Selasa, 02 Februari 2016

Kang Takur, Henpon Androit, dan Mukernas PKB

Holopis Kuntul Baris. Mukernas PKB 2016, JCC, Jakarta, 5-6 Februari 2016

JAMAN SUDAH BERUBAH menjadi modern ditandai banyak orang pegang handphone Androit. Namun begitu, Kang Takur masih setia menggunakan bakiak kayu sonokeling sebagai pelapis kulit kaki agar tidak kepanasan saat menapaki jalan aspal hotmik di siang bolong.

Sarung kotak-kotak selalu membelit badan bagian bawah. Sedangkan badan bagian atas ia lapisi baju putih lengan panjang. Di kepala seringkali kopiah kain warna krem coklat muda menempel menutupi sebagian rambut hitamnya.

Siang menjelang duhur itu Kang Takur berjalan ke langgar di Dusun Mentaok, kawasan permukiman para petani kopi di ujung Desa Selorejo. Jam masih menunjuk angka 11.00, sebentar lagi waktu dhuhur tiba. Kang Takur ke langgar untuk berjamaah duhur sekaligus beradzan saat nanti waktu dhuhur tiba.

Masih sekitar 30 menitan lagi dhuhur tiba, di serambi langgar Kang Takur duduk di tangga depan. Sambil melepas kopiahnya, ia mengusap-usap rambutnya yang masih basah. Sekelebatan lewatlah Kang Hasan menyapa Kang Takur sambil menyodorkan handphone yang sudah menyala layarnya.

“Kang Takur, tolong bacakan SMS di henpon ini,” pinta Kang Hasan sambil memperlihatkan layarnya.

“Ada apa kang? Ada yang aneh dengan hape sampean, ya?” jawab kang Takur.

“Bukan. Ini di hape saya kok ada pesan masuk banyak sekali. Panjang gitu. Biasanya hanya SMS pendek. Ini kok panjang banget. Cepat lelah kalo baca panjang. Kacamata saya kesingsal (lupa menaruh di mana, Red.),” katanya.

“Ouhhh, itu mungkin pesan penting, ya?”

“Ah, mosok. Panjang pendek pesan itu tidak selalu penting. Penting itu ya tergantung selera, to?”

“Ya ya ya. Sini saya bacakan. Dengarkan baik-baik ya?”

Begini bunyi pesan buat Kang Hasan yang dibacakan Kang Takur:

Selamat siang. Sambil menikmati santap siang yang sedang Anda nikmati, entah soto, bakso, nasi rames, gule, tongseng, atau tahu kupat, perkenan saya menyampaikan sekelumit nilai #MukernasPKB yang akan digelar, besok Jumat (5/2). 

Hal ini saya rasa penting dan perlu didedahkan agar publik konstituen dan masyarakat umum bisa memaknai konteks #MukernasPKB. Meskipun secara sadar penjelasan ini belum tentu menjelaskan secara utuh dan komprehensif. Semacam sekilas pandang sebagai kader dan penggembira, maka perkenankanlah artikel pendek ini dihadirkan.

Momentum Musyawarah Kerja Nasional Partai Kebangkitan Bangsa (Mukernas PKB) digelar tahun ini bertujuan agar kebersamaan guyup dan rukun selalu melekat dalam perjuangan PKB. Tema “Holopis Kuntul Baris: Menangkan Rakyat dalam Persaingan Global” menjadi judul dari harapan itu.

PKB sebagai salah satu kekuatan bangsa Indonesia yang semakin diperhitungkan dalam kancah politik nasional, basis politik PKB yang mayoritas santri menghendaki keterlibatan PKB bukan sekedar pengesah pemerintahan yang ada. 

Lebih dari itu keinginan agar selalu terlibat aktif mengelola pemerintahan adalah harapan yang terus tumbuh dalam ruang batin para penggerak PKB.
Sejak jalan Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), PKB telah membuktikan bagaimana keterlibatan mengelola pemerintahan itu dengan teguh dan loyal. 

Buktinya, loyalitas ditunjukkan dengan sikap bukan sekedar penopang kekuatan politik rezim SBY, namun ikut mengurusi detail-detail persoalan kerakyatan yang diselesaikan secara tuntas tanpa masalah.

Nah, momentum #MukernasPKB tahun 2016 ini kembali ditegaskan PKB sebagai bagian dari pemerintahan Presiden Joko Widodo yang teguh dan loyal. Sikap teguh dan loyal menjadi sifat PKB karena sadar problem kerakyatan bangsa Indonesia membutuhkan penyelesaian dengan kekuatan politik  yang prima.

Bagaimana agar loyalitas PKB terhadap pemerintahan ini bisa berjalan langgeng? Kuncinya ada pada kerukunan dan kebesamaan semua komponen di tubuh PKB dalam memaknai rahmatan lil ‘alamin agar jalur-jalur masalah bisa ditembus PKB kemudian menjadi maslahah (kesejahteraan). 

Di sinilah berkah PKB harus tumbuh sejalan pemerintahan Presiden Joko Widodo.

“Sudah. Pesannya begitu, Kang. Panjang dan melegakan, to?”

“Oalah, MukernasPKB begitu, to? Saya kira pesan apa. Berarti PKB itu memang penting untuk Indonesia ini, ya?”

“Ya jelas. Sejak Gus Dur mendeklarasikan PKB sudah diterawang bahwa betapa penting kaum santri mengarungi dunia politik. Biar tidak dipolitiki terus. Jadi santri itu harus melek politik, bukan hanya melek henpon Androit saja.”

“Hehehe… ya iya lah, Kang.”

“Sudah. Sini hapenya.” Lalu Kang Takur menyerahkan hape ke Kang Hasan.

“Eh, Kang. Mbok saya pinjam hape buat dengarkan kaset lagu-lagu shalawat Habib Syeh?”.

“Halah, Kang, Kang. Jaman sekarang kok pinjam hape. Wis ora usum. Mending beli sendiri.”

“Ada yang murah? Ada yang bisa kredit?"

“Ada. Tuh, di Konter HP Mas Sandi melayani kredit henpon.”

“Wah, tenane? Bisa kredit sepuluh ribu sebulan?

“Ya ada. Dari yang murah sampai yang mahal. Tapi kalo kredit sepuluh ribu per bulan ya ngangsurnya selama lima tahun.”

Setelah jamaah dhuhur, Kang Takur langsung jalan kaki ke Konter HP Mas Sandi. Mencari info kredit handphone Rp10.000 per bulan.

(Kholilul Rohman Ahmad)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayo daftar Jadi Jutawan