Jakarta - Partai
Kebangkitan Bangsa diminta terus bekerja politik membela kepentingan warga
Nahdliyin. Meski pada Pemilu legislatif 2014 PKB mendapat suara sekitar 9
persen, namun perolehan tersebut belum sebanding dengan hasil Pemilu 1999 (13
persen). Jika partai yang dilahirkan oleh PBNU ini membela warganya, bukan
tidak mungkin semangat dan euforia kaum sarungan akan kembali menggelora
sebagaimana terjadi pada pemilu pertama era Reformasi.
Kesimpulan
tersebut mengemuka dalam diskusi pra-Muktamar PKB yang mengusung tema “PKB di
Mata Pakar Politik”. Diskusi ini digelar di lantai 1 Graha Gus Dur, Jl Raden
Saleh No 9, Jakarta Pusat, Selasa (26/5) siang. Empat narasumber diskusi yang
hadir antara lain Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari (40),
Direktur Riset SMRC Djayadi Hanan PhD (42) yang juga dosen Ilmu Politik
Universitas Paramadina, CEO PolMark Indonesia Eep Saefulloh Fatah (47), dan
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanudin Muhtadi (36).
Pembicara
kunci (keynote speaker) dalam diskusi tersebut Ketua Umum DPP PKB Muhaimin
Iskandar dengan moderator M Hanif Dzakiri. Selain puluhan simpatisan, para
tokoh masyarakat, dan wartawan dari berbagai media, hadir dalam diskusi
tersebut anggota DPR RI KH Ali Maschan Musa, Safira Rosa Mahrusah, Ida
Fauziyah, Abdul Kadir Karding, dan Marwan Ja’far. Selain itu, sejumlah pengurus
Gerakan Mahasiswa Satu Bangsa (Gema Saba) juga tampak hadir.
M Qodari
berbicara dengan tema “Dinamika Elektabilitas PKB dan Proyeksi ke Depan”. Dalam
presentasinya, Qodari menegaskan partai yang didirikan para kiai ini akan makin
berjaya jika mengotimalkan kaum Nahdliyin yang jumlahnya puluhan juta itu.
“Kalau Cak
Imin tadi mengatakan warga NU banyak yang masih menjadi kaum mustadh’afin
(terlemahkan), maka bantulah mereka. Saya melihat PKB masih sibuk ngurusi yang
lain,” ujar Qodari.
Senada
dengan Qodari, Burhanuddin Muhtadi yang berbicara dengan tema “Membangun
Militansi Kader PKB” menghimbau elit PKB melihat kaderisasi yang selama ini
berlaku di PKS. “Di Indonesia, tidak ada partai ideologis selain PKS. Nah, PKB
berpotensi seperti PKS yang memiliki basis massa ideologis, yakni Nahdliyin.
Karena jumlahnya sangat besar,” papar Burhan.
Keempat
narasumber sepakat, jika PKB membela kepentingan warga Nahdliyin, maka mereka
tidak akan terpengaruh adanya capres yang gagah atau ganteng. Oleh karenanya,
performa tokoh yang kuat sebagai patron juga harus dimunculkan dalam partai
ini. “Sehingga siapapun capresnya, orang akan tetap milih PKB. Nah, ini tugas
para petinggi PKB ke depan,” pungkas Burhan. (Ali Musthofa Asrori/Mahbib/nu-online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar