Minggu, 20 Maret 2016

PKP Bondowoso Ditutup, Negara bukan Gerobag Bakso


 
DOA PENUTUP PKP PKB DI BONDOWOSO -- Anggota DPR MPR Ir M Nasim Khan, tenaga ahli anggota DPR Aurangzeb dan Zubaidi Habibullah, instruktur Muh Arwani, Instruktur Ahmad Fais, serta seluruh panitia pendukung acara PKP memanjatkan doa tanda acara telah selesai.


Jawa Timur-Bondowoso, - Ketua Bidang Kaderisasi DPC PKB Bondowoso Ali Mansur resmi menutup kegiatan PKP di Ponpes Nuruth-Thalabah, Bunder, Pancuran, Bondowoso, kemarin. Acara penutupan diwarnai aksi peserta PKP mencium tiga bendera: merah putih, Nahdlatul Ulama, dan PKB.

Diiringi nyanyian syair-syair `ilahilastu lil firdausi ahla` karya pujangga humoris jaman khalifah Harun Al-Rasyid di Baghdad (806-814 M), Abu Nuwas. Ikut hadir menyaksikan, Anggota DPR MPR Ir M Nasim Khan, tenaga ahli anggota DPR Aurangzeb dan Zubaidi Habibullah, instruktur Muh Arwani, Instruktur Ahmad Fais, serta seluruh panitia pendukung acara.

“Mencium bendera adalah simbol cinta tanah air dan cita-citanya,” kata Ahmad Fais.

PKP diselenggarakan DPC PKB Bondowoso sebagai ajang pelatihan dan pendidikan untuk memperkuat kader di basis konstituen. Bertujuan menyambungkan terus-menerus ikatan silaturahim PKB dan rakyat, khususnya warga nahdliyin.

“Tidak bisa kita kesampingkan fakta warga NU adalah kekuatan PKB. Di sini kita harus memperkuat dengan ideologi,” kata Arwani.

Negara bukan Gerobag Bakso

PKP atau Pendidikan Kader Pertama diselenggarakan PKB sebagai tindak lanjut atas keprihatinan fenomena “deparpolisasi” yang digulirkan sekelompok orang yang ingin mendegradasi eksistensi partai politik di Indonesia. Kelompok ini ingin Indonesia dikelola seperti mengelola gerobag warung bakso.

“PKB ini, kan, partai politik. PKB ingin Indonesia semakin kuat. Bermartabat sebagai bangsa dan negara. Tetap eksis di dunia. Deparpolisasi itu kan gerakan yang cita-citanya agar negara bisa diatur seperti gerobag bakso,” tutur Arwani.

Arwani mensinyalir, dewasa ini Indonesia menjadi incaran para pedagang-pedagang tingkat dunia karena banyak penduduknya dan sumberdaya alamnya. Mereka, katanya, ingin menjajakan ke mana-mana dengan tujuan mencari keuntungan semata. Agar tujuannya tercapai, partai politik dimandulkan terlebih dahulu.

“PKB harus membendung gerakan deparpolisasi itu. Dengan PKP ini kita ingin parpol jadi penyangga keutuhan NKRI dan cita-citanya,” pungkasnya.

PKP di Pesantren
Pelaksanaan PKP di pesantren dimaksudkan untuk mendekatkan cita-cita PKB dalam mewujudkan cita-cita pendiri bangsa agar keutuhan negara tetap terjaga sebab pesantren dalam sejarah menjadi penopang utama NKRI (Negara Kesatuan republik Indonesia).

Di Bondowoso, PKP dilaksanakan di Pesantren Bunder, asuhan KH Asy’ari Fasya. Selain karena mempunyai tempat pelaksanaan yang cukup representatif, pengasuhnya dikenal gigih berjuang mengelola pesantren untuk meningkatkan taraf pendidikan bagi putra-putri Bondowoso.
“Pesantren itu simbol penjaga NKRI,” kata Arwani.

(Teks dan foto: Kholilul Rohman Ahmad)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayo daftar Jadi Jutawan