Kabat, Banyuwangi - Sosialisasi Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara MPR
bertajuk "Gerakan Rakyat Membela Pancasila" bersama anggota DPR MPR
RI Fraksi PKB, Ir H M Nasim Khan. Di Ponpes Kabat, Banyuwangi. Acara digelar
dengan latar belakang bahwa rakyat membutuhkan teladan para pemimpin dalam
mengamalkan Pancasila sehari hari.
Menurut wakil rakyat dapil Jawa Timur III ini, Pancasila lahir sejak
kemerdekaan Indonesia. Namun karena tantangan zaman selalu berubah, sehingga
menjadi kebutuhan kita kaum santri ikut berperan mewujudkan Pancasila yang
kontekstual di masyarakat.
"Para kiai, ustadz, dan alim ulama dibutuhkan berperan di
sini," pesan Bang NK, panggilan akrabnya.
Dikatakan, para guru ngaji di langgar yang setiap habis maghrib
mengajar anak anak santri membaca Al Qur'an adalah media strategis
mensosialisasikan Pancasila. Pada anak anak itu harapan Pancasila semakin kuat
dan tangguh untuk bangsa ini kita sandarkan.
"Kita yang tua tua ini hanya bisa mengarahkan. Anak-anak lah yang
lebih panjang harapan untuk bangsa ini," katanya.
Gerakan sosial membumikan Pancasila lebih manjur model demikian,
katanya, karena guru ngaji mempunyai sifat ketulusan dan keikhlasan dalam
mendidik generasi muda kita. Mereka sudah teruji dan terbukti dalam mendampingi
anak anak dari tidak bisa membaca sampai bisa memahami Al Qur an.
"Inilah konteks gerakan memelihara Pancasila untuk Indonesia yang
lebih baik sesuai zaman dan tantangan tantangan nya," katanya dalam
sambutan pembukaan.
Acara sos MPR dihadiri para ulama, ustadz, dan guru ngaji. Ikut hadir
narasumber KH Ahmad, pengasuh Pondok pesantren di tengah acara sosialisasi MPR
dan Pendidikan Pancasila bersama para santri dan masayikh tersebut. Manurut Bang
Nasim, , para peserta diajak menelusuri materi nilai-nilai Pancasila, Bhinneka
Tunggal Ika, NKRI, UUD NRI 1945 (PBNU) dan Islam ala Ahlussunah Wal Jamaah.
Aktivis Garda Bangsa Banyuwangi, Dedy Darmanto, menyatakan, fokus
pendidikan Pancasila di Banyuwangi diprioritaskan bagi guru ngaji tersebut
sebagai upaya mempermudah jalur pendidikan Pancasila di kalangan santri-santri.
Sebab nilai-nilai Pancasila bisa mudah memasyarakat melalui jalur pondok
pesantren di mana para santri mempunyai peran menentukan perkembangan Pancasila
di masyarakat.
Sementara itu, saat menjelaskan materi Bhinneka Tungga Ika, ia
menyatakan bahwa pluralisme atau warna-warni keyakinan yang ikut membentuk
negara Indonesia harus dihayati oleh semua masyarakat. Sebab Indonesia dibentuk
oleh banyak suku agama dan golongan, bukan oleh sekelompok tertentu saja.
Bang Nasim juga berpesan agar
kader PKB dan para santri jangan hanya menjadi penonton di depan kebijakan
publik yang hanya dikuasai orang lain. Jangan sampai para kiai hanya menonton
saja, lalu saat ada kerusakan diminta ikut memperbaiki. Saat bagus dan lurus
disuruh kembali ke pesantren. Ia menyatakan, kiai harus ikut ambil bagian
menentukan kebijakan publik, maka dari itu PKB harus menang lalu menempatkan
wakilnya di parlemen. Sebab menentukan kebijakan publik untuk mengajak berbuat
kebajikan termasuk ibadah.
“Ini juga sejalan sebagai ibadah
dengan para ulama dan masyayikh yang mengajar di pesantren, yakni sama-sama
beribadah dan Pancasila,” katanya.
“Jadi dengan ini sudah tidak relevan pernyataan Pancasila itu kafir,
atau Pancasila itu bukan Islam. Karena Pancasila dan NKRI adalah bagian dari
PBNU,” katanya menutup presentasi materi Empat Pilar alias PBNU, yakni
P=Pancasila, B=Bhinneka Tunggal Ika, N=NKRI, dan U=UUD Tahun 1945.
Dalam kesempatan tersebut Bang Nasim membagikan buku-buku pedoman
berpancasila dan ber-NKRI yg diterbitkan Lembaga Pengkajian Pancasila, Jakarta.
Buku Dibagikan dengan tujuan agar warga masyarakat dapat membaca dan
mempelajarinya. (kra)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar