Selasa, 23 Februari 2016

Batik Hijau Nasim Khan

M NASIM KHAN, Anggota DPR RI Fraksi PKB Dapil Jawa Timur III (Situbondo, Banyuwangi, Bondowoso). 


--Ini kisah perjalananku hari ini. Alhamdulillah, rasa bahagia hadir karena semua agenda berjalan lancar. Meski begitu, kelancarannya tidak seperti lancarnya Tol Dalam Kota di sore hari: lancar merayap, Bro! Buktinya Dik Ical tadi ketemu di lift bilang: “Ini wajah Kang Maman kelihatannya kok kurang bahagia?” Ah, itu perasaanmu saja, Cal. Batinku.

Kisah ini kuawali dengan fans page Mario Teguh di Facebook sudah tembus angka 18.126.362 like. Sementara Batik Indonesia baru mencapai 4.381.603 like. Padahal jika dihitung dari angka penjualan baju #batik sejak lahir #Facebook, diduga telah mencapai angka 40 juta potong lebih. Belum hitungan penjualan #sarung batik, celana batik, jilbab batik, #blangkon batik, hingga sempak batik. He hoo…

Akan tetapi mengapa fans page Batik Indonesia like-nya tidak ada separonya fans page Mario Teguh? Hmmmm..... Saya sudah mencoba berpikir keras mencari jawabnya. Namun sayang terbentur kuatir akibat keras memikirkannya justru berbuntut runtuh rasa bahagia di petang ini. 

Saat kupahat artikel ini ditemani suara Raisa melengking lembut di speaker aktif di kanan kiri laptop. Kutengok Raisa "Terjebak Nostalgia" di Youtube telah mencapai view 5.864.077. Bukan angka istimewa dibandingkan Zaskia Gotik “Tarik Selimut” dengan angka view 8.320.456. Eit, eit, nanti dulu. Raisa dengan “Jatuh Hati”-nya nyaris menyodok Zaskia dengan angka 7.887.525 view.

Lalu apa makna angka-angka view itu? Saya belum bisa membongkar rahasia di balik angka petang ini. Sebab ada unsur rumit dalam upaya membongkarnya sehingga perlu waktu cukup. Kalo cuma bongkar ala otak-atik gathuk, ya gampang lah.

Tapi baiklah. Ini sekelumit uraian terhadap angka-angka itu. Ada baiknya kita perlu dicoba utak-atik agar tidak menjadi seperti bisul nongkrong di bokong tapi ngilunya di ujung selangkangan (mlanjer, Jawa).

Jadi angka Mario, Batik, Raisa, dan Zaskia mampu bergulir pasti menanjak akibat perkomplotan antar kebudayaan, ekonomi, sosial, dan politik. Uniknya komplotan itu bermuara pada 'suka' atau 'like'. Anehnya, mereka yg klik `suka` atau klik `like` itu apakah beneran suka atau beneran like? 

Fakta membuktikan, jempol reflek klik suka karena akun Mario, Batik, Raisa, dan Zaskia lebih sering nongol di time line (TL) paling atas. Mengapa mereka mudah muncul di TL? Jawabnya tidak cukup satu matakuliah, Cung.

Jika itu ditarik garis lurus pada cermin Michael Laffan dalam Sejarah Islam di Nusantara (Bentang, 2015), kira-kira, seperti sejarah Islam yang telah berada di Nusantara dalam waktu relatif lama, semata bertahan karena berkomplot dengan budaya dan kawan-kawannya: ya ekonomi, politik, sosial. Padahal Islam bukan dari Indonesia. Mengapa justru mudah menggelembungkan pemeluknya di sini? Jawabnya tidak cukup satu matakuliah, Le.

Kira-kira begitu. Lantas, apakah angka view di Youtube itu bisa ditarik menjadi suara PKB pada pemilu mendatang? Duh. Pikiranmu mbok diajak piknik dulu, Su! Jangan terburu soal pemilu. Prosesnya harus dilalui dengan perhitungan, matang, dan lantang. Heho huhi hezzeee....

Batik Hijau Nasim Khan
Akhirnya, kisah ini wajib kuakhiri tentang baju batik hijau Bang Nasim. Bahwa siang tadi baru kutemukan bahagia lain saat bersalaman dengan Bang Nasim. Ya salamannya, sih, biasa. Tangan ketemu tangan lalu saling senyum. Itu saja, tidak lebih.

Hari ini ia pakai batik warna hijau. Tidak semua ijo warna di baju katun itu. Ntar dikira klambu keranda. Ya ada unsur abu-abu, kuning, putih, dan krem. Tampaknya baju batik ia pakai tidak seperti biasa. Mungkin karena ada agenda Rapat Paripurna DPR sehingga Bang Nasim sengaja pakai batik hijau.

Iya, M Nasim Khan, demikian nama lengkapnya. Hadir di Senayan, Jakarta (23/2) pakai batik hijau sebagai ungkapan tanggungjawab terhadap Daerah Pemilihan Jawa Timur III (Situbondo, Bondowoso, Banyuwangi). Mengapa hijau? Karena warna partai PKB-nya hijau. Tul gak?

“Kok, buru-buru pulang, Pak?”, tanyaku saat ia mau pulang sebelum maghrib. Tidak seperti biasanya.

“Ada konsinyering di Cikarang, Mas. Keburu kena macet,” jawab singkat lantas salam meninggalkanku sendiri di ruangan kerja. Salam bahagia.*


--kholilul rohman ahmad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayo daftar Jadi Jutawan