Jumat, 25 Maret 2016

Muhaimin Iskandar dan Gerakan Nusantara Mengaji

Assalamualaikum Wr Wb

Saudara ku, kaum muslimin wal muslimat di seluruh penjuru Tanah Air.
Sendi-sendi kehidupan kebangsaan, kenegaraan dan kemasyarakatan kita Masih mengalami berbagai macam ujian dan cobaan yang tidaklah ringan.

Ancaman Radikalisme, terorisme, kesenjangan ekonomi dan sosial, memudarnya nilai-nilai keagamaan, menjamurnya pergaulan bebas, maraknya penggunaan narkoba, LGBT, serta perilaku mau menangnya sendiri semakin menambah berat perjuangan kita semua untuk mewujudkan Baldatun Thoyyibatun wa Rabbun Ghofur. Negara sejahtera yang masyarakatnya makmur lahir dan batin.

Kita tidak boleh menyerah dengan kondisi ini, dan kita tidak boleh berpangkutangan membiarkan semua ketidak beresan ini terus terjadi. Mari kita terus benahi bersama-sama segala keruwetan, dan masalah Bangsa ini dengan kerja keras, ber-ikhtiar dan berjibaku mengerahkan segala daya upaya yang kita miliki.

Lebih dari itu, sebagai anak bangsa, sudah sepatutnya kita bersama-sama mengangkat kedua belah tangan memanjatkan doa dan permohonan kepada Allah SWT untuk keselamatan dan kesejahteraan seluruh bangsa Indonesia.

Saya mengajak seluruh saudara ku kaum muslimin wal muslimat seantero nusantara untuk bersama-sama melakukan riyadlah bermunajat kepada Allah dengan cara mengkhatamkan Al-Qur'an 300 ribu kali secara serentak dalam waktu bersamaan sehari-semalam dari mulai Sabang hingga Merauke.

Saya mengajak seluruh umat Islam di Indonesia untuk turut serta bergabung dan berpartisipasi membaca dan mengkhatamkan Alqur'an 300 ribu kali melalui kegiatan Nusantara Mengaji untuk keselamatan dan Keberkahan Bangsa Indonesia yang akan diselenggarakan nanti pada tanggal 7-8 Mei 2016.

Nusantara Mengaji ini adalah upaya kita bermunajat meminta pertolongan kepada Allah agar Bangsa ini dijauhkan dari segala bala' dan cobaan serta diberi kekuatan untuk Mampu mengatasi seberat apapun persoalan yang dihadapi Indonesia.

Mari..... bergabung bersama saya dan para hafidz, Kiai, santri serta pecinta Al-Qur'an bersama-sama membaca dan mengkhatamkan 300 ribu kali Al-quran melalui Gerakan Nusantara Mengaji.

Semoga langkah ini mendapatkan Ridlo dan pertolongan Allah SWT.

Wallahul Muwafiq Ilaa Aqwamith Thoriq
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

H. A. Muhaimin Iskandar

Rabu, 23 Maret 2016

Hamzah, Film Pesantren, dan Cita-citanya


Hamzah Sahal, Darmanto Jatman, dan Sutanto Mendut di Studio Mendut, Magelang, 5 Maret 2016.



PESANTREN dalam kehidupan manusia adalah objek paling seksi setelah negara. Jika negara Indonesia digambarkan sebagai perempuan semok semlohai yang paling sempurna pun, maka pesantren adalah pakaian yang harus disandangkan di atas tubuhnya.

Serupawan sejati gagah cantik sebuah Indonesia, masih butuh pakaian untuk berdandan menggapai martabat di mata dunia. Model pakaian yang seperti apa yang layak disandangkan untuk pesantren?
Sebutlah ia adalah jas, kebaya, sempak, kutang, bando, jepit rambut, semir pirang, bedak orange, gincu, sandal jepit, sepatu, kaos kaki, blus, jarik, sarung, dll. Model pakaian yang sudah diperagakan di Paris atau Lereng Merapi?

Indonesia dan pesantren terus berbenah. Mencari bentuk paling seksi sebagai upaya meningkatkan eksistensi atas kehadirannya di muka bumi. Bukan semata gedung megah dan ribuan santrinya, melainkan istiqamah mempersiapkan generasi terbaiknya menghadapi gelombang kehidupan yang makin ganas dan sengak.

"Dunia tidak pernah menutup mata terhadap gagasan baru. Dunia mencatat film `Sang Kiai` adalah salah satu potret pesantren. Meski itu baru sebagian kecil," kata Hamzah Sahal di Studio Mendut, Magelang (5 Maret 2016).

