Minggu, 24 Mei 2015

Indonesia Harus Jadi Pelopor Mengatasi Pengungsi Rohingya


DISKUSI #SAVEROHINGYA DPP PKB. H Syaiful Bahri Anshori (Fraksi PKB Komisi I DPR) dan Andi Rochmyanto (Kemenlu RI). Foto: Alie Media DPP PKB
 

SYAIFUL BAHRI ANSHORI:


Persoalan Rohingya ini adalah persoalan kemanusiaan berupa tragedi. Ya tragedi kemanusiaan. Mereka berjumlah ribuan orang tidak punya tanah air, tidak punya negara, tidak punya tempat tinggal, terapung di tengah laut dengan peralatan seadanya.


Sehingga ini jadi tanggungjawab kita bersama. Jika tidak ditangani bersama-sama, saya yakin mereka akan jadi mangsa ikan di laut karena jadi mangsa ikan. Saya kira ini adalah tragedi yang sangat besar, sekitar 200 ribu orang mereka tidak punya negara.


Sebagai Anggota Komisi I DPR, saya sering mengusulkan kepada pemerintah agar segera menangani pengungsi Rohingya ini. Persoalan ini sudah lama muncul. Namun sayangnya kita belum meratifikasi konvensi itu. Termasuk mengapa pemerintah sering mengeluhkan soal dana kemanusiaan untuk pengungsi, saya kira karena kita belum meratifikasi.


Saya sering mengusulkan kepada pemerintah agar persoalan pengungsi jangan jadi persoalan rumit. Memang salah satunya karena kita belum meratifikasi Konvensi PBB tentang pengungsi. meskipun begitu, karena ini menyangkut kemanusiaan, saya kira pemerintah hatus banyak akal, apalagi pemerintah juga punya banyak mitra utk bisa membantu mengatasinya. Bila perlu harus melibatkan pihak ketiga, ya lakukanlah sepanjang bisa mengatasi sisi kemanusiaannya.


Misalnya, kita punya banyak pengusaha kaya dan ormas ormas besar seperti nu dan muhammadiyah yang telah merespons dengan baik soal Rohingya ini. Bahkan PBNU telah menyediakan pesantren-pesantren di lingkungan NU dan siap menampung mereka. di NU ada sekitar 40 ribu pesantren. Jika satu pesantren menampung satu, jumlahnya sudah sangat signifikan. muhammadiyah juga punya banyak perguruan tinggi. Saya kira itu bisa kita atasi secara bersama.


Kedua, Indonesia ini negara besar di Asean. Sudah saatnya Indonesia menggalang kekuatan asean untuk berbicara di tingkat internasional tentang Rohingya ini. Jika selama ini HAM internasional untuk soal perang di Timur tengah selalu vocal, tetapi mengapa utk soal Rohingya ini kita malah diam saja. Saya kira Asean harus bergerak untuk menarik mereka agar terlibat dalam penanganan kasus ini.


Dana-dana PBB saya kira banyak untuk menangani pengungsi. Mengapa pengungsi Rohingya tidak ditangani. Indonesia layak menjadi trigger bergerak bersama Asean utk mengatasi Rohingya ini. Saya ingat ketika pada kasus tertentu mereka kompak mengatasi imigram secara kompak. Mengapa mereka bergerak?  


Ketiga, saya kira harus ada roadmap bagi kepentingan luar negeri ini. Kalo kita harus menampung semua Rohingya ya itu tidak mungkin. harus ada tahapan-tahapannya, Entah bulan atau tahun, sumberdaya apa yg harus dipersiapkan untuk Rohingya ini. Sebab persoalan Rohingya ini bukan semata soal trafficking (perdagangan manusia). Saya tadi mendengar, karena ada unsure trafficking membuat Menlu sikapnya agak melunak. Saya kira persoalannya bukan hanya trafficking.


Saya kira bukan itu. Mereka menjadi pengungsi ini secara sistematis. Ada sejarah Rohingya menyatakan mereka dilarang oleh undang-undang, konflik antar agama, sampai pembantaian etnis. Ini tentu karena ada unsure sistematis yang dilakukan oleh kelompok tertentu terhadap Rohingya.


Oleh sebab itu, karena mereka juga mempunyai persoalan di Negara asalnya, maka butuh kita ikut menyelesaikan bersama-sama. Benar bahwa itu persoalan internal negaranya. Tapi ini sudah di luar norma kemanusiaan.


Saya sepakat dengan usulan menghadirkan PBB ke Myanmar untuk menekan Negara. Agar mencabut undang-undang yang melarangnya. Ini berbahaya. Oleh sebab itu, saya sepakat untuk menghadirkan Negara-negara dan menekan Myanmar melakukan pencabutan undang-undang itu. Agar persoalan Myanmar tertangani dengan baik. Bahwa sejak 2007 sudah terjadi peristiwa keji terhadap Rohingya, apakah dunia sudah melangkah dengan sikap yang layak? Sehingga Rohingya tertangani dengan baik dan layak?


Bagi saya, jika waktu itu sudah tertangani dengan baik dan layak, tidak mungkin muncul tragedy sekarang ini. Karena setelah kita teliti, Rohingya ini ingin mencari penghidupan yg layak, yaitu ke Australia dan New Zealand. Ini artinya mereka di sana tidak diperlakukan dengan layak, terlebih dicampuri Bangladesh karena Islam madzhab-nya berbeda. Makanya mereka sangat senang sekali bisa ditampung di Malaysia dan bisa diterima bekerja. Kalo di Indonesia susah, karena banyak berbeda.
 

Sehingga, dengan begitu pelik dan banyak persoalan yang melingkupi Rohingya, harus ada roadmap agar tertangani dengan baik dan bisa diterima kembali ke negaranya. Bayangkan, di jaman modern ini masih saja ada etnis yang tidak mempunyai Negara. Betapa ngerinya. Kalo air mereka punya, tapi air laut. Bepergian tanpa tujuan dengan sarana yang sangat terbatas. Tidak masuk akal mereka akan bisa hidup lama. Makan saja susah. Minum saja minum airnya sendiri.


Makanya harus kita tangani bersama-sama. Dengan dipelopori Indonesia kita bangsa-bangsa ASEAN untuk menampung mereka. Selain itu juga kita perlu mengakses dana-dana untuk pengungsi, seperti OKI dan dana internasional. Selain tentunya juga UNHCR. Ini perlu juga akses dana Amerika. Namun mengapa Rohingya tidak masuk dalam agenda mereka? Padahal ini masih terus berlangsung ketidakadilan politik internasional, terutama di wilayah ASEAN.


Terakhir, saya mengusulkan harus ada tim investigasi independen untuk meneliti di negara asal Rohingya itu, ada apa yang sesungguhnya terjadi. Setelah pembakaran rumah warga Rohingya, belum ada data yang lengkap: ada apa di sana yang sesungguhnya terjadi atas Rohingya di Myanmar yang tertutup itu? Ini perlu membutuhkan tanggungjawab Indonesia sebagai bangsa besar agar bisa bergerak lebih cepat untuk menyelesaikan kemanusiaan ini. Saya kira itu, terima kasih atas perhatiannya. Wassalam.
 
 
 

DISKUSI PUBLIK #SAVEROHINGYA --  Jumat, 22 Mei 2015, Aula DPP PKB, Jl Raden Saleh, Jakarta. DPP PKB mengelar Diskusi Publik #SaveRohingya bertajuk  "Momentum Indonesia Menegakkan Kemanusiaan Global" di Kantor DPP PKB, Jakarta, 22/05/2015. Hadir sebagai narasumber, yaitu KH Masdar Farid Mas’udi (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama), Andi Rachmyanto (Kementerian Luar Negeri RI), H Syaiful Bahri Anshori (Komisi I DPR Fraksi PKB), dan H Nur Munir (moderator). Acara dibuka oleh H Andi Muawiyah Ramli (Dewan Syura DPP PKB).

 

[Kholilul Rohman Ahmad]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayo daftar Jadi Jutawan