna, kecuali Rasulullah SAW, dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT.

“Karena manusia lemah dan kurang itulah, maka kita memohon kepada Allah dengan ikhtiar menggemakan sholawat kepada Nabi,” tambahnya. 

Menurut Bang NK, kegiatan Sholawat untuk Bangsa juga dimaksudnya sebagai upaya permohonan agar bangsa kita dikaruniai para pemimpin dan umat yang cerdas akal pikiran, terbuka hatinya, dan siap membangun Indonesia bersama rakyat.

“Yakni pemimpin yang bertakwa, berakidah, dan cinta sholawat Nabi,” pungkasnya.

Direncanakan acara sholawatan juga dihadiri tokoh, alim ulama, dan para santri se-Jabodetabek. Antara lain, HA Muhaimin Iskandar, H Marwan Ja'far, Koordinator Nasional Nusantara Mengaji H Jazilul Fawaid, dan Sekjend PBNU H Helmy Faishal Zaini. 



~KRA 

Senin, 06 Februari 2017

Buku baru, foto cak Imin, dan gorengan tanpa cabe

FOTO USTADZ JEFRI AL BUCHORI DI SHALATKAN DI ISTIQLAL

Mengapa foto Cak Imin (Ketua Umum DPP PKB Abdul Muhaimin Iskandar) dan peristiwa shalat jenazah ustadz Jefri gagal tayang di harian cetak Kompas?

Sepulang kerja, rencana paling indah adalah menaruh segudang agenda hari ini yang tertunda untuk jadi tuntas. Harapan akan hari esok masih terbuka lebar. Amin.

Lalu teringat acara pameran foto di Kompas. Meluncur lah ke Palmerah, ternyata acara sudah bubar, lampu berubah redup, dan penggembira geser meramaikan halaman parkir motor, ambil motor masing-masing.

Hanya lapak penjualan merchandising kaos, mug, dan buku yg masih nyala lampu. Petugas petugasnya masih berjaga sembari berkemas kemas.

Saya mendekat di lapak penjualan buku "Unpublishied". Setelah tanya harga, kuambil dompel lalu berhasil "nempil" satu buku untuk bekal 'ngaso' di kamar: buku sebagai pengantar pulas.

Buku ini berisi ratusan foto yang tidak diterbitkan alias tersingkir naik cetak di harian Kompas. Aryo Wisanggeni Genthong menyebut "tak pantas" dan "foto sial" --tentu maknanya tak sepenuhnya begitu karena sebuah foto dimuat atau tidak harus melewati rapat redaksi yang ketat.

Foto Cak Imin (April 2011) karya Hendra A Setyawan di halaman 16 adalah salah satu foto gagal tayang di harian Kompas. Foto lainnya, adalah peristiwa shalat jenazah Ustadz Jefri Al- Buchori di masjid Istiqlal (April 2013) fotonya berhasil tayang di halaman depan harian Kompas. Namun foto ciamik bergambar kerandanya di tengah kerumunan jamaah tidak ditayangkan. Redaksi memilih foto ribuan jamaah saat menshalatinya tanpa kelihatan keranda. Di buku ini foto kerandanya di tengah jamaah diabadikan di halaman 13.

Mengapa foto "spektakuler" shalat jenazah ustadz Jefri tidak ditayangkan Kompas? Alasannya ada di buku ini.

Setelah buku terbeli, bayar, lalu kembali ke halaman parkir, ambil motor dan menyusuri gang sempit di belakang pasar Palmerah, lantas terasa perut lapar namun enggan makan. Terpilihlah beli tahu susur dan telo goreng di pedagang warteg di jalan sempit itu.

Pulang. Sesampai di rumah baru kusadari gorengan hangat terbungkus rapi ini tidak ada cabenya.
Terimakasih kawan Heru Sri Kumoro yg rajin update acara foto foto di Facebook. Ingatanku acara tadi digelar hari Selasa besok. Ya sudah. Alfatihah.....

[KHOLILUL ROHMAN AHMAD]
BUKU BARU UNPUBLISHED DAN GORENGAN TANPA CABE. 
KETUA UMUM DPP PKB CAK IMIN (H ABDUL MUHAIMIN ISKANDAR)

Rabu, 01 Februari 2017

Majelis Pesona: Ahok Keterlaluan dan tidak Berakhlak


KH Ma’ruf Amin, Sekjend PBNU KH Helmy Faishal Zaini, 
dan Sekjend Majelis Pesona M Nasim Khan. (Foto: Istimewa)





Jakarta, LASKARJAGAD.NET -- Sekretaris Jenderal Majelis Pecinta Sholawat Nusantara (Majelis Pesona) Ir M Nasim Khan menyayangkan pernyataan Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) yang akan melaporkan KH Ma’ruf Amin ke polisi. Katanya, sikap Ahok mencerminkan tidak berakhlak dan sudah keterlaluan sehingga memancing kisruh di kalangan umat Islam, khususnya warga nahdliyin.

“Sikap Ahok tidak berakhlak. Itu sudah sangat keterlaluan,” kata Bank NK yang diwawancarai via media WhatsApp di tengah aktivitas ibadah umroh di Makkah bersama keluarga besar KHR M Cholil As’ad Syamsul Arifin (Pengasuh Ponpes Walisongo, Situbondo), 1/2.

Menurut Bang NK, demikian panggilan akrabnya, seharusnya Ahok sebagai publik figur menjaga perkataan dan sikap yang bisa menimbulkan kontroversi di masyarakat. Katanya, perilaku Ahok terhadap Kiai Ma’ruf di luar batas kewajaran dan  jauh dari kemestian sebagai tokoh yang dikenal luas di masyarakat.

“Apalagi Ahok juga sedang nyalon Gubernur DKI,” tambahnya.

Menyikapi perilaku Ahok menyerang Kiai Ma’ruf, Bang NK menyarankan agar Ahok segara meminta maaf kepada Rais ‘Am PBNU itu sekaligus meminta maaf kepada seluruh warga nahdliyin secara terbuka.

“Karena akibat perbuatan Ahok bukan PBNU saja yang dilukai, namun seluruh umat Islam,” katanya.

Menurutnya, permintaan maaf harus dilakukan secara langsung kepada Kiai Ma’ruf agar keributan segera selesai sehingga warga Nahdlatul Ulama kembali tenang dan damai.

“Warga nahdliyin jangan terpancing emosinya dan ambil tindakan sendiri. Taati perintah PBNU, PWNU, PCNU, dan MWC NU agar kekisruhan tidak melebar-lebar,” pesan Bang NK.*


-KRA 

Rabu, 25 Januari 2017

Pancasila, Nasim Khan, dan Membendung Serbuan Ide-ide Radikal

Anggota MPR Ir M Nasim Khan bersama peserta kegiatan Sosialisasi MPR empat pilar PBNU (Pancasila Bhinneka Tunggal Ika NKRI dan UUD NRI 1945) di Daerah Pemilihan Jawa Timur III, Aula PG Asembagus, Situbondo, Jawa Timur. 


SITUBONDO, LASKARBANGSAONLINE.net - Anggota MPR Ir M Nasim Khan menggelar sosialisasi MPR empat pilar PBNU (Pancasila Bhinneka Tunggal Ika NKRI dan UUD NRI 1945) di Asembagus, Situbondo, Jawa Timur.

Nasim mengatakan, Pancasila untuk bangsa Indonesia adalah ruh perekat dan pemersatu untuk seluruh umat manusia dari berbagai suka bangsa agama dll. Nasim Khan menggelar di Asembagus tanah kelahirannya sebagai tanggung jawab ideologis memperkuat Indonesia dari serbuan ide ide radikal agar Indonesia semakin melesat jadi juara dunia.

Lanjutnya, kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari peran serta para ulama dan santri. Pernyataan ini disampaikan oleh Anggota DPR RI, Ir. Nasim Khan dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) saat melakukan sosialisasi empat pilar kebangsaan di Aula PG Asembagus, Situbondo, kemarin (28/12/2016)

Menurutnya, argumentasi bahwa ulama dan santri tidak tahu apa apa itu tidak benar. Ia menjelaskan bahwa perjuangan para ulama dan santri itu jelas terhadap bangsa dan kemerdekaan Indonesia.

"Perlu diingat, bahwa tidak akan ada kemerdekaan Indonesia yang selalu kita rayakan setiap 17 Agustus ini tanpa adanya perjuangan, peran serta para ulama dan santri," kata Anggota Komisi VI DPR RI ini, Ir. Nasim Khan.

Nasim melanjutkan, umat islam di Indonesia ikut punya andil besar dalam mengusir para kaum penjajah, dalam hal ini ulama dan santri menjadi garda terdepan dalam perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.

"Jadi untuk itu, perjuangan mereka harus dilanjutkan, beliau-beliau sudah mengorbankan segalanya untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia ini," tegasnya.

Politisi PKB ini mengungkapkan, tantangan saat ini adalah adanya krisis ideologis yang akan berakibat pada tergerusnya jati diri bangsa Indonesia sebagai bangsa yang Pancasilais, seperti kekerasan atas nama agama, perbedaan kepentingan politik dan liberalisasi di bidang ekonomi.

"Oleh sebab itu sosialisasi empat pilar kebangsaan ini sangat penting sebagai pengukuhan terhadap nilai nilai dasar nasionalisme yang telah dibentuk sejak kemerdekaan, dan nilai-nilai itu juga merupakan warisan luhur para ulama," terang Nasim Khan kepada pers.

Anggota DPR RI yang terpilih dari dapil III Jatim melipiti Bondowoso, Situbondo, dan Banyuwangi ini menuturkan, secara formal setiap tahun dirinya melakukan sosialisasi empat pilar kebangsaan sebanyak enam kali, disamping agar masyarakat memahami terhadap nilai nilai NKRI, juga untuk mengetahui apa yang menjadi aspirasi masyarakat.

"Saya sebagai wakil rakyat hanya menjadi fasilitator, dan jembatan bagi masyarakat, sehingga kalau ini bersinergi dan terus ditindak lanjuti dengan baik serta dilakukan dengan benar tidak ada ceritanya Indonesia tidak makmur," pungkasnya. (kra)

Minggu, 01 Januari 2017

NETIZEN LAWAN RADIKALISME, STRATEGI TAHUN 2017:

NETIZEN LAWAN RADIKALISME

STRATEGI TAHUN 2017:

"Bersama NU, Netizen Lawan Radikalisme" , mari kita jadikan tahun 2017 sebagai tahun perlawanan orang-orang baik yang tadinya diam, karena media sosial adalah medan pertempuran, dan DIAM SUDAH BUKAN PILIHAN.

NU mengajak Netizen dengan langkah sbb:

1. SHARE, SHARE, SHARE! Klik tombol share sebisa mungkin pada setiap berita positif, tulisan kritis, meme, dll.. pegang prinsip "syarat kezaliman untuk menang adalah orang baik diam". Jadi saat anda ragu menshare, radikalisme telah menang

2. UNFRIEND/BLOCK. Salah satu alasan orang baik ragu menshare status positif adalah karena ingin menghindari cekcok dengan kawan. Orang yang memusuhi anda atas status positif anda, artinya ia BUKAN kawan anda. Jangan ragu unfriend / block bila anda tidak suka berdebat

3. TURN BACK HOAX. kenapa Indonesia darurat HOAX? karena penyebar HOAX sadar akan filosofi "kebohongan bila dilakukan secara massif, lama-lama akan dianggap kebenaran". HOAX yang dishare puluhan ribu bisa mempengaruhi orang. Lawan ini dengan SHARE klarifikasi HOAX sebanyak-banyaknya

4. RAMAIKAN TAGAR TWITTER. Bagi pemilik akun twitter, NU mengajak para Twits untuk bantu mencuitkan TAGAR (Hashtag) yang nantinya diberikan melalui page ini.. Karena tagar twitter sering terbukti mampu menggerakkan media, jadi headline berita media.

5. COPAS & LEMPAR. Saat anda membaca tulisan bagus dari pegiat medsos seperti Denny Siregar, Kang Hasan, Prof. Sumanto, dll. kali ini tak cukup hanya kasih jempol & klik share saja.. COPY PASTE juga lalu lempar di grup WA. Broadcast WA / BBM terbukti bisa mempengaruhi massa

6. BIKIN GRUP CHAT. Bersama kawan-kawan sepemikiran, bikin grup chat WA / BBM, lalu pantau topik yang sedang viral / trending di media sosial. Gerakkan kawan-kawan untuk laporkan massal status intoleran di facebook, twitter, IG, dll. Tanya kawan yang mengerti cara melaporkan

7. JANGAN DIAM. Media sosial terbukti punya pengaruh mengerikan bila disalah gunakan untuk tujuan-tujuan tidak baik. Diam anda bisa dibayar mahal oleh bangsa. Maka jangan diam.. Lakukan sesuatu!  Share, Copas tulisan, broadcast di grup WA/BBM, laporkan massal

INGAT.. kenapa postingan HOAX dan hasutan SARA sering dishare sampai ribuan? karena kelompok radikal paham akan filosofi "kebohongan bila dilakukan secara massif, lama-lama akan dianggap kebenaran".

Kasus Equil dan Sari Roti adalah BUKTI suksesnya penerapan filosofi ini. Orang dibuat percaya air mineral Equil adalah "miras". Massa pun mampu digerakkan untuk boikot Sari Roti.

Kini waktunya untuk orang baik MELAWAN. Bersama NU Netizen lawan Radikalisme di media sosial. Anda, saya, kita semua warga dunia maya facebook, twitter, IG, dst..

Kalau bukan kita siapa lagi?
Kalau tidak sekarang kapan lagi?
Bersama NU, Netizen Lawan HOAX!

Karena HOAX adalah Radikalisme
Karena HOAX adalah Terorisme

SAY NO TO TERRORISM

#SayNoToTerrorism

--KHOLILUL ROHMAN AHMAD

Ayo daftar Jadi Jutawan