Berkunjung ke Magelang menjadi bahan pembelajaran Hamzah untuk mempertarungkan gagasan tentang film pesantren yang disutradarainya. Di depan pengasuh pondok pesantren asrama perguruan Islam (API) Tegalrejo, KH Muhammad Yusuf Chudlory, Hamzah presentasikan calon film mungil `Jalan Dakwah Pesantren `. Tak melewatkan sejarah ini, Gus Yusuf merangkul budayawan Sutanto Mendut supaya menelisik kedalaman film itu sebelum dilempar ke publik.

"Pesantren itu akarnya desa, dusun, kampung, gunung. Pergulatan orang-orang pelosok itu melekat dengan pesantren," pesan Sutanto.

Jaman terus bergerak mendedahkan berjuta warna liar sehingga pesantren telah jauh berubah dari deskripsi Zamakhsari Dhofier dalam `Tradisi Pesantren`, 30 tahun silam. Perubahan harus diikuti selaras mengarungi semangat jaman yang makin hari makin indah dan menarik plus menggairahkan.

Mungkin sebagian akademisi cenderung melihat pesantren dan masyarakat di sekitarnya sebagai hubungan yang menegangkan. Beberapa kasus kecil memang begitu menegangkan. Akan tetapi, sesungguhnya, di balik ketegangan itu kehadiran pesantren sebagai wujud tanggung jawab ilahiyah generasi Muslim harus memberikan kontribusi yang `mencairkan ketegangan`.

"Sejarah membuktikan. Jaman ayah saya sugeng justru memilih `gamelan` daripada `masjid`. Pilihan itu diambil demi terjaga harmoni warga masyarakat," tutur Gus Yusuf. Kisah tentang gamelan dan masjid di Tegalrejo, Magelang, menjadi salah satu angle film `Jalan Dakwah Pesantren`.

Cita-cita pesantren agar mampu mewarnai Indonesia bukan semata memilih pakaian terbaik yang sudah dipamerkan di Paris. Film sebagai media meningkatkan kemolekan pesantren masih menunggu jutaan ide dan kreativitas yang dedikatif.

Beruntunglah Hamzah tidak sendirian. Sutanto, Gus Yusuf, Lurah Riyadi, Pak Pangat, Jono, Ndoko Handoko, Hari Atmoko, Sholahuddin, dan ribuan kreator dusun sudah terlebih dahulu berkarya untuk mempercantik Indonesia. Tinggal geser sedikit satu inci saja.

Teks dan foto: KHOLILUL ROHMAN AHMAD

Senin, 21 Maret 2016

Nasim Khan: Indonesia aman tentram karena Pancasila


MENYERAHKAN CENDERAMATA
-- Anggota Fraksi PKB MPR M Nasim Khan menyerahkan cenderamata kepada Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Bondowoso KH Abdul Qadir Syamsul Arifin dalam acara Sosialisasi MPR Empat Pilar di Pondok Pesantren Nuruth Thalabah Bondowoso.


Bondowoso,- laskarjagad -- ANGGOTA MPR RI dari Fraksi PKB Ir M Nasim Khan, melakukan kegiatan sosialisasi Empat Pilar: Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD NRI 1945 di hadapan ratusan santri dan guru Ponpes Nurut Thalabah Bunder Pancuran Bondowoso.
Di hadapan para santri, pengurus, dan pengasuh ponpes KH Asy'ari Fasya, Nasim mengatakan pentingnya para santri serta ponpes menjaga dan mengamalkan PBNU, yakni Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD NRI 1945.

"Karena dengan menjaga dan mengamalkan PBNU maka negara akan aman dan tetap utuh," katanya.

Nasim menjelaskan, kedatangannya ke Bondowoso khususnya ke ponpes asuhan kiai Asy'ari itu adalah untuk mensosialisasikan PBNU. Sebab dengan Pancasila, semua suku agama dan etnis bisa disatukan.

"Di Indonesia ini ada banyak suku agama dan ras. Namun tetap kokoh dan aman, karena masyarakatnya mengamalkan Pancasila," katanya.

Sedangkan dasar negara Pancasila sudah final. Bahwa, katanya, tokoh bangsa dan agama pada tahun 1945, sudah sepakat untuk menjadikan Pancasila sebagai dasar negara. Dan sampai saat ini, dasar negara itu tetap relevan.

"Kalau di negara lain kerap terjadi konflik karena perbedaan agama dan etnis, maka di Indonesia, masyarakatnya tetap bersatu dan hidup aman karena Pancasila," kata anggota MPR Dapil Jawa Timur III (Bondowoso Situbondo Banyuwangi).

Lanjutnya, karena di dalam sila sila yang ada di Pancasila sudah mengatur kehidupan. Antara lain sila pertama `ketuhanan yang maha esa|. Artinya masyarakat menganut berbagai macam agama seperti Islam, Hindu, Budha, Kristen, Katolik, dan aliran kepercayaan yang saling menghormati satu sama lainnnya.

"Jadinya kehidupan agama di Indonesia aman. juga pada sila kedua, ketiga, keempat, dan kelima sudah mengaturnya. Sehingga Pancasila ini wajib dipahami dan diamalkan oleh masyarakat Indonesia," katanya.

Nasim mengatakan, pentingnya memahami dan mengamalkan Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945. Karena Empat Pilar itu yang mampu menjaga keutuhan bangsa ini, katanya. Contoh, di dalam bangsa ini terdapat ribuan suku, bahasa, serta etnis, namun mereka bisa bersatu dengan Bhinneka Tunggal Ika.

"Empat Pilar ini wajib dijaga," katanya.

Bahkan kemerdekaan Indonesia itu diperoleh dari perjuangan semua suku di Indonesia dalam melawan penjajahan.

"Termasuk peran santri dan pondok pesantren yang ikut berjuang merebut kemerdekaan," katanya.

Pengasuh ponpes Nurut Thalabah Kiai Asy'ari Fasya merasa bersyukur dan mengapresiasi kedatangan Anggota MPR Nasim Khan yang telah melakukan sosialisasi di ponpesnya.

"Yang datang ke ponpes ini adalah semua santri dari berbagai ponpes di Bondowoso. Setiap ponpes mengirimkan perwakilannya untuk ikut kegiatan sosialisasi MPR atau empat pilar ini," tutur kiai.

Keterangan foto: 1. Anggota Fraksi PKB MPR M Nasim Khan menyerahkan cenderamata kepada Ketua PCNU Bondowoso KH Abdul Qadir Syamsul Arifin dalam acara Sosialisasi MPR Empat Pilar di Pondok Pesantren Nuruth Thalabah Bondowoso.
2. Pengasuh ponpes Pondok Pesantren Nuruth Thalabah Bondowoso KH Asy'ari Fasya memberikan kata sambutan sebagai shohibul bait.

Teks: eko/kr/wab; harian cetak Radar Ijen Jawa Pos edisi Senin Kliwon 21 Maret 2016, halaman 4)
Foto: KHOLILUL ROHMAN AHMAD

PKB Siap Gelar Kaderisasi Tiap Kecamatan



Mabda' Siyasi PKB -- Instruktur DPP PKB Muh Arwani dan Ahmad Faiz mempresentasikan mabda' siyasi PKB. (foto: Kholilul Rohman Ahmad)


Bondowoso, -- Untuk memperkuat kader di tingkat daerah, DPP PKB, DPW, serta DPC terus melakukan konsolidasi agar PKB menjadi kuat. Serta memiliki kader yang militan dan mampu menjadi partai pemenang di pemilu yang akan datang.

Untuk itu Fraksi PKB DPR RI menggelar seminar kebangsaan ditujukan memperkuat kader melalui pendidikan kader pertama (PKP) di pondok pesantren Nurut Thalabah, Bunder, Pancuran, Bondowoso, kemarin (20/3).

Pengasuh ponpes KH Asy’ari Fasya yang juga rais syuriah PCNU Bondowoso menegaskan kebanggaannya dipercaya sebagai tempat untuk berdiskusi tentang masa depan PKB demi kemajuan bangsa.

“Kami berterima kasih telah mendapatkan kepercayaan dari sahabat-sahabat saya, Mas Nasim Khan anggota DPR dan sahabat PKB untuk dijadikan tempat ini sebagai ajang berdiskusi tentang bangsa. Sebagai pribadi dan pengasuh pondok pesantren sekali lagi saya ucapkan terima kasih,” katanya.
Hadir dalam kesempatan itu 60 kader PKB muda untuk mengikuti PKP. Selain itu, hadir pula Ketua PCNU Bondowoso KH Abdul Qadir Syamsul Arifin, Muh Arwani, Ahmad Faiz dari DPP PKB dan Ali Mansur dari DPC PKB.

Nasim Khan anggota DPR yang menjadi pembicara didampingi Aurangzeb Khan dan Zubaidi Habibullah, menjelaskan, tentang dasar-dasar politik pengorganisasian masyarakat.
"Selama ini untuk menjadi kader PKB cukup dengan membuktikan KTA. Akan tetapi model tersebut akan diubah dengan cara kadet harus ikut proses kaderisasi melalui PKP, PKM, hingga PKA,” ujarnya.

Dengan digelar PKP tersebut menjadi bukti bahwa PKB gencar melakukan penguatan partai melalui sistem pengkaderan. Kegiatan kaderisasi dilakukan untuk memperkuat partai PKB menjadi partai modern dan memiliki kader militan berbasis kultur yang kuat.

Untuk bisa menjadi kader harus bisa membuktikan keikutsertaannya dalam proses kaderisasi. Tahapan-tahapan itu harus dilalui seorang calon kader hingga menjadi kader resmi.
"Tahapan PKP, PKM, dan PKA harus dilalui. Karena pelatihan ini memberikan pembekalan sekaligus pendidikan politik,” ungkap dia.

Menurut Nasim, untuk setiap pelatihan mendatangkan seratus kader dari setiap ranting. Mereka akan dibekali mengenai ilmu politik, cara mengorganisasikan partai, dan tujuan partai serta mabda' siyasi partai. Peserta pendidikan sebanyak seratus orang setiap pelatihan, lanjutnya, sehingga untuk delapan kali pelatihan akan tercetak 1.500 kader militan.

“Insya Allah kegiatan ini akan dilaksanakan di seluruh kecamatan agar peserta kader bisa merata setiap kecamatan," harap dia.

Dalam teori pengkaderan, menurutnya, target PKP adalah untuk mencetak kader-kader partai yang ideologis, militan, dan mampu menjembatani konstituen dengan partai serta mampu menggerakkan kekuatan partai dalam setiap kontestasi politik.

"Kami ingin menciptakan kader PKB yang memiliki kemampuan untuk menjadi jembatan antara konstituen dengan partai," imbuhnya.

Dikatakan, kegiatan PKP menjadi program utama DPP PKB yang sudah berjalan setahun terakhir ini. Sejak Sekretaris Jenderal DPP PKB dijabat Abdul Kadir Karding.

"PKP Ini program partai unggulan. Melalui pendidikan PKP ini PKB berkomitmen untuk memperkuat kaderisasi partai. Sehingga masyarakat memilih partai lebih didasarkan para petimbangan ideologis bukan kepentingan pragmatis semata," jelasnya.

  
Teks: MKL; harian cetak Memo-X, halaman 14, edisi Senin Kliwon, 21 Maret 2016). 


Instruktur DPW PKB Ali Mansur mendampingi peserta mendalami mateti RKTL. (Foto: Kholilul Rohman Ahmad)

Juara II Lomba Qiroah Aqidatul Awam

Bondowoso, Juara II Lomba Qiroah Aqidatul Awam

Imam Ja’fari (memegang trophy kuning) berhasil menyabet Juara Kedua Lomba Qira’ah Aqidatul Awam pada Musabaqah Antar Siswa Madrasah Se Kabupaten Bondowoso, 17-20 Maret 2016. Imam Ja’fari adalah santri pondok pesantren Nuruth-Thalabah Bunder Pancuran Bondowoso asuhan KH Asy’ari Fasya.

Juara kedua bisa direbut karena santri telaten alias rajin belajar dan guru/ustadz intens mendampingi dalam belajarnya. Musabaqah digelar bukan hanya pada bidang penghafalan, namun juga dalam pemaknaannya.

Saya minta dia untuk menghafal tiga bait awal. Ternyata dia `mblandhang` hingga lima bait.

“Sudah, sudah. Cukup. Soalnya bait ke keenam saya sudah tidak hafal, Dik, kataku.

Nama Imam Ja’fari mengingatkan nama besar anggota Menteri Kabinet Kerja di pemerintahan Presiden Jokowi, Marwan Ja’far.

Namanya mirip ya…

Keterangan foto: Penulis bersama para santri.

Minggu, 20 Maret 2016

PKP Bondowoso Ditutup, Negara bukan Gerobag Bakso


 
DOA PENUTUP PKP PKB DI BONDOWOSO -- Anggota DPR MPR Ir M Nasim Khan, tenaga ahli anggota DPR Aurangzeb dan Zubaidi Habibullah, instruktur Muh Arwani, Instruktur Ahmad Fais, serta seluruh panitia pendukung acara PKP memanjatkan doa tanda acara telah selesai.


Jawa Timur-Bondowoso, - Ketua Bidang Kaderisasi DPC PKB Bondowoso Ali Mansur resmi menutup kegiatan PKP di Ponpes Nuruth-Thalabah, Bunder, Pancuran, Bondowoso, kemarin. Acara penutupan diwarnai aksi peserta PKP mencium tiga bendera: merah putih, Nahdlatul Ulama, dan PKB.

Diiringi nyanyian syair-syair `ilahilastu lil firdausi ahla` karya pujangga humoris jaman khalifah Harun Al-Rasyid di Baghdad (806-814 M), Abu Nuwas. Ikut hadir menyaksikan, Anggota DPR MPR Ir M Nasim Khan, tenaga ahli anggota DPR Aurangzeb dan Zubaidi Habibullah, instruktur Muh Arwani, Instruktur Ahmad Fais, serta seluruh panitia pendukung acara.

“Mencium bendera adalah simbol cinta tanah air dan cita-citanya,” kata Ahmad Fais.

PKP diselenggarakan DPC PKB Bondowoso sebagai ajang pelatihan dan pendidikan untuk memperkuat kader di basis konstituen. Bertujuan menyambungkan terus-menerus ikatan silaturahim PKB dan rakyat, khususnya warga nahdliyin.

“Tidak bisa kita kesampingkan fakta warga NU adalah kekuatan PKB. Di sini kita harus memperkuat dengan ideologi,” kata Arwani.

Negara bukan Gerobag Bakso

PKP atau Pendidikan Kader Pertama diselenggarakan PKB sebagai tindak lanjut atas keprihatinan fenomena “deparpolisasi” yang digulirkan sekelompok orang yang ingin mendegradasi eksistensi partai politik di Indonesia. Kelompok ini ingin Indonesia dikelola seperti mengelola gerobag warung bakso.

“PKB ini, kan, partai politik. PKB ingin Indonesia semakin kuat. Bermartabat sebagai bangsa dan negara. Tetap eksis di dunia. Deparpolisasi itu kan gerakan yang cita-citanya agar negara bisa diatur seperti gerobag bakso,” tutur Arwani.

Arwani mensinyalir, dewasa ini Indonesia menjadi incaran para pedagang-pedagang tingkat dunia karena banyak penduduknya dan sumberdaya alamnya. Mereka, katanya, ingin menjajakan ke mana-mana dengan tujuan mencari keuntungan semata. Agar tujuannya tercapai, partai politik dimandulkan terlebih dahulu.

“PKB harus membendung gerakan deparpolisasi itu. Dengan PKP ini kita ingin parpol jadi penyangga keutuhan NKRI dan cita-citanya,” pungkasnya.

PKP di Pesantren
Pelaksanaan PKP di pesantren dimaksudkan untuk mendekatkan cita-cita PKB dalam mewujudkan cita-cita pendiri bangsa agar keutuhan negara tetap terjaga sebab pesantren dalam sejarah menjadi penopang utama NKRI (Negara Kesatuan republik Indonesia).

Di Bondowoso, PKP dilaksanakan di Pesantren Bunder, asuhan KH Asy’ari Fasya. Selain karena mempunyai tempat pelaksanaan yang cukup representatif, pengasuhnya dikenal gigih berjuang mengelola pesantren untuk meningkatkan taraf pendidikan bagi putra-putri Bondowoso.
“Pesantren itu simbol penjaga NKRI,” kata Arwani.

(Teks dan foto: Kholilul Rohman Ahmad)

Kamis, 17 Maret 2016

Mohon Amal Jariyah Pembangunan Madrasah



Mohon Amal Jariyah Pembangunan Madrasah

Sahabat-Sahabat yang berbahagia. Almamater saya, Madrasah Ibtidaiyyah “Arrosyidin” Payaman Magelang, sedang membangun kelas baru karena peningkatan jumlah murid yang terus mendaftar. Ini adalah amanat yang harus diterima, meski ruang kelas terbatas.

Oleh karenanya, pengurus sedang melangsungkan pembangunan ruang kelas baru dengan cara menambah lantai bangunan di atasnya karena lahan sudah mepet. Agar pembangunan berjalan lancar, maka permohonan ini saya edarkan melalui media ini.

Bagi sahabat yang berminat menitipkan amal jariyah, mohon perkenan mentransfer ke rekening:

Bank BRI
No. 333801011303532
a/n. Komite MI Arrosyidin Payaman

Semoga amal jariyah Sahabat dicatat oleh Allah SWT sebagai amal baik dan mengantar keberkahan dunia pendidikan di Indonesia. Demikian. Terima kasih atas kerjasamanya.

Salam bahagia,
Kholilul Rohman Ahmad.


Konfirmasi Panitia Pembangunan:
~ Mohammad Fathul Aziz  085601444015
~ H. Musbikun 081578833468
~ Hj. Koni'ah 085743482174          
~ Hj. Barorotul Azizah 08122771113





Ayo daftar Jadi Jutawan