PERINGATAN: PILGUB JAWA TIMUR KAMIS KLIWON 29-AGUSTUS-2013 COBLOS NOMOR 4 KHOFIFAH-HERMAN
Sebagai bagian dari upaya memperjuangkan nilai-nilai Nahdlatul
Ulama melalui wilayah politik, berikut ini kami paparkan beberapa analisis yang
lebih mendalam terkait pentingnya Khofifah Indarparawansa menjadi Gubernur Jawa
Timur pada Pilgub tgl 29 Agustus 2013 mendatang. Beberapa percikan ini disadur
dari artikel Duhita Dundewi:
Salut untuk masyarakat Jawa Timur, atas penerimaannya
yang luar biasa terhadap Khofifah Indar Parawansa sebagai pemimpin perempuan.
Gegap gempita dukungan yang terus membesar terhadap dia hingga dua minggu
menjelang hari pemilihan gubernur dan wakil gubernur Jawa Timur (29 Agustus
2013) adalah pertanda mengemukanya kesadaran sejarah yang telah lama tertimbun
dalam mentalitas masyarakat Jatim. Masyarakat Jawa Timur dengan segala
keunikannya, telah menjunjung tinggi martabat perempuan pada kedudukan
tertinggi, jauh sebelum ajaran kesetaraan gender dipikirkan oleh orang-orang di
dunia barat.
Jawa Timur adalah rujukan penting dalam menemukan
asal-usul kesadaran sejarah bangsa Indonesia. Majapahit akan selalu terbaca
oleh siapa saja yang membuka kembali sejarah bangsa ini secara mendalam.
Mengabaikan Jawa Timur sama artinya dengan mengabaikan Indonesia. Dan
pengabaian ini dilakukan secara sengaja oleh persekongkolan kuasa dan media
massa di Jakarta.
Media massa, kini lebih sering dugunakan untuk menutupi,
daripada membuka kenyataan yang sebenarnya. Perhatikan berita-berita Jawa Timur
dalam sebulan terakhir. Betapa pemunculan pemimpin perempuan di Jawa Timur
tidak mendapat porsi yang memadai di pentas nasional.
Majapahit di Jawa Timur pernah menobatkan pemimpin
perempuan yang bijak bestari.
Dialah Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328-1350),
Bhre Kahuripan, yang dari rahimnya terlahir Hayam Wuruk, Raja Majapahit yang
terkenal itu. Penerimaan yang luar biasa seluruh masyarakat Jawa Timur terhadap
pemimpin perempuan pada masa itu terbayar oleh kelahiran anak yang kelak
menjadi Raja Besar Majapahit: Hayam Wuruk. Penerimaan Masyarakat Jawa Timur
sekarang terhadap Khofifah Indar Parawansa kelak bakal terbayar dengan
kebijakan pemerintahan yang jujur dan adil di Jawa Timur. Demikian sejarah
mengajarkan.
Tribhuwana Wijayatunggadewi memerintah Majapahit setelah
Jayanegara (1309-1328), Raja Majapahit sebelumnya, yang mati terbunuh oleh
tabib istana bernama Ra Tanca. Jayanegara adalah orang yang selama hidupnya
ketakutan akan kekuasaan Majapahit yang bakal jatuh ke tangan Tribhuwana. Dia
tidak pernah berhenti menghalang-halangi Tribhuwana, hingga berencana melarang
Tribhuwana menikah karena takut suaminya bakal menjadi saingannya. Jayanegara
tidak cakap dalam memerintah negeri.
Dia lebih banyak menimbulkan keresahan dan ketakutan di
tengah masyarakat. Dia lebih suka bersekongkol dengan kepentingan-kepentingan
yang menyenangkan dirinya daripada bertindak mengikuti keinginan rakyat yang
tidak banyak meminta. Jayanegara menemui ajal tanpa mengundang sesal dari
seluruh penghuni negeri. Pemerintahan Majapahit kembali ke jalan yang ajeg
adilnya ketika kekuasaan berada di tangan seorang perempuan: Tribhuwana
Wijayatunggadewi.
Lima tahun terakhir di Jawa Timur, tidak ubahnya seperti
masa ketika Jayanegara berkuasa di Majapahit. Ada persekongkolan modal, media,
dan kuasa di Jawa Timur yang telah membawa sengsara rakyat Jawa Timur (ingat
korban Lumpur Lapindo). Persekongkolan ini sudah mendekati ajalnya dengan bakal
naiknya seorang pemimpin perempuan yang bakal memimpin Jawa TImur. Ra Tanca
dalam pemilihan gubernur Jawa Timur sekarang adalah rakyat Jatim sendiri, yang
berkuasa sepenuhnya ‘mejatuhkan’ penguasa sekarang.
Penguasa Jatim sekarang, adalah mereka yang berhasil
menipu dan menang curang pada Pemilihan Gubernur-Wakil Gubernur Jawa Timur 2008,
yang telah menghabiskan miliran rupiah dengan cara yang licik untuk menjegal
munculnya pemimpin perempuan di Jawa Timur: KHOFIFAH INDAR PARAWANSA.
|| Semoga
menginspirasi rakyat Jatim dalam menentukan pemimpin sejatinya pada hari Kamis
Kliwon tanggal 29 Agustus 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar