KOTA MUNGKID, MAGELANG--Hajat politik pemilihan kepala daerah
(pilkada) secara langsung di Kabupaten Magelang pada 28 Oktober 2013 lalu,
telah menimbulkan gejolak pada tubuh beberapa kelompok seni dan kebudayaan.
Pasalnya, beberapa kontestan pilkada (Cabup dan Cawabup) seringkali
menarik-narik kelompok ini untuk jadi pendukung maupun penyedot massa di masyarakat. Gejolak itu masih terasa meski hajatan itu
sudah selesai.
"Ini harus
jadi perhatian kita semua. Pasca pilkada khittah seni dan budaya di Magelang
harus dikembalikan," ujar Direktur Lembaga Mata Air Merapi, Agus Purnomo,
dalam Seminar Kebangsaan dan Kebudayaan di Balai Muslimin, Kota Mungkid, Kamis
(7/11).
Seminar digelar
oleh Lembaga Merapi Mandiri bekerjasama Direktorat Jenderal Kesbangpol
Kementerian Dalam Negeri RI. Hadir dalam acara ini Pejabat Sekretariat
Kesbangpol Depdagri RI Muniah SAP, Kepala Kantor Kesbangpol Kabupaten Magelang
Karya Humanita, dan ratusan peserta seminar dari 5 kecamatan yaitu Borobudur,
Mertoyudan, Mungkid, Sawangan, dan Muntilan.
Muniah membacakan
kata sambutan Direktur Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol)
Kemendagri, Tanribali Lamo, yang tidak hadir karena pada waktu bersamaan
menghadiri acara kenegaraan di Jakarta. Seminar Kebudayaan dan Kebangsaan dibuka secara resmi oleh Karya Humanita
atasnama Pemerintah Kabupaten Magelang.
Menurut Agus
Intrup, panggilan gaulnya, baik ’kandidat yang terpilih’ maupun ’kandidat yang
tersungkur’ sama-sama punya tanggung jawab moral terhadap seni budaya agar
tetep terus menghangatkan di tengah masyarakat.
"Meski
pilkada sudah selesai, tapi kondisi sekarang seni budaya masih terbawa aura
politiknya. Ini butuh sentuhan agar Magelang ini tetep 'nyeni' dan 'mbudaya'.
Agar gejolaknya segera sirna," ujar Agus.
Ahmad Muslim
dalam pidato prakata panitia menyatakan, kebudayaan dan kebangsaan adalah dua
dimensi yang tidak bisa dipisahkan. Sebab keduanya sama-sama menopang kekuatan
bangsa dan negara.
"Oleh sebab
itu, melalui kebudayaan lokal itu diharapkan kebangsaan kita makin kokoh.
Budaya lokal harus terus tumbuh dan lestari di Magelang," kata Pandu,
panggilan mediatik Ahmad Muslim.
Acara seminar
menghadirkan tiga narasumber, yaitu Dosen FH Universitas Negeri Semarang Arif
Hidayat SHI MH, Direktur Lembaga Lembuwikarta Magelang Saefudin S Fil, dan
Direktur Lembaga Merapi Mandiri Ahmad Pandu Muslim. Seminar dimoderatori
Kholilul Rohman Ahmad.
Di sesi istirahat
setelah seremonial pembukaan, para peserta seminar dihibur oleh group hiburan
kelompok seni budaya lokal Sinar Rimba dari Dusun Tampirwetan, Kecamatan
Candimulyo. Group kembali tampil usai penutupan.
Group seni
pimpinan Suwarto itu memainkan nomor Musik dan Tari nDayak'an. Tari ini dinamai
nDayak'an karena kostumnya mirik Suku Dayak. Peserta, panitia, narasumber,
moderator, dan tamu dari Jakarta riang gembira disuguhi tarian ini. (Narasi: KRA, Foto: DODI SETIAWAN, AMRIH S, VINA RAHMATIKA)
MENYANYIKAN LAGU INDONESIA RAYA |
DIRIJEND IBU MUNDI'AH MEMIMPIN MENYAYIKAN LAGU INDONESIA RAYA |
DIRIJEND IBU MUNDI'AH MEMIMPIN MENYAYIKAN LAGU INDONESIA RAYA |
NARASUMBER ARIF HIDAYAT PRESENTASI MAKALAH KEBANGSAAN, NASIONALISME, DAN MENJAGA KEUTUHAN NASIONALISME MELALUI JALUR TERKECIL YAITU KELUARGA |
SEKRETARIS LEMBAGA MERAPI MANDIRI DODI SETIAWAN MEMIMPIN PEMBACAAN TEKS PANCASILA DIIKUTI PARA PESERTA SEMINAR |
PARA TAMU KEHORMATAN BERDIRI SAAT MENYANYIKAN LAGU INDONESIA RAYA |
BAPAK KOMARUDDIN SEBAGAI MASTER OF CEREMONY (MC) MEMBACAKAN SUSUNAN ACARA |
GROUP KESENIAN NGURI-NGURI KABUDAYAN "SINAR RIMBA" TAMPIR KULON CANDIMULYO SIAP BERATRAKSI DI TENGAH MASA REHAT ACARA SEMINAR KEBUDAYAAN DAN KEBANGSAAN DI BALAI MUSLIMIN KOTA MUNGKIS, 07/11/2013. |
VINA RAHMATIKA BERTANYA KEPADA PARA NARASUMBER TENTANG SEJAUH MANA UPAYA KITA SEBAGAI BAGIAN DARI BANGSA DAN NEGARA UNTUK TERUS MENJAGA KEUTUHAN BANGSA DAN NEGARA. |
KIAI MUSTAGHFIRIN BERTANYA KEPADA NARASUMBER. |
FOTO BERSAMA GROUP SENI BUDAYA "SINAR RIMBA" |
LIMA PEREMPUAN PENARI BERKOSTUM NDAYAK'AN SIAP BERATRAKSI |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar