Kamis, 29 November 2018

Di Bondowoso, Nasim Khan Berpesan tentang Sholawat Nariyah Kunci NKRI

Botolinggo-Bondowoso – Memasuki musim penghujan di bulan November ini, Anggota MPR Ir H M Nasim Khan melaksanakan sosialisasi Pancasila bersama Tokoh Masyarakat di Bottolinggo dalam rangka Sosialisasi MPR dan PBNU, 17/11). Acara digagas oleh Lembaga Masyarakat Madani bekerjasama LSM NKI yg bernaung di bawah asuhan Bang Nasim dan para masayikh. Acara diikuti puluhan peserta dari wilayah Bondowoso, Situbondo dan Bondowoso. 

Pada kesempatan sore itu di hadapan jamaah sholawat nariyah di Pondok Pesantren Botolinggo, Situbondo, Bang Nasim mengajak para peserta untuk terus menggelorakan Pancasila dan shalawat nariyah. Menurutnya, kedua "pilar" tersebut merupakan sambungan spiritual bagi tegaknya NKRI, negara kesatuan Republik Indonesia. 

SHALAWAT NARIYAH DAN PANCASILA - Anggota MPR RI Ir H M Nasim Khan Dapil Jawa Timur III (Banyuwangi Situbondo Bondowoso) menyampaikan pokok-pokok pikiran tentang Shalawat Nariyah, Pancasila, dan NKRI di Botolinggo, Bondowoso. Acara dihadiri puluhan jamaah shalawat nariyah dari berbagai daerah di Bondowoso, Jawa Timur. (foto: istimewa).



"Kemarin saat di Situbondo pesan ini saya dengar dari beliau (Kiai Cholil As'ad, red.). Bahwa kita diminta agar `shalawat nariyah` terus diucapkan dan diperkenalkan masyarakat. Kita sebagai santri `ngereng` beliau. Karena dengan wasilah shalawat nariyah keberadaan Pancasila dan NKRI akan tetap lestari di bumi Indonesia," Kata Bang Nasim. 

Pada kesempatan tersebut acara dihadiri terdiri dari berbagai elemen masyarakat dari beberapa kecamatan di Bondowoso, dalam rangka memasyarakatkan Pancasila di lingkungan masyarakat pada umumnya. Anggota MPR Ir H M Nasim Khan bersama narasumber pendamping dari Bondowoso, Aurangzeb Khan, SE., menyampaikan materi nilai-nilai Pancasila dalam acara Sosialisasi MPR tersebut.

Dalam kesempatan itu, Bang Nasim juga menyampaikan pesan kepada para jamaah shalawat nariyah di Banyuwangi Situbondo terus bergerak bersama shalawat nariyah ke masyarakat sebagai upaya meningkatkan jangkauan Pancasila ke pelosok-pelosok desa. 

”Kita berjamaan dan terus bersilaturrahim ini sebuah wadah ruang kerjasama Pancasila kepada para warga masyarakat di Bondowoso," kata Bang Nasim. Ia berharap kepada peserta semoga acara menjadi ruang konsolidasi dan memasyarakatkan Pancasila di Bondowoso dan sekitarnya.

"Salah satu bentuk nilai-nilai Pancasila dan Aswaja adalah terwujudnya ulama NU sebagai motor perjuangan kemerdekaan Indonesia hingga terbentuknya NKRI," ujarnya.

Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia merupakan pilar utama daripada tiga pilar lainnya sehingga menjadi final eksistensinya serta tidak perlu diperdebatkan lagi.

“Pancasila bagi NU sudah final. Harga Mati. Sudah tidak ada persoalan. Persoalannya bagaimana kita melakukan aktualisasi dan kontekstualisasi nilai-nilai Pancasila menurut keadaan zamannya,” katanya.

Menurutnya, di jaman Orde Baru ada Eka Prasetya Panca Karsa atau P4 yang dianggap terjemahan tunggal oleh pemerintah yang bersifat mutlak alias tidak bisa dibantah. Katanya, rezim Orba tidak memperbolehkan muncul terjemahan Pancasila dari masyarakat.

“Nah, masa sekarang tafsir tunggal itu dihilangkan. Tapi tentu namanya menerjemahkan tidak boleh keluar dari teks Pancasila itu,” katanya.

Sementara itu, saat menjelaskan materi Bhinneka Tungga Ika, ia menyatakan bahwa pluralisme atau warna-warni keyakinan yang ikut membentuk negara Indonesia harus dihayati oleh semua masyarakat. Sebab Indonesia dibentuk oleh banyak suku agama dan golongan, bukan oleh sekelompok tertentu saja.


Bang Nasim juga berpesan agar kader PKB jangan hanya menjadi penonton di depan kebijakan publik yang hanya dikuasai orang lain. Jangan sampai para kiai hanya menonton saja, lalu saat ada kerusakan diminta ikut memperbaiki. Saat bagus dan lurus disuruh kembali ke pesantren. Ia menyatakan, kiai harus ikut ambil bagian menentukan kebijakan publik, maka dari itu PKB harus menang lalu menempatkan wakilnya di parlemen. Sebab menentukan kebijakan publik untuk mengajak berbuat kebajikan termasuk ibadah.

 “Ini juga sejalan sebagai ibadah dengan para ulama dan masyayikh yang mengajar di pesantren, yakni sama-sama beribadah dan Pancasila,” katanya.

Jadi dengan ini sudah tidak relevan pernyataan Pancasila itu kafir, atau Pancasila itu bukan Islam. Karena Pancasila dan NKRI adalah bagian dari PBNU,” katanya menutup presentasi materi Empat Pilar alias PBNU, yakni P=Pancasila, B=Bhinneka Tunggal Ika, N=NKRI, dan U=UUD Tahun 1945. 

Dalam kesempatan tersebut Bang Nasim membagikan buku-buku pedoman berpancasila dan ber-NKRI yg diterbitkan Lembaga Pengkajian Pancasila, Jakarta. Buku Dibagikan dengan tujuan agar warga masyarakat dapat membaca dan mempelajarinya. (kra)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayo daftar Jadi Jutawan