Kamis, 11 April 2013

KH Hasyim Muzadi: Kembali ke Khittah NU bukan Berarti Larangan Berpolitik

Magelang, www.laskarjagad.blogspot.com,– Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Hasyim Muzadi, menyatakan, gagasan tentang ‘Kembali ke Khittah NU’ bukan berarti warga nahdliyin dilarang berpolitik. Sebab eksistensi NU untuk menopang kedaulatan bangsa sangat dibutuhkan kekuatan politiknya.

Pernyataan tersebut disampaikan Muzadi dalam tausiyah politik Silahturrahim Keluarga Besar Nahdlatul Ulama se-Eks Karesidenan Kedu di Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam, (API), Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah, tadi malam (10/04/2013).

Hadir dalam acara tersebut Ketua DPW PKB Jawa Tengah KH M Yusuf Chudlori, Ketua DPC Muhamad Achadi, dan ratusan kiai alumni berbagai alumni pondok pesantren di wilayah Magelang, Temanggung, Wonosobo, Purworejo, dan Kebumen. Ikut hadir calon Gubernur Jawa Tengah yang diusung PKB, Hadi Prabowo.

“Khittah NU itu bukan berarti orang NU tidak boleh berpolitik. Makanya dibuatkan jalan lewat PKB,” katanya disambut tepuk tangan para hadirin.

Dikatakan, jalan politik warga NU yang ada saat ini adalah melalui Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Sebab PKB merupakan satu-satunya partai yang mewadahi aspirasi warga nahdliyin.

“Partai produknya NU ya PKB. Yang lain sudah pada ‘khusnul khotimah’”, katanya disambut tawa geerrrr pada hadirin. Khusnul khotimah maksudnya, beberapa parpol mengaku NU tidak lolos verifikasi jadi peserta pemilu.

Saat bertausiyah (berpidato) Muzadi juga bercerita tentang sejarah berdirinya PKB bersama Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid) saat reformasi. PBNU menfasilitasi berdirinya PKB karena aspirasi warga NU tak terbendung ingin mempunyai parpol sendiri.

Muzadi menyatakan, sehingga tidak mungkin anak kandung akan didiamkan begitu saja jika sudah berbuat banyak untuk NU.

Dadine PKB ki wis cetho anak kandung NU. Rasah digembar-gemborke. Yang penting apa yang bisa dilakukan PKB untuk NU,” tegas Ketua Umum PBNU dua periode ini.

Di penghujung pidato Muzadi menyatakan siap memberikan tenaga dan pikirannya untuk membesarkan PKB.

“Saya siap membesarkan PKB seperti 15 tahun yang lalu. PKB sudah berbuat banyak demi kebesaran NU,” pungkasnya disambut tepuk tangah gemuruh hadirin yang memadati GOR Utama Ponpes API itu.


“Khittah NU itu bukan berarti orang NU tidak boleh berpolitik. Makanya dibuatkan jalan lewat PKB”

Laporan: @ibamanis
Foto: Sambutan Ketua DPW PKB Jawa Tengah, Gus Yusuf Chudlori
Editor: KHOLILUL ROHMAN AHMAD

Selasa, 02 April 2013

Jika NU Luntur maka NKRI Bisa Runtuh

Kota Mungkid, gardapancasila.blogspot.com || Silahturrahim kader Pancasila sektor Magelang bertajuk Dik Kapan PKB (Pendidikan Kader Pancasila Partai Kebangkitan Bangsa) digelar di Pondok Pesantren Sirojul Muttaqin, Jetis, Kalinegoro, Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah, 30/3/2013. Ponpes itu diasuh oleh Kiai Mudrik Baihaqi akrab dipanggil Gus Mudrik (GM), termasuk Pengurus Harian DPC PKB Kabupaten Magelang.

Acara dibuka secara resmi oleh Sekretaris Fraksi PKB MPR RI, Abdul Kadir Karding. Acara berlangsung hangat dan penuh akrab. Hampir semua peserta sudah saling mengenal. Penuh semangat dan gairah. Maklum, sejak pemilu 2009 mereka yang aktifis PKB itu baru saat itu bisa berkumpul dengan anggota lebih banyak dari biasanya.

Acara kian semarak dan antusias saat menyanyikan lagu Indonesia Raya. Seluruh peserta berdiri. Mengingatkan mereka saat menyanyi serupa di masa sekolah setiap upacara bendera di hari Senin. Dilanjut sambutan pelaksana Dik Kapan PKB di Magelang oleh Ketua DPC Muhammad Achadi. Ia  menyatakan bahagia dan bangga karena Magelang jadi tempat acara Dik Kapan PKB.

"Acara ini sangat bagus. Ini bukti kita sudah tidak ada konflik lagi. Hal ini secara psikologis NU dan PKB akan nyata dan membawa kebaikan NU dan masyarakat Indonesia pada umumnya," kata Achadi.
 

Ia menyatakan bersyukur bisa berkumpul dan berbahagia. Sebab sudah sekian lama tidak ketemu bersama Abdul Kadir Karding (Anggota DPR RI Fraksi PKB asal Dapil Jateng VI: Magelang, Wonosobo, Temanggung, Purworejo).

"Dan hari ini bisa bertatap muka bersama. Pertemuan semacam ini akan kita intensifkan agar semakin sinergis," katanya didampingi Anggota DPRD Suwarsa dan Ketua Dewan Syura PAC Mungkid Kiai Suud Hasyim.

Dalam sambutan, Wakil Ketua DPRD itu mengatakan, komposisi caleg PKB untuk tingkat DPRD sudah tercapai kuota perempuan 30 persen. Sedangkan untuk seluruh Dapil sudah terpenuhi 100 persen.

"Semua caleg sudah memenuhi unsur NU, Muslimat, Fatayat, Ansor, IPNU-IPPNU, dan kalangan pesantren," kata mantan wartawan Bernas itu.

Seluruh anggota DPRD Fraksi PKB Kabupaten Magelang hadir di acara ini, Hibatun Wafiroh, Abdul Malik IM, Sukur Akhadi, dan Misbah. Juga hadir Ketua DPC PKB Kota Magelang Salafuddin SE dan mantan Ketua Dewan Syuro-nya, Saeful Anam akrab disapa Gus Anam. Sejumlah caleg yang diunggulkan DPC Kota Magelang ikut menjadi peserta, antara lain Sumaryoto, Eva Kistinawati SH, Slamet Sunarti SH, Teguh SE, dan Eni Lestari.

Setelah acara pembukaan, kegiatan Dik Kapan PKB digelar di ruang khusus di kompleks pesantren itu. Dengan pola seperti belajar di kelas dan kursi melingkar, para peserta memperoleh materi Empat Pilar Berbangsa dan bernegara (oleh Abdul Kadir Karding), Kontribusi NU terhadap Eksistensi NKRI (oleh Eman hermawan), Politik Kebangsaan dan Mabda' Siyasi PKB (oleh Suwondo Yudhistiro), serta Gerakan Garda Pancasila dan ke-PKB-an (oleh Kholilul Rohman Ahmad).

Acara ditutup secara resmi oleh Ketua DPC Muhamad Achadi didampingi Sekretaris DPC Muhammad Adib dan doa bersama dipimpin oleh Gus Mudrik.

||Laporan: NASIRUDDIN, SAEFUDIN OMPONG
||Editor: KHOLILUL ROHMAN AHMAD
||Foto: ANDI NUGROHO WAHYU/DPC PKB Kab Magelang

Proses Politik Rusak NU-PKB Harus Membenahi

Kota Mungkid, laskarjagad.blogspot.com || Sebagai warga NU sekarang sudah saatnya menunjukkan ke-NU-an kita secara mantap. Di tengah proses politik yang begitu rusak dan rumit belakangan ini, menurut publik, mari kita tegakkan nilai-nilai Pancasila agar ke-NU-an kita lebih bermakna di Indonesia.

Demikian salah satu kesimpulan sambutan Sekretaris Fraksi PKB MPR RI, Abdul Kadir Karding, dalam Dik Kapan PKB di Magelang, 30/3/2013.

"Program Dik Kapan PKB ini diselenggarakan Fraksi PKB MPR kerjasama DPP PKB agar Empat Pilar menjadi bagian yang utuh dalam pemahaman kebangsaan-kenegaraan oleh masyarakat Indonesia. Kita sebagai kader Pancasila punya tanggung jawab itu," kata mantan Ketua DPW PKB Jawa Tengah ini.

Menurutnya, setelah Indonesia mereformasi diri, ternyata masih banyak "orang kurang Pancasilais" dan "belum memahami UUD 1945", maka MPR menyusun program dengan salah satu tugas utamanya mensosialisasikan Empat Pilar. Agar masyarakat Indonesia lebih memahami dasar-dasar negaranya.

"Untuk itulah, kemungkinan ke depan akan ada Undang-Undang yang mengatur produk-produk kita tidak boleh diinternasionalkan. Itu liberalisasi. Agar rakyat lebih terlindungi," katanya.

Karding juga mengingatkan agar kader PKB wajib hafal sila-sila dalam Pancasila. "Apalagi saat mau 'nyaleg', kalau nanti ditanya tidak tahu, ya jangan sampai itu," pesannya.

Karding juga mengatakan, PKB di Magelang harus besar meski banyak perbedaan di PKB. Sebab PKB merupakan salah satu harapan warga NU. Banyak hal dari NU titipkan ke PKB tapi apa daya saat PKB kecil seperti sekarang.

Lebih lanjut ia mengatakan, agar cita-cita NU bisa tercapai, maka kuncinya PKB harus besar. Memang banyak orang parpol lain klaim NU ada di mana-mana. Faktanya mereka juga NU. Akan tetapi di mana mereka saat NU membutuhkan?

"Coba bayangkan dulu kita punya 52 DPR di Senayan. Cukup gagah. Sekarang hanya 28,  jadinya kita ini kalau jalan "mlipir-mlipir", tidak berani ke tengah. Karena sadar kita kecil," katanya.

Di ujung sambutan Karding berharap PKB di kabupaten Magelang bisa meraih 12 kursi DPRD dari 6, sementara untuk Kota bisa menggaet  4 kursi DPRD-nya dalam pemilu 2014 mendatang.

"Kuncinya harus banyak komunikasi dengan masyarakat dan tokoh-tokohnya. Juga jangan lupa bekerja efektif, efisien, dan kerja cerdas. Tidak bisa lagi kita hanya asal kumpul-kumpul," pungkasnya.

Setelah acara pembukaan, kegiatan Dik Kapan PKB digelar di ruang khusus di kompleks pesantren itu. Dengan pola seperti belajar di kelas dan kursi melingkar, para peserta memperoleh materi Empat Pilar Berbangsa dan bernegara (oleh Abdul Kadir Karding), Kontribusi NU terhadap Eksistensi NKRI (oleh Eman Hermawan), Politik Kebangsaan Mabda' Siyasi (oleh Suwondo Yudhistiro), serta Gerakan Garda Pancasila dan Pemberdayaan Rakyat (oleh Kholilul Rohman Ahmad).

Acara ditutup secara resmi oleh Ketua DPC Muhamad Achadi didampingi Sekretaris DPC Muhammad Adib dan doa bersama dipimpin oleh Gus Mudrik.


||Laporan: NASIRUDDIN, SAEFUDIN OMPONG
||Editor: KHOLILUL ROHMAN AHMAD
||Foto: ANDI NUGROHO WAHYU/DPC PKB KAB MAGELANG

Ayo daftar Jadi Jutawan