Situbondo – Anggota MPR Ir HM NAsim Khan menyerukan kepada
santri-santri di Situbondo agar selalu dibumikan dalam kehidupan sehari-hari. Pasalnya
nilai-nilai Pancasila tidak ada yang bertentangan dengan ajaran Islam ala
ahlussunah wal jamaah.
“Pancasila harus jaya. Bersama PKB kita akan terus
membumikan Pancasila di Indonesia,” seru Bang Nasim, demikian panggilan akrab Anggota
MPR / DPR Dapil Jawa Timur 3, Situbondo Bondowoso Banyuwangi.
Di tengah para santri tersebut Bang Nasim berpesan bahwa
kehidupan jaman sekarang selalu diliputi oleh berita-berita yang sukar
dipertanggungjawabkan asal-usulnya. Bahwa kita hidup dengan info-info di sosmed
sudah tidak bisa dilepaskan, akan tetapi dengan nilai-nilai Pancasila kita akan
tetap aman dan terlindung dari bahaya informasi hoax.
“Kuncinya hanya pada pengamalan Pancasila, yakni menghargai sesama.
Jika ada info melecehkan orang lain sebaiknya kita tidak ikut-ikutan,”
pesannya.
”Pertemuan
ini sebuah wadah ruang silaturrahim Pancasila kepada para warga masyarakat di
Situbondo,” kata Bang Nasim. Ia berharap kepada peserta semoga acara menjadi
ruang konsolidasi dan memasyarakatkan Pancasila di dapil Situbondo dan
sekitarnya.
"Salah
satu bentuk nilai-nilai Pancasila dan Aswaja adalah terwujudnya ulama NU
sebagai motor perjuangan kemerdekaan Indonesia hingga terbentuknya NKRI,"
ujarnya.
Sosialisasi
MPR bagi santri Situbondo
Kegiatan
sosialisasi Empat Pilar berbangsa dan bernegara ini dilaksanakan di Situbondo,
tepatnya di Pondok Pesantren Asrorul Aziz Arjasa, Situbondo, 15 Januari .
Menghadirkan Narasumber : Ir. HM Nasim Khan, Aurangzeb Se, Ahmad Barisi, Ustadz Abdul Aziz , diselenggarakan oleh DPC PKB Situbondo.
“Ayo kita bangun Situbondo dengan bersholawat dan ber-Pancasila,” pesan Bang Nasim |
Pancasila
sebagai dasar negara Republik Indonesia merupakan pilar utama daripada tiga
pilar lainnya sehingga menjadi final eksistensinya serta tidak perlu
diperdebatkan lagi.
“Pancasila
bagi NU sudah final. Harga Mati. Sudah tidak ada persoalan. Persoalannya
bagaimana kita melakukan aktualisasi dan kontekstualisasi nilai-nilai Pancasila
menurut keadaan zamannya,” katanya.
Menurutnya,
di jaman Orde Baru ada Eka Prasetya Panca Karsa atau P4 yang dianggap
terjemahan tunggal oleh pemerintah yang bersifat mutlak alias tidak bisa
dibantah. Katanya, rezim Orba tidak memperbolehkan muncul terjemahan Pancasila
dari masyarakat.
Bang Nasim menyatakan,
kiai harus ikut ambil bagian menentukan kebijakan publik, maka dari itu PKB
harus menang lalu menempatkan wakilnya di parlemen. Sebab menentukan kebijakan
publik untuk mengajak berbuat kebajikan termasuk ibadah.
“Ini juga
sejalan sebagai ibadah dengan para ulama dan masyayikh yang mengajar di
pesantren, yakni sama-sama beribadah dan Pancasila,” katanya.
Bang Nasim
berpesan bahwa para perangkat desa adalah bagian dari tokoh masyarakat yg
mempunyai hak dan tanggungjawab bersama untuk memasyarakatkan Pancasila kepada
masyarakat. Bahwa nilai-nilai Pancasila dan empat pilar berbangsa dan bernegara
adalah satu kesatuan dalam membangun bangsa Indonesia yang damai dan toleran
terdiri dari berbagai suku bangsa di dalamnya.
“Ayo kita
bangun Situbondo dengan bersholawat dan ber-Pancasila,” pesan Bang Nasim.
“Nah, masa
sekarang tafsir tunggal itu dihilangkan. Tapi tentu namanya menerjemahkan tidak
boleh keluar dari teks Pancasila itu,” katanya.
Sementara
itu, saat menjelaskan materi Bhinneka Tungga Ika, ia menyatakan bahwa
pluralisme atau warna-warni keyakinan yang ikut membentuk negara Indonesia
harus dihayati oleh semua masyarakat. Sebab Indonesia dibentuk oleh banyak suku
agama dan golongan, bukan oleh sekelompok tertentu saja.
Berpesan agar
kader Pancasila di Situbondo jangan hanya menjadi penonton di depan kebijakan
publik yang hanya dikuasai orang lain. Jangan sampai para kiai hanya menonton
saja, lalu saat ada kerusakan diminta ikut memperbaiki. Saat bagus dan lurus
disuruh kembali ke pesantren. (KRA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar